foto

foto

Jumat, 06 September 2019

MENCONTOH SEMANGAT PEMBANGUNAN MASJID


JATUHNYA REJIM DIKTATOR yang dipimpoin Presiden Soeharto dan munculnya gagasan Revormasi,  era antara yaitu di masa Presiden Habibie yang sangat singkat itu nampak memunculkan semangat Demokrasi di dunia pendidikan, dan salah satunya adalah merombak Sistem Kepemimpinan di Sekolah Sekolah formal, Mendampingi gagasan Integrasi Imtak - Iptek, ditambah Kepemimpinan Sekolah yang dikasih merk MPMBS singkatan dari Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah. Teori ini mengacu kepada Kepemimpinan di Masjid.

Mengapa harus mengacu Kepemimpinan Masjid ? Karena berdasar pengamatan satu satunya Gedung yang paling sering melakukan pembaharuan dan pengembangan adalah di Masjid, istimewanya pembangunan Masjid itu selama ini tidak menggantungkan dirinya kepada Anggaran Pemerintah baik Daerah (APBD) maupun Pemerintah Pusat (APBN). Bahkan sebagian besar Masjid Masjid yang mentereng mentereng itu justeru tidak tersentuh sama sekali oleh APBN dan juga APBD. Lalu apa ciri khas Kepemimpin di Masjid.

Kekuatan Kepemimpinan di Masjid itu adalah menggabungkan tiga kekuatan, yaitu Uahli Ilmu, Ahli Ibadah dan Ahli Sedekah. Ahli ilmu berusaha menghidupkan dakwah sehingga masjid memiliki jadwal dakwah dan pengajian yang ketat. Sedang ahli Ibadah menegakkan pelaksanaan ibadah secara tertib dan ketat, semenatara ahli sdekah, selalu memotar otak untuk mengumpulkan dana sebanyak banyaknya uintuk mendukung program.

Banyak orang yang sering tak menyadari bahwa pada Masjid Masjid yang makmur itu dipimpin dengan kepemimpinan yang terbuka, bahkan karena terbukanya sistem kepemimpinan itu sehingga banyak jama'ah yang memiliki kemampuan untuk menjelaskan semua persoalan yang dihadapi oleh Masjid itu dari segi Kepemimpinan, meliputi rencana, pelaksanaan dan pelaporan atau pertanggungjawaban.

Ini yang diinginkan oleh dunia pendidikan pada saat itu, para petinggi menginginkan agar partisipasi masyarakat bisa diperdayakan dan dikembangkan, sehingga sehingga masyarakat sekolah akn dibuat paham sepaham pahamnya, sehingga masyarakat sekitarpun memiliki kemampuian menjelaskan visi missi sekolah.

Tetapi sayang seribu kali sayang, peraturan peraturan yang muncul justeru inkonsistensi, termasuk adanya larangan sekolah sekolah menerima  sumbangan dari masyarakat, yang sekilas seolah memiliki kepedulian  kepada masyarakat kecil. Termasuk Sekolah suasta tak boleh memungut dana dari masyarakat, bila akan meneriuma sumbangan dari Pemerintah. Ternyata kebijakan ini sangat mematikan bagi sekolah sekolah swasta, yang tak memiliki kekuatan finansial.

Terlepas dari gagalnya program itu karena berbenturan dengan aturan lainnya, manajemen masjid tentu saja tak akan ikut berubah, bahkan akan semakin memantapkan manajemen yang terbuka, sehingga para jama'ah memang harus di didik untuk memiliki pemahaman tentang visi missi, perencanaan, pelaksanaanaan dan bahkan pertanggungjawaban. Itu ciri khas manajemen masjid yang menhasilkan kemakmuran masjid, disebut makmur karena banyaknya jama'ah yang beribadah dan mengaji keagamaan dan Al-Quran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar