foto

foto

Rabu, 29 April 2020

KETIKA SHOLAT TARAWIG BERJAMAAH DITIADAKAN

TERASA SANGAT SULIT untuk menyatu bahasakan  jam'ah Musholla aljihat yang sekecil itu dalam memnentukan apakah sholat tarawih berjama'ah di musholla selanjutnya ditiadakan dihentikan atau tetap dilaksanakan secara diam diam. Kesulitan pengambilan keputusan itu tak lain dan tak bukan dikarena demikian banyaknya berita bohong yang disebut hoax. Karena berita hoak bisa berasal dari manapun, baik bersifat pribadi, kelembagaan, sosial maupun organisasi keagaan sekalipun tak terlepas dari terjebak pada berita yang terbilang hoax. Itu bila hoax diartikan sebagai zero information. Memebrikan berita yang tak banyak membawa makna.

Ketika diumumkan bahwa Pemerintah mengancam akan memberikan sangsi kepada siapa saja pihak yang menyebarkan berita bohong, sayang sekali dalam waktu yang bersamaan jisteru Pmerimyah mengeluatkam dan menetapkan kebijakan kebijakan yang sepertyi bertentangan antara satu dengan lain. Masyarakat sepertinya juateru mendapat kesulitan untuk mendapatkan keterangan objektigf apa adanya. Secara diam diam masyarakat justeru mengalami kecewa besar karena harus menyaring sendiri kualitas berita yang didapatnya baik resmi maupun tidak resmi.

Ketika baru saja dipermaklumkan bahwa Kotamadya Bandar Lampung berada pada zona merah oleh lembaga yang berwenang  teta[pi tak lama setelah justeru Walikotamadya yang mengetuai lembaga itu dalam Tingkat Kota BandarLampung belum memasuki zona merah, namun harus tetap waspada. Tidak dapat di elakkan masyarakat harus menyaring sendiri info dari mana yang layak dipegang sebagai infot yang benar dan tidak hoax.

Bagi ummat Islam hanya satu, yaitu keterangan dengan data yang otentik dan valid serta tidak ada kontroversi dalam data itu, kontroversi itu artinya sesuatu yang masih belum bulat ditrima oleh berbagai pihak yang berkompeten. Kalau memang sudah jelas jewlas zona merah , pada areal itu maka tentu sangat dihindari untk melaksanakan shilat yang diikuti oleh jama'ah yang terlalu banyak.

Mereka bisa melaksanakan sholat berjama'ah di rumah. bersama keluarga atau bersama sejumlah orang uyang mereka kenal dan mereka yakini tak terkena virus corona, karena dengan siapa dia kontak badan masih bisa dikontrol. Karena mereka memiliki gerak yang ememang terbatas. Apalagi sehari harinya hanya di rumah saja dan jarang menerima tamu. Mereka selama satu tahun menunggu kedatangan Romadhon karena dengan menyempurnakan ibadah dan amaliah romadhon lainnya, maka akan diharpus dosanya selama setahun itu. Mereka tak ingin menyia nyiakan kesempatan ini. Itulah barangkali sebabnya mengapa MUI tak akan mungkin mengeluarkan larangan sholat taraweh bagi ummatnya, mereka hanya sebatas saran saja.

Tak ada larangan dari MUI untuk mneyelenggarakan sholat berjama'ah, hanya saja dihindari berkumpul bersama orang yang diperkirakan mengidap penyakit sepertgi gejala gejala terkena viruis corona seperti yang telah diviralkan sejak beberapa bulan yang lalu. Artinya untuk menghadapi jama'ah yang sekalipun hanya dalam komunitas yang sangat terbatas, perlu kiranya memberikan berbagai infrmasi yang lebih bisa dipercaya, Untuk mendapatkan suastu pemahaman.

Banyak mmereka yang dengan kedatangan virus corona mengalami kesulitan hidup, utamanya bagi yang sedang menghadapi kesulitan ekonomi, pada umunya ketika kita menghadapi kesulitan dan tekanan ekonomi yang hebat kita ingin lebih lama lagi ada di masjid, mereka akan berdoa sekhusyuk mungkina. Tetapiu dengan adanya Corona ini dan Pemerintah melarang melaksanakan sholat berjama'ah di masjid, utamanya Sholat Jum\at dan Taraweh. Maka pada saat itu jama'ah sejatinya membutuhkan edukasi yang efektif dan efisien, sehingga mereka tak kehilangan kehusyukan dalam ritual tahunan yang memiliki kemampuan menghapus dosa selama setahun ini.

Jama'ah membutuhkan ada dua pihak yang menyentuh, yang pertama adalah mereka orangt yang tebilang  'aalim. kedua mereka yang terbilang 'aabid. Mereka disebut 'aalikm karena memiliki keilmuan utamanya keagamaan secara mendalam dan mumpuni, studynya sempat menyentuh literasi lama dan baru, bukan hanya melalui pernyataan ernyataan singkat  (digaris bawahi) di Gruip WA apalagi itu hanya capy atau terusan yang tak jelas juntrungannya serta tiudak pula controversi atau banyak benturan dengan informasi lainnya.

Sedang mereka yang disebud 'aabid adalah orang yang yang aktif beribadah, yang dalam beribadah nampak khsyuk, serta tindak tanduk sehari hari menunjukkan adanya hubungan yang baik antar sesama, bukan orang yang gemar berdebat, tetapi iya berdiskusi secara beradab berdasarkan keilmuan yang mumpuni. Orang tersebut diharapkan bisa mengimbangi berbagai berita hoak atau berita resmi namun masih simpang siur karena kurangnya data yang dapat dijadikan tautan.

Mengingat virus ini akan berlangsung pada masa yang lama, dan memang sudah lama, sejak Desember 2019 yang lalu. Tetapi pada catatan sejarah yang lalu, dunia juga pernah dilanda virus penyakit menular bisa memakan waktu yang tahunan lamanya. Era Nabi Musa, Era Nabi Ayub dan mungkin banyak catatan sejarah lainnya, ada yang berlangsung selama tiga tahun, ada yang berlangsung selama tujuy tahun. Yang ditandai banyaknya orang terlanda penyakit dan bahkan mewninggal dunia.

Berdasarkan teori teori yang ada yang semula dikembangkan oleh pakar yang mengatakan bahwa virus corona hanya akan berlangsung sebenatar saja, dan corona segera akan musnah dengan sendirinya, tetapi mereka yang bicara lantang ini adalah memiliki keberpihakan kepada pebisnis, maka mereka keras melarang dan menetang adanya lock down karena itu semua akan menghancurkan perekonomian bangsa secara keseluruhan. Banyak pihak yang sebenarnya berharap analisa mereka benar.

Tetapi apa boleh buat ternyata teori mereka sangat lemah, mereka nampaknya hanya memikirkan keuntungan semata. Antisipasi sangat lambat, kita dikejutkan oleh larangan Umroh oleh pihak Kerajaan Arab Saudi, dan hampir dalam waktu bersamaan Presaiden RI ditegur oleh WHO karena tak serius menangani kasus ini. Koordinasi Pemerintah mengalami kedodoran, antar Pemerintah saja masih saling bentah membantah antar pejabat. Seoerti sedang kehilangan konduktor, irama yang tersebar terdengar sumbang dan tak beraturan.

Memperhatikan gambaran situasi seperti ini kiranya  ta'mir musholla jangan pernah bosan menyelenggarakan bimbingan bagi para jama'ahnya, sampaikan pesan pesan Pemerintah, sampaikan juga data yang benar, dan dalam waktu yang bersamaan sampaikan juga nasehat para ulama, baik MUI maupun ulama Non politis lainnya, jumlah mereka masih sangat banyak yang bisa dipercaya.

Walaupn dilarang oleh Pemerintah dan penguasa, tetapi aktivitas peribadatan tetap dilaksanakan. Apalagi Pemerintah tidak melarang sholat wajib secara berjama'ah, karena sesungguhnya yang dilarang itu adalah berkerumun. Bagi mereka yang memang menjadi penunggu Musholla dipimpin oleh mereka yang layak menjadi imama, mereka diharapkan tetap melaksanakan adzan, qomat, aktivitas pribadatan, jangan sampai terputus sama sekali, sedang jama'ah yangt lain mungkin sebaiknya sholat di rumah saja.

Wallohu a'lam bishowab. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar