'
SEBELUM SAYA lebih lanjut menuliskn kiriman ini Ijnkan saya menyampaikan permohonan maaf kepada Khatib karena durasi khutbah ini melampai angka 15 (yaitu 17) maka pihak youtube mengharuskan saya mengurangi durasi sekitar skitar 2 atau lebih sedikit, oleh karenanya sangat terpaksa sakuli saya harus mengurangi durasi, dan tentu saja saya mendapatkan kesulitan untuk memilih kalimat mana yang harus saya hapus, tetapi dengan harapan tidak ada kata kata yang terhapus dan mengakibat kehilangan pesan pesan pebting,. sehingga besar kemungkinan saya mengalami kekelirusn dalam memilih mana yng harus saya hapuskan. Untuk itu sekali lagi saya ucapkan maaf yang besar besarnya Utamanya kepada Khatib dan juga permohonan maaf kepda para jama'ah. Terima kasih.
Padahal ini khutbah ini luar biasa pentingnya dan saya ingin menyampaikan terimakasih sedalam dalamnya kepada Khatib. Karena kita sesuai dengan sejarah Bangsa Indonesia, sejak sebelum kita menyatakan "Merdeka" kepada masyarakat dunia, Bangsa kita dijajah oleh Bangsa Penjajah merek memiliki semangat semangat kuat luar bioasa untuk melakukan yang padfa saat itu Negeri ini dihuni oleh kelompok orang yang tergabung pada Kekasaan Kerjaan Besar namun timbul tenggelam dan selain itu mencul Kelompok yang tergabung dalam Kekaisara,. mereka adalah Penganut Islam.
Sementara pihak Penjajah dengan semangat untuk menguasai ini nampaknya Bergandengan Tangan Kelompok Kepercayaan yang berasal Dari Yunani Dan termyata kekuasaan penjajah twrhadap penduduk jajahan itu besr sekali pengaruhnya, sehingga t5ernyata Jumlah Penganut Agama Yunani ini lumayan besarnya karena mereka bergandengan tangan dengan Penjajah, mereka yang bersimpati dengan penjajah mudah mudah saja melupakan petuan Nenek Moyang Menyandingkan Kekuasaan Penjajah dengan Agama bawaan dari Yunani ini ternyata masih ampuh hingga zaman Kemerdekaan.
Berita dua tahun lalu yang cukup mengejutkan, samar samar dikatakan bahwa akanb muncul agama baru, dan salah satu ciri agama baru itu adalamh menerima LJBT. Tetapi belum lagi agama baru muculk, konon sudahg masuk di DPR konsep untuk melakukan Penerimaan Konsep LGBT. Mengiungat Gaya DOR ketika akan menesahkan konsep perombakan untuk menjadi berbagai hal dalam satu Kepuitusan, DPR selain sering melakukan rapat dengan cara berpindah pindah dari hotel ke hotel, dan juga mulai aeda kebiasaan melakukan Pengesahan atas hasil Rp[at di DPR pada malam harinya. Mengingt hal tersebut bisa jadi kita akan ketinggalan informasi tentng sudh sejauh mana Wakil Wakil kita di DPR telah membahas dan mengesahkan LGBT di Indonesia. Mari kata intai bagaimana jalan ceritanya. Mungkin LGBT sudah disyakan, mungkin juga belum.
Selkain ada upaya untuk mengesahkan LGBT maka apapu hasiulnya, kita harus memperkuuat kepengnutan kita kepada Agama .dan salah satunya adalah menegakkan Akhlaqul Karimah. Setidaknya ini pengalaman yang saya alami langsung, itu ketika saya masih aktip bekerja sebagai PNS, tiba tiba saja saya ditunjuk untuk mengikuti Pelatihan Pengarusutamaan Gender.
Pada saat iru yang disampaikan kepada kami peserta pelatihan adalah dilakukan karena banyaknya praktik ketidak adilan yang dilakukan oleh masyarakat terhadap perempuan terutama ketidak adilan itu nampaknya memang dibenarkan oleh nilai nilai yang dianut oleh masyarakat dengan alasan dalil tradisi, adat dan nilai nilai kearifan lokal dan sebagainya. Memang pada saat muingkin karena Islam adalah Mayoritas dianut oleh masyarakat dan memang para narasumberpun umumnya dikenal sebagai seseorang menganut salah satu agama.
Narasumber sebagian besar adalah perempuan, mereka umunya adalah kademisi, sebut saja dosen, dan tidak tanggung, mereka adalah senior di lingkungannya. Tetapi pada saat itu memang nmpak sekali bahwa yaang akan dperjuangkan itu adalah agar perempuan untuk mendapatkan hak hak yang sama dengan lki lki., sehingga pada saat itu yang banyak dipersalahkan adalah ketidak mampuan perempuan memperjangkan haknya, dan hanya samar samar saja kearifan lokal dip[ersalahkan.
Sebagai infirmasi tambahan saya termasuk sering diikut sertakan dalam acara ini di Kantor di mana saya bekerja, menyenangkan sekali Honornya besar, dan wlaupun saya sebagai tenaga Administasi di Kantor tetapi saya juga ditawari sebagai Narasumber terkait hal hal tertentu yang nampaknya diemohi narasumber yang lain. Hati saya senang saja karena memang honorariumnya besar sekali, karena memang honor seolah seperti disejajarkan dengan Guru Besar.
Seingat saya pada saat itu sering sekali mendapat undangan pelatihan, pelatihan Tingkat Pusat diikuti oleh mereka yang biasa jadi Penyelenggara dan mereka yang biasa menyanjidi narasumber di daerah daerah.. Tetapi memang pada saatitu seperti lebih difokuskan pada Pengarussutamaan Gender. Pelatihan pengarussutamaan gender. Dan partisipasi saya menjadi terhenti kareba sayapun pada saat itu memasuki masa Pensiun.
Memasuki masa pensun saya ikut berpartisipasi disebuah kegiatan yang juga diniayai oleh lembaga dari luar kegiatan itu bernama Standar Minimal Pendidikan Dasar. *Untuk itu saya ditugaskan di Sumatera Selatan, khususnya Oku Timur, dan Musi Banyuasin, sehingga pendengaran tentang poerkembangan Pelatihan Pengarusutamaan Gender menjadi semakin samar.
Pada saat itulah justeru sangat mengejutkan kabar kabar yang saya terima bahwa Bahasan tentang Pengarusutamaan Gender justeru meningkat menjadi Sosialisasui Penerimaan LGBT bahwa untuk keadilan seseoramng dikatanan boleh memilih apakah untuk kawin berlawanan jenis atau perkawinan sejenis. Tetapi yang lebih mengejutkan lagi bahwa Sosialisasi dan Naskah Penerimaan Konsep LGBT sudah di tangan Anggota DPR, dan kata seorang Sahabat bahwa ada kemungkinan Indonesia akan menerima konsep LGBT, biasanya itu diawali dengan iuming iming berbagai bntuan terlebih dahulu.
Dengan demikian apakah nanti upaya mempengaruhi seprti apa yang dilakukan oleh Yahudi dan Yunani selama ini seperti akan mengalami perubahan yang luar biasa, atau bukan perubahan melainkan akan terjadi penambahan besar besaran. Tetapi unuk sekarang sepertinya sekain berbagai teori pemikiran filosofis, dana bantaunpun akan tersebar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar