'
PRESIDEN DINILAI KELIRU MENGAMBIL LANGKAH.
BERMULA DARI para emak emak yang tersungging akibat komentar po;itisi senio perempuan di Indonesia karena melihat emak emak mau maunya antri membeli minyak goreng, lalu dalam satuy kesempatan Sang Politisi dikabarkan akan mendemontrasikan bagimana cara memasak makanan tampa minyak goreng semisal direbus umpamnya konon demontrasi memasak cara merebuspun sukses diajarkan. Hasilnya para emak emak mebir dan semakin nyinyir karena masakan rebus, kukus, dan banggang memang aktivitas keseharian. Cuma masalahnya anak anak mereka tidak mau memakannya, dan untuk membeli minyak itu merekja harus antri karena memang minyak langka di warung.
Perang nyinyir kepada Emak Emak masih terbuka lagi karena didapatkan foto emak emak mengunjungi mol mol untuk membeli baju lebaran. Emak emak tak terima dinyinyirin, mereka antri minyak goreng karena langka, dan mereka beli banju toh hanya setahun sekali di pakai di Hari raya Fitri. Sang politisi senior sepertinya tak memiliki cukup kemampuan mngakresiasi permasalahan dan kebutuhan wong cilik. Tetapikata emak emak itu belum seberapa, ternyata Presiden sendiri memiliki pulukan yang benar bnar membuat pingsan di lebaran yang buram.
Apa pasal ?. Ternyata Presiden secara mengejutkan membuat Keputusan menghentikan aktivitas ekspor minyak makan. Di saat memang Indonesia yang tercatat sebagai Pengekspor Minyak goreng dan Penghasil Sawit terbesar justeru di saat Indonesia butuh penghasilan dari kegiatan ekspor yang tak pernah putus itu. Belakangan banyak pengamat menilai bahwa keputusan pelarangan ekspor minyak boreng itu hanya sejedar gagah gahahan saja untuk mencari simpati, Benar saja larangan ekspor itu hanya berlaku efektif tiga hari.
Petani sawit langsung menjerit keras keras karena dalam tiga hari itu konon sawit yang semula dihargai Rp. 3.000, - lebih itu ternyata oleh penampung hanya dihargai Rp. 700, - setelah mengakami penurunan harga. Untuk biaya pemetikan dan lain sebagainya petani harus membayar sebanyak Rp 400, - per KLh. Sehingga menghadapi Hari Idul Adha ini para petani benr nbe.
Sebenarnya Presiden Jokowi sebenarnya bukan seorang yang melakukan kesalahan dalam penataan dan pengelolaan terkait dengan sawitdan minyak goreng, hal itu adalah sebuah perjalanan poanjang dalam memprakterkan dalam banyak hak yang sebenarnya peluang untuk nebsehahterakan rakyat, tetapi karena salah urus dan ingin nampak gagah dan kerakyatan serta keberpihakan kepada woing cilik, tetapi kenyataannya sebaliknya kekecewaan yang didapatkan .