DENGAN SEGALA KEKHAWATIRAN yang luar biasa saya mencemaskan bahwa analisa akibat dari virus Corona itu akan menewaskan separu penduduk dunia, atau bila paling tidak itu terjadi di Indonesia akan kehilangan separo penduduknya, itu sangat mungkin akan terjadi karena pejabat tinggi di Indonesia seperti berebut bicara walaupun berbentiran antara satu dengan yang yang lainnya. Tidak Kurang dari seorang Tirta yang dikenal sebagai dokter berteriak teriak bahwa vaksin itu bukan obat. Sementara Pemerintah sangat meyajini bahwa manakala vaksin telah doisuntikkan maka akan selesai semua persoalan, terjadi pula kisruh kisruh tentang harga ada yang mengatakan Rp. 40 ribuan, tetapi ada pejabat yang yang mengatakan harga yang sebenarnya Rp. 900 an ribu. Lalu rencananya masyarakat yang tidak mau di vaksin akan didenda sebesar Rp. 5.000.000,- Tetapi masyarakat juga akan menuntut agar yang dipaksin duluan adalah Presiden dan Para Menetrinya, lalu DPR dan semua mereka yang memiliki jabatan, lalu mereka sehari hari digaji oleh Pemeritah. Bila mereka mereka itu tak jatuh menjadi kurban, barulah vaksin itu disuntikkan kepada masyarakat. Artinya vaksin itu cukup aman, walaupun belum tentu menyembuhkan seperti kata dokter Tirta.
Dan yang paling tak berdaya nampaknya aedalah Masjid, terpaksa kita harus mengakui bahwa jumlah jamaah masjid mengalami pengurangan yang sangat signifikan, jika semua petugas mnggeruduk masjid dan memberikan pengarahan kepada takmir, keesokan harinya karpen digulung, di lantai ubin terlihat tanda tanda silang dalam jarak yang beraturan, dan para jama'ah diharuskan berdiri persis pada tanda tanda silang yang dibut itu.
Serta merta sejumlah jama'ah menghilang dari masjid, dengan rupa rupa gaya, ada yang pamit dengan kawan kawan, akan melaksanakan sholat berjama'ah di rumah saja bersama keluarga. tetapi banyak juga yang dengan gaya membandel, mereka sholat seperti biasa sedikitpun tak menunjukkan rasa jiri. Mungkin dihati kecil, mereka tertawa geli, melihat kawan kawan bersalam salaman antara satu dengan yang lain, dan mereka juga merasa sudah cuci karena masih ada wudhu.
Tetapi ketika dikeluarkan pestol pestolan sinar, mereka ingin dtembah berulang ulang tampa mau tahu berapa suhu tuvuh mereka. tak ada rasa gentar ketika suhu naiik, tak juga prihatin ketika suhu tubuh mereka turun drastis. Seorang sahabat berkata, jika diikuti aturan yang ada dan kita tidur tuiduran di rumah. maka anak anak kita akan mati kelaparan, bukan karena korona, katanya sinis. Yang penting ikutiu saja aturan bila sudah kejebak, di suruh bubar ya bubar. Dengan demikian petugas telah melaksanakan tugasnya, dan kita tetap berusaha mengais ngais rejedi sela sela corona, yang memang tak terlihat itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar