x
DAHULU KETIKA tak ada Pemerintah karena belum terbntuk dengan resmi kita memiliki kemampuan mengusir penjajah, kepemimpinan ada di bawah sejumlh Kesultanan dan Kerajaan yng semakin lama semakin kecil lingkup kepemimpinnnya dan slam waktu bersamaan kepemimpinan para ulama semakin menonjol karena kepemimpinan ulama semakin mendapatkan kepercayaan mereka semakin kokoh menyusun persatuan pada saat Pmerintahan Kolonial Belanda semakin menunjukkan kekuasaannya disegala bidang. Disaat masyarakat umum mengalam Buta Aksara mencapai 90% lebih dan dalam waktu bersamaan Para Ulama berhasil berhasil membuat ummat binaanya melek Huruf Hijaiyah sehingga mampu membaca Huruf Al Quran hingga mencapai 80@ dari Ummat Binaannya, dan Penganut Islam pada saat itu mencapat 90% dari total penduduk.Walaupun hanya terdapat sejumlah sejumlah Kesultanan Kesultana yang relatip kecil walaupun agak merata di berbagai sudut Nusantara ini termasuk diantaranya di Pulau Irian, dan Kerajaan Kutai di Kalimantan, Sulawesi dan banyak terpusat di Jawa dan Sumatera, di lingkungan Islam sendiri muncul Organisasi Modern seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, dan juga cepat berkembangpada saat itu adalah Kemunculan Sarikat Dagang Islam itu smua muncul sebelum Kemerdekaan walupun kita hidup sepenuhnya dalam kekuasaan dan tekanan Pemerintah Penjajah Kolonial Belanda mereka berkuasa selama 300-an tahun Tetapi berkat Keatuan dan Persatuan kita, Bangsa ini berhasil merebut Kemerdekaan dri Tangan Penjajah,
Yang sangat memperihatinkan bagi kita semua koq demikian sulitnya kita membangun rasa saling percaya diantara sesama Bangsa, mengapa sejak kita merebut Kemerdekaan dan berdirinya Pemerintahan sendiri justeru setelah Kekuasaan Pemerintah semakin kuat Koq justeru Pemerintah seolah lebih merasa nyaman bila mengambil posisi berhadapan dengan Rakyat banyak. Dan itu terjadi hingga era sekarang.
Kita sedih ketika menyaksikan kecenderungan Para Wakil Rakyat (DPR) Politisi yang hampir di banyak kesempatan tampil mengambil posisi berhadap hadapan dengan rakyat yang di Wakilinya, dan para Wakil Rakyat itu ikut serta memperbanyak Gelar Gelar Buruk yang dilekatkan untuk rakyat atau setidaknya ikut serta mempopuleritaskan gelar buruk itu Kepada rakyat banyak. Tidak jarang lontaran gelar buruk bagi rakyat itu mereka teriakkan di media bahkan dengan cara siaran langsung. Sehingga kesimpulan terakhir bagi rakyat bahwa Para Wakil Rakyat setring tak sadar akan dirinya sedang mewakili rakyat, dan Pemerintahpun sering lupa setelah menyematkan gelar gelar buruk kepada rakyat yang telah memberikan mandat kepadanya justeru berbalik suka mengancam ngancam pemberi mandat, setelah sebelumnya menyematkan sejumlah predikat buruk bagi berbagai komponen yng menciba memanfaatkan hak hak civicnya.
rakyat yang di wakilinya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar