foto

foto

Rabu, 18 Mei 2022

MENGELOLA PERKEMBANGAN SEBUAH MASJID (Bagian Pertama dari tiga tulisan yang direncanakan)

ADA YANG MERASA SAYA TUDUH SEBAGAI BIANG KEROK



RAPAT TAKMIR meminta sasa hadir dalam Rapat tadi malam  di Masjid al Jihad, saya hadir dalam kapasitas saya sebagai salah satu anggota  Penasehat dalam struktur Kepengurusan. Rapat dibuka dan dipimpin  oleh Ketua Takmir, setelah Ketua membuka dan menjelaskan apa yang diharapkan dari rapat ini, maka kesempatan pertama dimintakan kepada Ketua Penasehat, lalu saya dan setelah saya bicara pula dua orang Pengurus lainnya. Karena memang Ketua tidak menjelaskan secara detail apa yang menjadi permasalahan, berimbas bagi pembicaraan pembicara pertama, pembicaraan pembicara pertama menjelaskan syarat syarat Iman Sholat, nampaknya beliau kurang mengikuti perkembangan di Aljihad. Ketika sya digilir untuk bicara maka gaya saya bicarapun saya buat ngambang, saya bilang bahwa atas penangkapan saya maka saya bagi dua pembicaraan arahan dari Pak Ketua, pertama tentang Imam Sholat dan yang kedua tentang kajian keislaman di Masjid al Jihad, 

Tentang Imam Masjid Al jihad saya katakan bahwa saya gembira bila di Masjid ini akan tampil banyak jama'ah yang memiliki potensi bisa menjadi imam, maka tugas takmir adalah berusaha agar mereka beserta makmum yang lain untuk mendapatkan pencerahan dan mamahami lebih dalam prihal keimamaman dala sholat sehingga  muncul mereka baik imam maupun jama'ah yang memiliki pemahaman dan keteramopilan sebagai imam, sehingga mereka yang ditunjuk sebagai imam selain memiliki keterampilan juga memiliki pemahaman dan wawasan yang memadai, jabgab sampai ada muncul Imam Imam sholat yang justeru awam di bidang aturan Islam tentang Sholat dan maslah keimaman dalam sholat.   

Justeru saya menghindari berbicara tentang imam karena Ketua Takmir Masjid sepertinya berusaha menghindari untuk membicarakan ,asalah Imam Masjid Al Jihad. Maka saya juga ikut menghindar membicarakan masalah kontroversi tetang keimaman di Masjid Aljihad, Sehingga saya bersegera mengalihkan pembicaraan tentang kimaman. Dan beralih membicarakan maslah pengkajian keislaman. Namun demikian tentu pembicaraan masalah inipun saya menhindari bicara banyak karena memang ini sama sekali belum ada yang mengajukan pemikiran secara jelas tentang pengkajian. Saya alihkan pembicaraan tentang pembuatan youtube dan melakukan pengkajian san pengajian melalui virtual. Saya sadar  bahwa sedang bicara di kontek. 

Lalu pembicara ketika, pembicara ketika benar benar menumpahkan uneg inegnya, sipembicara menunjukkan kgundahan yang tak mampu dia tutupi, sulit sekali baginya melontar senyum, maka saya menangkap adanya kegelisahan yang sangat membebaninya,  lalu sejumlah pernyataan berbau kritikan dan yang tak kalah pentingnya yaitu hasilnya merekam berbagai pernyataan dari sejumlah jama'ah. terakhir beliau katakan bahwa apa yang saya sampaikan bukan hasil halusinasi, ....  jadi apa yang saya sampaikan ini sepenuhnya tanggung jawab saya dan saya siap jika pada malam ini juga kita dialogkan apa yang telah saya sampoaikan ini, dan sekali lagi belaiu mengatakan bahwa yang saya ucapkan adalah sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya  katanya dalam menutup pembicaraan  ... dan sampai dngan kata penutupnya yang bersangkutan masih menunjukkan kegugupannya, pertanda apa yang belaiu sampaikan sejatinya terasa berat, tetapi sepertinya itu terpaksa untuk harus belau sampaikan. 

Pembicara keempat membuka dengan kalimat yang sangat menyentil bagi saya pribadi, katanya ... "Apa yang akan saya sampaikan adalah sebuah klarifikasi terhadap Pak Fachruddin yang telah menuduh saya sebagai  Biang Kerok"  .... sebetulnya saya ingin memprotes dan minta klarifikasi  atas pernyataan itu, tetapi saya coba untuk bersabar  sehingga beliau menjelaskan tuduhan kepada saya, dan mungkin beberapa klarifikasi. .... maka saya mencoba bersabar dan menyimak dengan seksama. 

Tetapi sungguh mengherankan...  sampai pembicaraan yang bersangkutan   memasuki klosing statemen  ternyata tak ada kata yang berisikan tuduhan saya bahwa beliau Biang Kerok ataupun secamnya, tetapi beliau justeru mengkloreksi  seseorang yang tidak menghadiri peryemuan itu, lalu meminta agar diberikan penilayan  para peserta rapat ... atau semacamnya. Dan tidak juga ada klarifikasi disampaikan  kepada pembicara  ketiga tadi  sampai kepada yang bersangkutan merasa tak ada lagi yang haruis disampaikan dan dan tak  ada sesuatu yang dianggap harus diklarifikasi, terkait saya. Saya ingin positif thingking saja bahwa itu disampaikan adalah untuk menghindari benturan pembicaraan dengan pembicara ketiga yang rada keras tadi. 

Saya tak ingin memperpanjang masalah ini, pembicara keempat tadi merasa dan mengaku keliru dalam bercap dan ingin meminta maaf, saya maafkan saja tampa harus bicara dengan saya, sehingga masalahnya klir dengan sendirinya,  uacapan yang berbau tuduhan kepada saya  sama sekali tidak diucapkannya. itu saya maafkan saja. Tetapi bila yang bersangkutan merasa benar maka statemennya sepenuhnya merupakan tanggungjawan yang bersangkutan kepada Allah Swt.  Apalagi hingga akhir kata yang bersangkuta tidak memberikan penjelasan apa apa terkait saya.

Selesai sudah empat pembicara yang dimintai oleh Ketua Takmir untuk menyampaikan sumbang saran, dan peserta rapat yang dimintai sunbangsaran terdiri dari kami berampat, saya ditunjuk jadi pembicara kedua. Pembicara pertama saya nilai hanya bicara secara umum saja, tentang sarat sarat jadi imam sholat dan memberikan dukungan bila akan melaksabajan pengajian dan pengajian, pembicara pertama sesungguhnya tidak mengtahyui kondisi Masjihad secara mendalam.  Selaku pembicara kedua saya melintasi jalan aman karena saya akan menyesuaikan dengan bukaan dari ketua Takmir, sehingga saya hanya membicarakan sesuatu yang relatip ringan dan nyaris tak banyak arti. 

Pembicara ketga memang berbicara relatif tajam, tetapi belum mencapai puncaknya, karena beliau meminta adanya adanya sanggahan sehingga terjadi pendalaman sebelum adanya keputusan dan kebersamaan. Dan pembicara keempat lebih menjurus kepada upaya beladiri sambil menyampaik koreksi yang disampaikan secara tebih khusus.  Tetapi ternyata mungkin menghindar penggunaan waktu  yang terlalu yang terlalu panjang. Jalan pintas beliau bertanya kepada Sekretaris tentang usaha untuk mendapatkan Imam tetap di Masjid Al jihad. Lalu sekreyaris menyebut nama. 

Lalu  Dr. Ustd Bukhori Shomad menyetakan bahwa nama yang diusulkan itu beliau kenal, tetapi katahuilah bahwa yang bersangkutan keliwat tegas dan lugas dalam bersikap, tetapi kata beliau beliau tidak menghalang halangi bila kita sepakat  mengangkat yang bersangkutan sebagai imam tetap. Grup mereka sering menamai mereka sebagai penganut salafi. 

Selanjutnya kata beliau memperingatkan, tetapi jika akan meminta dari saya untuk memberikan tenaga narasumber untuk kajian kajian keislaman saya bisa memberikan tenaga yang memiliki keahlian dalam bidang Fikih, dan satu lagi memiliki keahlian dalam bidang aqidah. Saya secara pribadi sebenarnya berpikiran kita harus memiliki pertimbangan yang lebih kritis bila ingin menghadirkan tokoh salafi di Masjid Al Jihad ini, bila kita belum memiliki kesanggupan atau setidaknya memiliki sedikit pengalaman tentang perbandingan mazhab dalam bidang fikih, dan setidaknya memiliki pemahaman tentang sejarah perkembangan theologi Islam.  Artinya sangat terbuka akan muncul uraian yang meluas dan justeru akan memusingkan. 

Para ulama Salafi seperti yang kita ketahui hingga saat ini dianggap oleh kelompok Ahlu Sunnah Waljama'ah sebagai kelompok yang lebih dekat dengan Wahabi, sedang ahlu sunnah wal jama'ah selama ini merasa banyak diserang oleh  kelompk Wahabi.   Sebagai info awal kita sebutkan saja bahwa Kelompok Ahlu Sunnah Waljama'ah di Indonesia melahirkan dua organisasi besar yaitu NU dan Muhammadiay. Tetapi yang lebih merasa dikritisi oleh Wahabi adalah NU ketimbang Muhammadiyah. Sehingga saya sebenarnya akan memiliki pertimbangan yang kritis demi persatuan dan persatuan, dan ingin mengatakan belum saatnya kita membahas dan mengkritisi Ulama Salafi hanya dengan ilmu dan pemahaman yang masih sangat terbatas. Kita belum memiliki kekuatan dan ketahanan keilmuan untuk diimami para ulama salafi, kita masih membutuhkan penambahan ilmu pengetahuan karena kita terbiasa dibesarkan oleh Ulama Ahlu Sunnah Wal Jama'ah. Tetapi ingatlah bahwa baik ulama Ahlu Sunnah Waljama'ah dan juga juga Ulama Salafi bahkan Ulama Wahaby harus kita hormati karena para ul;ama itu dijadikan oleh ummat Islam sebagai panutan di berbagai belahan dunia Islam. 

Saya bergembira jika Ustad Dr. Bukhori berkenan membantu kita menghadirkan ulama yang memiliki kompetensi ada yang masalah fokih dan ada lagi yang memiliki potensi dalam bidang Aqidah. Namun demikian kita memang sedang membutuhkan ulama yang bisa mengajari kita tentang  cara sholat yang benar utamanya dengan bacaan sholat, karenba bacaan sholat itu sebagai salah satu indikator sempurnanya sholat. Sebetulnya secara pribadi saya sangat bersyukur bahwa sudah muncul beberapa jama'ah yang merasa gembira dan bahkan merasa dihormati bila  ditunjuk sebagai imam. Mereka sudah banyak menghapal ayat dan surah surah yang lazim di dibaca dalam sholat.

Tetapi di lain pihak memang sering tertangkap oleh kita yang bersangkuta agak tergellincir dalam membaca al Quran, apakah karena keliru memahami atau memang ada kesulitan bagi sahabat tadi  mengalami kesulitan dalam menyebut atau membaca konsonan tertentu. ada juga mereka mengalami kelupaan dalal mebaca surat atau ayat justeru pada pada saat mereka sedang melaksanakan tugas sebagai imam sholat .....  bersambung.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar