JANGAN SAMPAI NU MENJADI KECIL KARENA KEBESARANNYA.
DULU KETIKA SAYA BARU bisa merangkai rangkai hurup menjadi kata lalu kalimat yang berarti dan pada saat itu saya mengalami kesulitan yang tak gampang saya selesaikan karena ada kata kata yang belum familiar bagi saya. Bacaan itu adalah Merk Plang Kepengurusn NU tingkat Kecamatan. Atas bimbingan seorang senior kami murid mengaji, saya senang sekali mampu membaca dan memahami tulisan yang menghiasi rumah tempat tinggal Ustadz Syafei guru mengaji kami di Desa Pagelaran Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu Lampung. Kecintaan saya kepada Ustadz yang sebagai orang pertama yang mengajari aku huruf hijaiyah itu, Maka Kecintaanku Kepada Untadz ku tak terlepas dari rasa syukurku mampu membaca pelang Kepengurusan NU di depan rumah Ustadz, karena pada saat itu apapun yang melekat pada Ustadz ku adalah menjadi juga sesuatu yang aku cintai dan aku banggakan, termasuk NU yang tertulis begitu megah dideoan rumahnya. . Pada saat itu aku belum lagi mengenal nama nama besar para Ulama kita seperti Kiyai Hasyim Asy'ari, KH. Muhammad Dahlan dan lain lain, beberapa tahun kemudian baru aku mengenal dan sempat melihat Buya Hamka dari kedekatan, ketika beliau mengunjungi Masjid Jami' Desa Pagelaran setelah beliau dilepaskan dari Tahanan Presiden Soekarno di zaman Orla. Apalagi setiap Subuh Ayah menyetel Radia dengan suara keras, dan aku masih bisa menyimah isi ceramah beliau dari tempat tidurku yang sedang bergelut dengan dinginnya pagi di desaku yang cukup sejuk itu.
Yang ingin aku katakan bahwa dahulu aku sangat membanggakan Nama NU itu melekat dengan kecintaanku kepada Guru Mengaji yang mengajari aku membaca Al-Quran, membaca Adzan dan Qomat, Mengajari Aku bacaan sholat, lengkap dengan Nawaitunya, mengajari aku bacaan doa doa termasuk doa Qunut. Sehingga ada kedekatanku dengan Kiyai yang hatiku terasa dekat dengan beliau. Perasaan itu tetap melekat hingga aku remaja, hingga deawas dan hingga tua.
Setiap ada berita miring tentang NU aku teringat dengan Ustadz Syafe Guruku mengaji Quran. Kini banyak sekali kritikan orang orang kepada NU, banyak orang orang memperingatkan seyogyanya kritik oknumnya, jangan kritik NU nya, karena itu hanya ulah Oknum. Orang membagi bagi ada NU Struktural, ada NU Kultural, walaupun itu semua menunjukkan kebesaran tubuh NU. Saya berharap kebesaran NU itu mengakibatkan NU menjadi kecil.
Saya teringat dengan sejarah yang mengatakan bahwa dahulu Syarikat Dagang Islam yang berubah menjadi PSII, semula adalah organisasi yang sangat besar dan sangt dikagumi, tetapi Pengurusnya mengalami kesulitan untuk mengendalikan organisasi ini karena kebesarannya dan tak memiliki fasilitas yang mencukupi untuk melakukan koordinasi. Pada saat diselenggarakan Pemilu Syarikat Dagang yang telah berubah menjadi Partai Syarikat Islam ini ternyata hanya mampu menunjukkan wajah sebagai Pertai Gurem semata. Jangan sampai NU mengalami nasib yang sama, hanya lantaran sejumlah kesalahan individual yang dilakukan oleh para anggotanya. Karena seperti SDI?PSII adalah kekayaan Ummat Islam Indonesia, sama dengan NU bukan hanya kekayaan saja tetapi juga Kebanggaan kita semua. Tetapi kebesaran itu hanya bisa diperkecil oleh para anggota secara individual.
Semoga tidak pernah Terjadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar