'
ANTARA BABE DAN KAKANDAKU ALMARHUM TARMIZI. apa hubungannya
BEBERAPA HARI yang lalu berita mengejutkan " Babe Ridwan Saidi telah tiada", banyak kami waktu masih kuliah setelah mengagumi Nurcholis Majid maka banyak diantara kami yang mengagumi Ridwan Saidi, Rdwan Saidi memiliki pemikiran yang tajam dan mengejutkan itu nampak ketika beliu sedang menjadi ktivis HMI, dan pada saat itu banyak sekali pertanyaan pertanyaan yang terlontar dari mulut Bang Ridwan Saidi dalam berbagai ceramah atau diskusi yang dia hadiri baik sepontan atau salah satu pembicara atau pembanding.
Dalam kesempatan ini saya teringat dengan Almarhuk Kakanda saya Tarmizi, Beliau berhasil menuntun saya hingga saya berhasil menyelesaikan study saya, hingga saya menggondol sebuah bisluit S2 dari sebuah Perguruan Tinggi Negeri, dan itu semua adalah berkat jasa saya Almarhum Kan Tarmizi
Bang Riduab Saidi Meninggal Januari 2022. Pertanyaan almarhum sungguh di luar dugaan saya, karena seingat saya beliau tidak suka bila saya ikut ikutan Politik, sejak kecil setamat SD saya ikut beliau ketidak sukaan beliau kepada saya ikut ikut bersimpati kepada Politik mengakibatkan saya bertahun tahun gak dapat jatah uang jajan dan transport dan termasuk uang kuliah, tetapi saya sangat bersyukur karena saya dibebaskan untuk tetap tinggal di rumahnya dan memanfaatkan fasilitas yang ada dirumah itu. Beliau jengkel kepada saya karena saya memiliki kaos bergambar Partai sementara beliau adalah PNS yang yang sedang diberikan kepercayaan sebagai seorang Camat.
Jabatan camat adalah jabatan serbaguna, dan yang paling penting mampu membangun kesetiaan masyarakat kepada Pemerintah yang syah, selaku mahasiswa era medio tahun 70-an selalu diiming imingi kaos partai, dan saya tertarik mengambil Kaos Partai di luar Pemerinthan sekaligus dua, PPP dan kaos PDIP. Pada saat kaos itu saya jemur di jemuran, pada saat itulah beliau sangat kecewa dan pada saat itulah embargo diberlakukan bagi saya. Dan berlangsung selama beberapa tahun lamanya. Pada saat itulah saya harus membayar uang kuliah sendiri.
Tetapi sungguh hebat pada saat itu, rupanya kejengkelan beliau hnya untuk beliau saja, beliau sepertinya tak pernah menceriterakan kepada orang lain termasuk kepada isterinya. Sama sekali Ayunda saya tak mengalami perubahan sedikitpun, dia enjoi dan sayapun memang taubah kecuali dalam aspek yang sangat saya batasi. Mulai saat itu saya harus menghindari makanan yang mewah, sebisa mungkin saya mencukupkan diri untuk makan dengan kuwah dan sambal saja. Karena sayapun ingin menghukum diri atas kekecewaan beliau, pembatasan ini saya berlakukan bertahun tahun kecuali manakala ada tamu keluarga yang ikut makan bersama.
Sering ketika beliau pindah kerja ke luar kota, jika beliau datang tidak berkunjung ke rumah yang saya tunggu, tetapi justeru ke rumah Bibi yang tak jauh dari rumah beliau yang saya tempati, beber seringkali beliau membagi bagi uang jajan kepada Kakak dan Adik sepupu ketika beliau datang, saya rela saja menyaksikan pemandangan yang sangat menyenangkan ini, tetapi pada suatu saat Bibi saya menegur Kakan, lalu sayapun menerima seperti para sepupuku menerima. Tentu sebagai mahasiswa dan tahu di mana letak kekecewaan Kakak kepada saya maka kenyataan ini harus saya syukuri saja.
Sebenarnya saya memang punya senjatapamungkas ketika saya serumah dengan beliau, karena saya tahu beliau senang sekali dipijit baik kakinya maupun kekujur tubuhnya, kehadiran tangan saya yang tak diminta itu kentara sekali diterimanya dengan ikhlas dengan buka beliau memperbaiki posisi tidurnya agar terasa lebih nyaman untuk dikipit. Bagian gagian tubuhnya yang lelah dan terasa enak dipijit saya memang sangat memahaminya, karena acara pijat memijat ini adalah sesuatu acata yang sabgat rutin saya lakukan.
Saya tahu selera beliau ketika dipijat, baru beberapa menit beliau sudah tertidur, tetapi beliau akan terbangun jika kita hentikan memijat. ketika saya test, ternyata masih begitu, waktu saya test ternyata benar masih demikian adanya. dan beliau nanti baru memerintahkan untuk "sudah" setelah beliau rasakan cukup puas, atau setelah menyadari hari benar benar sudah larut malam atah telah menyadari memmang pijatan itu sudah berlangsung lama. Dari sikap saya yang demikian itu, apapun kesalahan saya dan berapapun jengkelnya saya tak akan pernah beliau omeli di depan saya langsung.
Sedang dengan Ayunda saya maka saya memiliki trik yang lain lagi. pada saat itu kami belum mengenali pompa listrik untuk menaikkan air. Dengan demikian maka kahadiran saya di pagi dan sore hari menjadi orang yang sangat dibutuhkan, karena untuk mengisi bak mandi serta sejumlah wadah wadah air lainnya tidak akan terpehi tampa kehadiran saya. Bangun pagi saya harus segera beraksi menimba air. Ember berukuran sedang terpasang di dua ujung tali timba air. Sepanjang melakukan penimbaan air, saya sering sengaja menyanyikan lagu lagu yang saya senangi, sehingga tampa terasa baik bak mandi maupun ember wadah wadah lainnya dalam keadaan penuh. Dan segerap keluarga bisa bermandi ria satu persatu ganti berganti.
Bila air sudah mulai berkurang maka saya harus segara beraksi, kembali mengisi bak mandi, sehingga kekosongan bisa terantisipasi dengan cepat. Ketika semua suidah mandi, saya kembali mengisi bak mandi setelah penuh baru saya sendiri membersihkan badan karena semua tugas pagi saya sudah terlaksanakan dengan baik yang ditandai dengan siapnya persediaan kebutuhan air keluarga. Dan nanti pada sore hari saya harus beraksi kembali seperti halnya pada pagi hari.
Selama saya ikut Kakanda saya saya berani pastikan bahwa tiudak akan pernah melihat lantai akan dalam keadaan kotor. Selain saya membiasakan diri nyapu lantai luar dan dalam saya juga mewajibkan diri untuk ngepel lantai. Bersi dulu semua lantai hingga melakukan pengepan, baru saya membersihkan diri dan sarapan. Sehingga ketika saya baru akan meninggalkan rumah di pagi hari setelah saya benar benar yakin semua dalam keadaan bersih dan persiapan air sngat mencukupi. Pernah dalam suatu hari, kami mengikuti ujian pra semester di kampus saya terlambat mengikuti uijian dan sehingga dinyatakan ujian ulang. Karena berapapun hasil ujian pada saat itu akan dinyatakan tidak lulus, karena indisipliner.
Ada satu kebiasaan yabg biasa saya lakukan, bahwa saya tidak memandang bulu, sipapun tamu Kakanda saya dan Ayuda saya yang datang kerumah, maka saya tidak menunggu perintah maka saya saya akan membuatkan minuman maka minuman Teh atau kopi hanya dalam hitungan detiuk haru hadiri di atas meja tamu. Memang tidak jarang saya melakukan kesalahan dalam menyajikan minuman awal.
...... bersambung .....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar