SAYA HANYA KASIAN SAJA kepada Deny Siregar dan Ade Armando yang buru buru tepuk dada begitu mendengar adanya warga keturunan Tionghowa berniat menyumbang dana 2 t rupiah untuk pemiayaan covid 19. Klo cuma sebut niat jasa besar dan teouk dada, ya silakan tepuklah dada itu sekuat kuat mereka dan gunakan pemukul bika perlu agar tepukan itu nyaring sehingga terdengar gemanya ke seantero dunia sekedar mengimbangi hiruk pikuknya dunia bahwa dana yang berasal dari etnis yang diouja puja silakan saja mereka memuji etnis itu setinggi tingginya sehingga tak terlihat lagi dari bawah, tetapi janganlah hendaknya segala pujian yang ternyata hampa itu dimanfaatkan pula untuk menhina ummat Islam sampai sehina hinanya.
Marilah pristiwa remeh temeh ini kita ambil pelajaran, saya katakan remeh temeh itu karena ini sekedar mencari penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, tetapi ini akan sangat berbahasa dan tak akan seimbang dengan berapapun besarnya pednghasilan yamh mereka dapatkan, katakanlah bisa membeli rumah mewah atau mobil yang mahal tetapi itu akan jauh lebih kecil dan tak ada artinya bila dibanding terjadinya kebencian dan bahkan peroecahan antar etnis. Dan manakal itu terjadi tak mungkin air mata darah dari keduanya bisa mengobati kerugian yang bisa saja terjadi.
Berdasarkan data terkait dengan pandemi ini, memang dikatakan bahwa orang orang kaya memang ternyata bertambah kekayaannya secara berlipat lipat, dan dalam waktu bersamaan kelas menengah kebawah ternyata menambah barisan pengemban angka kemiskinan yang mulai menghawatirkan, angka kemiskinan melonjak drastis. Dimana angka ini tidak akan bisa teratasi begitu covid ini teratasi, untuk mengatasi angka kemiskinan itu sangat komplek permasalahannya, karena terkait dengan sikap dan keyakinan dan bahkan kebudayaan yang hanya akan bisa teratasi manakala situasi kondusif dan membutuhkan keteladanan keteladanan dan ini membutuhkan puluhan dan mungkin ratusan tahun.
Bisa jadi hingga rezim ini serta kita kita yang seusia telah tiada dan baru masalah ini teratasi. Kita Merdeka sudah puluhan Tahun, 70 tahun lebih, kita masih belum mampu mengentas kemiskinan, karena memang kenyataannya memang ada pihak pihak yang masih merasa dendam kepada rakyat yang dipimpinnya. Rakyat dipersalahkan, dicari cari kesalahannya, dicari cari delik untuk menangkap para pemimpinnya. Situasi seperti ini akan lebih parah lagi manaka apa yang dilakukan oleh Deny Siregar dan Ade arnabdo itu terasa pedihg dirasakan oleh masyarakat terlegih rakyat kelas bawah.
Tetapi yakinlah bahwa para ulama dan dai tak akan tinggal diam, ulama akan tetap mendampingi ummagtnya yang memang memerlukan bimbingan, ini dilakukan walaupun memang dirasakan bahwa buzer buzer akan mengganggu para ulama, para buzer itu akan serentak mengucapkan suara yang seragam dari ujung ke ujung. Itu tandanya mereka masih dalam genggaman dan arahan Kakak Pembina.
SAYA HANYA KASIAN SAJA kepada Deny Siregar dan Ade Armando yang buru buru tepuk dada begitu mendengar adanya warga keturunan Tionghowa berniat menyumbang dana 2 t rupiah untuk pemiayaan covid 19. Klo cuma sebut niat jasa besar dan teouk dada, ya silakan tepuklah dada itu sekuat kuat mereka dan gunakan pemukul bika perlu agar tepukan itu nyaring sehingga terdengar gemanya ke seantero dunia sekedar mengimbangi hiruk pikuknya dunia bahwa dana yang berasal dari etnis yang diouja puja silakan saja mereka memuji etnis itu setinggi tingginya sehingga tak terlihat lagi dari bawah, tetapi janganlah hendaknya segala pujian yang ternyata hampa itu dimanfaatkan pula untuk menhina ummat Islam sampai sehina hinanya.
BalasHapusMarilah pristiwa remeh temeh ini kita ambil pelajaran, saya katakan remeh temeh itu karena ini sekedar mencari penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, tetapi ini akan sangat berbahasa dan tak akan seimbang dengan berapapun besarnya pednghasilan yamh mereka dapatkan, katakanlah bisa membeli rumah mewah atau mobil yang mahal tetapi itu akan jauh lebih kecil dan tak ada artinya bila dibanding terjadinya kebencian dan bahkan peroecahan antar etnis. Dan manakal itu terjadi tak mungkin air mata darah dari keduanya bisa mengobati kerugian yang bisa saja terjadi.
Berdasarkan data terkait dengan pandemi ini, memang dikatakan bahwa orang orang kaya memang ternyata bertambah kekayaannya secara berlipat lipat, dan dalam waktu bersamaan kelas menengah kebawah ternyata menambah barisan pengemban angka kemiskinan yang mulai menghawatirkan, angka kemiskinan melonjak drastis. Dimana angka ini tidak akan bisa teratasi begitu covid ini teratasi, untuk mengatasi angka kemiskinan itu sangat komplek permasalahannya, karena terkait dengan sikap dan keyakinan dan bahkan kebudayaan yang hanya akan bisa teratasi manakala situasi kondusif dan membutuhkan keteladanan keteladanan dan ini membutuhkan puluhan dan mungkin ratusan tahun.
Bisa jadi hingga rezim ini serta kita kita yang seusia telah tiada dan baru masalah ini teratasi. Kita Merdeka sudah puluhan Tahun, 70 tahun lebih, kita masih belum mampu mengentas kemiskinan, karena memang kenyataannya memang ada pihak pihak yang masih merasa dendam kepada rakyat yang dipimpinnya. Rakyat dipersalahkan, dicari cari kesalahannya, dicari cari delik untuk menangkap para pemimpinnya. Situasi seperti ini akan lebih parah lagi manaka apa yang dilakukan oleh Deny Siregar dan Ade arnabdo itu terasa pedihg dirasakan oleh masyarakat terlegih rakyat kelas bawah.
Tetapi yakinlah bahwa para ulama dan dai tak akan tinggal diam, ulama akan tetap mendampingi ummagtnya yang memang memerlukan bimbingan, ini dilakukan walaupun memang dirasakan bahwa buzer buzer akan mengganggu para ulama, para buzer itu akan serentak mengucapkan suara yang seragam dari ujung ke ujung. Itu tandanya mereka masih dalam genggaman dan arahan Kakak Pembina.