'
PAK PENDETA MENINGGAL BEBERAPA HARI KEMUDIAN
PENDETA yang satu ini baru saja menyatakan protres kerasnya terhadap Gemuruhnya Suara adzan di Prapat Danau Toba Sumatera Utara dan salah satu alasannya karena Prapat adalah telah mengalami perkembangan pesat setelah Presiden jOkowi dibantu Oleh Luhut seorang pembantu Presiden yang sangat penting membangun Prapat dan Danau Tobanya sehingga menjadi Tujuan Wista bukan saja Nasional tetapi justeru Internasional, maka dengan demikian Suiara adzan yang dahulu hanya sekali dalam satu Waktu, tetapi Gemuruh adzan Sekarang sudah berkembang menjadi lima kali dalam satu waktu, sehingga bila dikalikan dengan lima waktu Sehari Semalam, maka sudah dapat dipastikan para Wisatawan International itu akan sangat terganggu dan bila wisatawan itu merasa tergenggu dan sehingga para wisatawan kapok dan tak akan kembali lagi bahkan meganjurkan orang lain tak perlu mendatangi Prapat maka kita semua akan mengalami kerugian besar, kira kira demikianlah isi seruan Pendeta itu. Beliau adalah Pendeta Dr. Mangapul Sagala dan pakar Ahli KeKristenan, seorang Doktor Sartjana Theologi Alumni Singapura. Dan
Karena jaraknya antara waktu beliau beliau menyampaikan dan saatnya beliau Meninggal dunia maka tentu saja menguindang kehebohan sendiri, karena masyarakat tergiriung seolah olah kematiannya sangat erat dengan apa yang beliau proteskan dan apa yang beliau pidatokan dari Mimbar Kependetaannya itu. Padahal belum tentu, tetapi mereka yang berfikir demikian juga bukanlkah tidak memiliki alasan. Masyarakat Netizen terdorong mengait ngaitkan dengan berbagai sesuatu yangmasih samar diantaranya dikaitkan dengan sumoahalah sejumlah orang yang dikenalk sebagai ahlul ibadah yang merasa mengalami perlakuan secara tidak adil. Dan meninggal pada 6 Agustus 2022 yang lalu.
Sebagai pendeta terpelajar bergelar Doktor dari Lembaga Pendidikan terkenal di Singapura maka seharusnya Pendeta ini bicara setidaknya berdasarkan hasil penelitian, benarkan jumlah Wisatawan di Parapat mengalami penurunan yang derastis dari berapa ke berapa, lalu ditelitidiantara mereka yang pernah merantau ke Prapatdan merasa kapok di tanyakan beberapa penyebab dan salah satu penyebabnya adalah karenua suara adzan, tetapi berppi berapa persenkah yang disebabkan oleh suara adzan itu. Dan jika seandainya jumlah pengunjung justeru mengalami kenaikan mak berarti yuduhan Pendeta tertolak dengan sendirinya. Bisa jadi memang tuduhan Pendeka hanya bersifat sunjektif, kebencian dan sebagainya. Dan pernyataannya otomatis tertolakkan.
Ada sih Netizen yang melakukan penelitian dan melakukan rekaman langsung walaupn melalui amper secara acak, tetapi mereka berhasil menampilkan hasil penelitian mereka tentang apa sikap mereka terhadap ncaan Adzan, dan ternyata hasilnya positif mereka mengatakan tertarik dan terharu dengan irama bacaan itu, dan juga dikabarkan ada juga pihak yang telah melakukan penelitian dengan cara wawancara kepada objek, bagaimana perasaan mereka mereka mendengar kumandang suara adzan, umumnya mereka tertarik dan apalagi mereka baru pertama mendengar adzan, dan tentu saja mereka menunjukkan sikap keingintahuan mereka tenmtyang bacaan apa adzan itu, itu terjadi di beberapa negara di Timur Tengah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar