foto

foto

Minggu, 18 Juli 2021

ANTARA DAKWAH EKONOMI DAN POLITIK



x

UJUNG UJUNGNYA ternyata dakwah Islamiyah itu tidak gampang, tulisan ini hanya ringan ringan saja, bukan serius karena tidak ditulis berdasarkan data dari sumber dan penganalisaan yang metologis, melainkan cuma opini yang mengambang di  Medsos di tengah tengah gempuran hoax yang semakin merajalela karena berdasarkan analisa seorang Pengamat yang bernama Rocky Gerung bahwa Pemerintah telah muncul sebagai pembuat hoax yang paling diperkuat karena memiliki data dan kekuasaan. Pemerintah kata beliau adalah pembuat hoax yang sempurrna. Yang Pemerintah sendiri tidak brusaha membantahnya. Oleh karenanya maka dunia dakwah itu seharusnya juga mempersiapkan diri unuk memiliki data yang  tersaring, karena segala masalah sekarang dilakukan atas pertimbangan politik kekuasaan dan ekonomi dengan oligarki yang semakin lama semakin menunjukkan kekuasaannya.  

Cukup sudah pengalaman yang kita alami baru abru ini saja, kehadiran pandemi 19 ini ternyata bukanlah merupakan masalah kesehatan ansih, tetapi lebih berlatar oplitik, ekonomi, dan kekuasaan. Kita seperti diajari bahwa setiap seseorang memutuskan sesuatu tentang covid 19 maka hal tersebut telah terlebih dahulu dianalisa secara ekonomis, secara politis, dankepentingan kekuasaan, baru berdasarkan kesehatan. Secara kuantitas maka kepentingan politik kekuasaan serta ekonomi dan sisanya baru kesehatan, tetapi tentu berdasarkan narasi ekonomi, politik dan kekuasaan tentu akan memiliki barasi yang disusun sedemikian rupa guna untuk mengelabuhi siapapun. Itulah awal mulanya yang terjadi di Amerika ketika dalam waktu bersamaan sedang melakukan Pemilihan Presiden. Semula kita berharap seusai Pilpres di Amerika itu semua akan mereda dan masalah pandemi ini pure masalah kesehatan. 

Justeru cara di Amerika itu nampaknya telah diadobsi sebelumnya, apalagi penguasaan terhadap perpolitikan di Indonesia lebih dikuasai oleh oligarki perekonomian. Kita menjadi sangat negi sekali setelah Dr. Siti Fadilah Supari  Mantan Menteri Kesehatan banyak diminta untuk menjadi narasumber dimana mana, bahwa sesungguhnya Indonesia akan divonis sebagai Negara yang tervandemi dengan kasus flu burung, lalu para pengamat mempelesetkan bahwa ternyata pada saat itu Indonesia sudah terolandemi (humor). Besar sekali pengorban beliau, yaitu 4 tahun penjara pada saat itu tetapi hasilnya Indonesia terhindar dari Vonis Pandemi Flu burung sehingga Indonesia terselamatkan dari vonis pelaksanaan lock down, karena petunjuk pelaksanaan lockdown itu sangat merugikan masarajat dan bangsa. Pengorbanan seorang Ibu Tua yang menjabat sebagai Menteri Kesehatan itu tidaklah sia sia, mari  kita doakan beliau agar diterima sebagai amal yang sholeh. 

Jika putusan kepada Ibunda kita itu benar adalah keinginan dari pihak pihak kuat dunia, maka orangpun akan tergoda juga untuk mebandingkan dengan kasus vandemi 19 ini, apalagi Pemerintah kita dikatakan sedang dikuasai oleh Kepantingan orang kuat dunia sebagai oligarki. Saya ingin katakan entahlah. Kita berharap agar Pemerintah memiliki kemampuan untuk melindungi Rakyat dan Bangsa Indonesia. Tetapi dalam tuliusan ini yang akan saya jadikan poin saya dalam tulisan ini bahwa memang masjid hendaknya memiliki corong yang representatip agar para jama'ah bisa menjadikan masjid ang mereka datangi ini memiliki kemampuan memberikan pencerahan kepada kepada para jama'ahnya yang bersusag payah dengan segala harapan keselamatan baik di dunia dan akherat agar  mampu memberikan pencerahan kepada ummat yang selalu kita undang setidaknya lima kali sehari emalam ke rumah Tuhan ini. Tetapi ketahuilab bahwa pelaksanaan dakwah Islamiah itu akan direspon secara politis, ekonomi dan kekuasaan, bila mereka menilai akan ada kerugian secara politis eknomi dan kekuasaan maka mereka akan mengatakan dakwah adalah sesuatu yang buruk yang harus dimusuhi.  Walloihu a,lam bishowab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar