foto

foto

Minggu, 30 Januari 2022

IJINKAN KAMI DOAKAN BAPAK REKTOR AGAR SELAMAT, SUKSES DAN BERKAH.


 
INSYA ALLAH kami tidak keliru bila  partisipasi ikut mendoakan agar Rektor UIN Rd. Intan Bandar Lampung yang baru dilantik beberapa hari lalu bisa melaksanakan tugasnya dengan baik sehingga s
Selamat, Sukses, Berkah bagi semua. Ya itu saja doa kami. Ketika saya sampaikan gagasan untuk menulis dan menyampaikan ucapan selamat ini seorang teman tertawa terbahak bahak menganggap  gagasan saya itu tidak serius dan memang tidak akan dilakukan. Dia tak menyangka saya bakal serius. Lho apa susahnya menulis ucapan selamat dan mendoakan sukses bagi seseorang Saudara kita yang baru saja diserahi tugas berat mengemban amanah beberapa hari lalu  agar sukses dan berkah untuk beliau dan untuk semuanya  sehingga bisa dinikmati sepanjang masa.  

Tidaklah terlalu penting doa kami  ini diketahuinya dan diaamiin kannya, karena katanya kita doakan seseorang , justeru mereka yang didoaakan tidak tahu menahu, katanya. Maka kami menganggap doa itu akan baik baik saja, dan tidaklah harus tulisan ini untuk sampai ke meja atau sampai ke WA Bapak Rektor. Tetapi kami akan meyakinkan kepada jama'ah Masjid Aljihad Perum Korpri yang sempat membaca tulisan ini di Blog maka kiranya  berkenan untuk ikut mendoakan dan mengaminkan doa kami, karena ada sesuatu yang kami harapkan agar terselenggara hendaknya. 

Posisi masjid kami Masjid Al Jihad Perum Korpri Bandar Lampung  terletak diantara dua Perguruan Tinggi Negeri, yaitu UIN Rd. Intan dan Itera Lampung, Di sekitar masjid itu terdapat banyak sekali Mahasiswa Mahasiswa Kedua Perguruan Tinggi Negeri itu yang kost di sekitar masjid. Kini memang para mahasiwa banyak sedang kena giliran istirahan dan stay di rumah masing masing, artinya banyak mahasiswa yang pulang kampung sehingga sebagian besar kamar kost kosong. Itu yang terjadi di masa pandemi 19 ini. Tetapi nanti mereka akan kembali berdatangan ke tempat kost masing masing seperti biasa setelah dinyatak secara resmi oleh Pemerintah bahwa Pandemi 19 sudah reda, yang dalam waktu bersamaan kita berhasil membershkan diri dari pernyataan yang sekedar hoax serta trik trik bisnis dan pencarian keuntungan dengan memanfaatkan kekuasaan dalam arti luas.  Maka tak berlebihan rasanya bila kita berharap kepada mereka yang memiliki kewenangan, wawasan keterampiulan tentang sesuatu hajat manusia secara umum. Dan salah satu orang yang tepat untuk kita mintai perannya adalah Rektor UIN Rd. Intan Lampung  yang baru selang beberapa telkah dilantik sebagai Rektor, belaiu adalan Prof. Wan Jamaluddin M.Ag, Ph. D. 

 Pertahankan Kesatuan dan Persatuan dengan Iman dan Takwa

 Perlu disampaikan bahwa  dahulu ketika Habibie berkesempatan menduduki jabatan sebagai Presiden, setelah kursi itu di ditinggalkan oleh Presiden Soeharto. Kesempatan Habibie sebagai Presiden sangat singkat karena secara politis banyak pihak yang tidak menginkannya menduduki jabatan itu lebih lama.  Padahal beliau sedang mengimpikan kita bisa Mepertahankan kesatuan dan Persatuan dengan Iman dan Takwa  yaitu dengan cara mengitegrasikan Iman dan Takwa Serta  Ilmu Pentahuan dan  Teknologi

Semangat untuk membangun kesatuan dan persatuan maka yang harus diintegrasikan adalah Keimanan danb Ketakwaan serta Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,   setidaknya sempat menggagas dan berusaha merumuskan gagasan itu, yaitu seperti istilah yang sering beliau sebut sebut yaitu "Pengintegrasian antara Imtaq dan Iptek"  Yaitu Pengintegrasian Iman dan Takwa dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.  Dengan memanfaatkan kesempat untuk berpidato di beberapa tempat  serta seminar dan diskusi  beliau selaku Presiden sepertinya berhasil menjelkaskan serba singkat tentang apa makna dibalik gagasan Pengintegrasian Imataq dan IPtek itu sehingga pada saat akan dilaksanakan sesungguhnya sudah banyak mereka yang memiliki kemampuan untuk  berpartisipasi dalam gagasan ini.  Secara ganti berganti Guru Guru Mata Pelajaran mendapatkan kesempatan untuk dilatih. Maka guru kelompok mata pelajaran berkumpul untuk dilatih. Guru Matemasti, Bahasa, Geografi, kesenian  dan sebagainya berkelompok sesuai dengan mata pelajaran yang diampu 

Para peserta ini selain mendapatkan pengetahuan strategi dan petunjuk cara cara pengintegrasiannya, lalu kelompok itu ditugaskan untuk mengumpulkan sejumlah ayat ayat yang terkait dengan konten mata pelajaran yang diampu, alhamdulillah dalam satu angkatan mereka berhasil mendapatkan koleksi beragam. ada kelompok yang hanya menemukan beberapa buah saja, lalu dilanjutkan oleng angkatan  lainnya dalam mata pelajaran yang sama, pernah mereka mampu menemukan belasan ayat sekali gus, tetapi lama kelamaan  peserta itu mendapatkan kesulitam, sehingga hanya menemukan  ayat terklait di bawah lima ayat. tetapi setelah pelaksanaan pelatihan yang kesekian kalinya, ternyata banyak sekali ayat ayat yang ditemukan para peserta pelatihan itu yang erat kaitannya dengan marerei materi ajar yang diajarkan oleh para pendidik sesuai dengan Kurikulum dan yang baru kelak disyahkan di masa Kepresidenan Megawaty. Ternyata klurikulum dan UU Pendidika yang baru disyahkan itu banyak muatan muatan yang ternyata sejalan dengan Al Quran. 

Maka bermunculanlah para guru di segala level dari SD - STP dan SLTA yang berusaha menambah pengetahuannya tentang Islam terkait dengan mata pelajaran yang diampunya. Sayang hal ini tidaklah berjalan lama, karena ternyata terhadap UU Pendidikan dan Kurikulum yang telah diabngun dengan bersusah payah selain membutuhkan waktu lama juga membutuhkan biaya yang lumayan besar karena memang  harus membutuhkan keterlibatan banyak pihak terkait. Baru saja mempersiapkan ancang ancang agar pengintegritasan Imtak-Iptek mendapatkan jalam mudah. Tiba tiba saja Pengelola dua pendidikan telah merencanakan penggantian dan perubahan baik UU Pendidikan, Kurikulum dan sekaligus sylabusnya. Maka praktis berakhirlah sudah upaya penyempurnaan program pemgintegrasian antara Imtak dan Iptek. Dan bak maraton, UU Pendidikan, Kurikul dan Silabus yang baru telah jadi dan siap pakai.

Seingat saya maka dalam waktu bersamaan dengan terhentinya Program Imtak dan Iptek maka muncullah Pengarusutamaan Gender dalam pendidikan dan dalam banyak aspek lainnya yang dikelola Pemerintah. Dengan rumus untuk menjadi mereka yang terpinggirkan karena ketidak adilan sosial baik akbat kepenganutan terhadap tradisi yang membuat pihak pihat tertentu menjadi terpinggirkan  untuk dijadikan sebagai arus utama. Jelas didepan mata bagi kita semua bahwa perempuan selama ini menjadi pihak yang dipinggirkan oleh kebiasaan dan kepenganutan terhadap nilai nilai yang keliru itu Wanita adalah korbannya. Maka dicanangkanlah program Penegarusutamaan Gender sesuatu yang akan diprogramkan secara serius. 

Apa yang kampanyekan oleh program Pengarusutamaan Gender ini menjadi sangat menarik karena dalam pandangan akademisnya banyak mengutip dan menyandar kepasa sejumlah Kesepakatan Kesepakatan  semisal Demokrasi  artinya sesuatu yang banyak dianut dan justeru kesepakatan kesepakatan umum dalam sekala Internasional. Dan oleh banyak pihak seolah dianggap lebih tinggi  dari nilai nilai Agama karena kesepakatan Internasional di anggap kebenaran yang lebih berkualitas karena lebih universal 

Selain itu penbiayaan bagi Proyek Pengarusutamaan Gender  nampaknya memiliki kekuatan dana yang sanhgat besar sehingga pelatihan Pengarusutamaan Gender pengikutnya berkembang sdemikian rupa bukan hanya guru saya tetapi bagi karyan di berbagai Instansi dan lembaga lemaga utamanya Pemerintah. Apalagi bahwa kesepakatan kesepakatan masyarakat dunia terlalu banyak yang belum diungkap dalam Pelatihan Pengarusutamaan Gender ini, itulah sebabnya pembahannya semakin berkembang, apalagi didukung oleh dana yang memang tidak sedikit. Itulah sebabnya barangkali mengapa proyek ini bisa  mencetak dan membagi bagikan buku sebagai bacaab guru dan siswa, maqka keberadaan proyek ini sejatinya adalah sesuatu yang selayaknya kita sambut baik. 

Sayang seribu kali sayang,   saya lupa subernya, apakah dari berita disebuah media, ataukah dari kiriman lewat WA, tetapi saya berharap ini hanya hoax belaka, dikatakan bahwa salah satu buku yang dikirim oleh Proyek Pengarusutamaan Gender itu adalah sebuah buku yang membahas tentang perkawinan, dimana perkawinan itu diberbagai negara berkembang dianggap sesuatu yabg sangat sakrakl adanya, sehingga perkawinan bukan pekerjaan yang boleh dilakukan secara coba coba lalu bercerai manakala tidak menemukan sesuatu kecocokan. Rupanya dalam teori Pengarusutamaan Gender justeru Perkawinan itu merupakan kebebasan bagi setiap seseorang dan pada suatu saat bila tidak lagi menemukan kecocokan maka boleh berpisah, dan yang lebih penting dalam  buku itu dikatakan bahwa perkawinan adalah hak setiap  seseorang, seseorang bolek memilih pasangan yang berlainan jenis kelaminnya, atau boleh juga memiliki kesamaan jenis kelamin, dan boleh juga untuk memilih tidak memiliki pasangat tetap. Mungkin kita memiliki harapan yang sama, semoga saja itu tidak benar, karena memang bertentangan dengan nilai nilai keagamaan. 

Akan Dibentuk Agama Baru. 

Seorang Pendeka yang juga mengelola sebuah Chanel Youtube mengatakan bahwa beliah menemrim sebuah kiriman naskah tulis, yang intinya bahwa ewat PBB akan dikampanyekan sebuah Agama Baru, sebuah Agama yang dibangun berdasarkan kesepakatan Kesepakatan Internasional lewat Lembaga PBB dan dalam naskah itu sekaligus peringatan kepadaagama yang ada terutama Islam dan Kristen yang dalam berbagai hal memiliki pandangan yang berbeda dengan  PBB, terutama terkait hak azasi manusia. Tetapi info yang mencengangkan ini selain juga belum mengungkap Naskah Akademis dari gagasan besar ini, juga pendeta belum menyampaikan sebuan naskah tulis yang pernah dimuat di sebuah media. Mungkin itu pula sebabnya maka belum mengundang banyak reaksi baik dari pihak Kristen maupun Islam. Tetapi jika seandainya memang nanti saatnya telah diluncurkan oleh pemilik gagasan, maka bisa jadi pihak Islam akan menjadi pihak yang paling reaktip, dalam artian menentang pembentukan agama baru ini. 

Dipastikan agama yang akan di louncing ini bukanlah agama samawi, oleh karenanya dipastikan akan terlepas dari ajaran yanmg telah disampaikan sejumlah nama nama Nabi yang selama ini kita kenal seperti Adam, AS,  Ibrahim, AS hingga Muhammad SAW. Tetapi agama yang akan dimunculkan ini adalah sebuah agama Ardi .  Seperti gelagat yang ditunjukkan dialektika kemunculan Penguarusutamaan Gender yang lalu sarat  dengan teori teori yang berlatar belakangkan penguat dari kesepakatan kesepakatan pemikiran Barat pada umumnya misal seperti teori teori tentang demokrasi umpamanya yang kita kenal sebagai pemikiran Barat dan kawan kawan. 

Akan Menghadapi Dunia Islam dan Dunia Kristen. 

Menurut uraian uirayan  yang disampaikan dalam gagasan pembentukan agama baru itu maka digambarkan bahwa selama ini diakui masih banyak terdapat perbedaan antara gagasan besar ini dengan  sikap sikap kedua agama ini. Belum banyak yang diuraikan apa saja yang jadi oerbedaan sehingga dirasakan oleh agama baru ini sebagai ganjalan. Namun demikian akan sulit sekali kita untuk mempersamakan antara Islam dan Kristen, bukan saja masalah materi ajaran, tertapi kedua juga banyak perbedaan yang cukup diametral akan sulit dipersamakan. Dan selain itu Kristen nampaknya lebih memiliki kelemewahan dalam kelenturan sikap,  perbedaan dalam kelenturan yang dimiliki itu bisa saja justeru akan mengakibatkan akan adanya kenaikan dalam persamaan dan perbedaan yang justeru bisa menimbulkan ketegangan baru.  

Oleh karenanya kita marasa patut untuk menghawatirkan akan munculnya ketegangan yang terpelihara dan selalu dikembangkan ketegangan antara Islam dan Kristen yang juga disebut Nasrani. Mengadu domba Islam dan Kristen adalah sangat dimungkin bila ada pihak yang memang tak menyukai keduanya selain dari menginginkan menguasainya. Saling menyerang antara Kristen dan Islam itu adalah iabarat hadiah bagi pihak yang memang tak menyukai Islam dan Kristen, untuk mengurangi beban  dalam upaya mengatasi musuh musuh mereka. Tetapi bila seandainya mereka menginginkan jalan damai, maka akal lebih mudah mereka berkoalisi dengan Kristen atau disebut juga Nasrani itu. 

Sebagai agama baru yang tidak punya semacam utusam atau Rasul,  maka besar kemungkinan maka media sosiakl dan media streaming ajan djgunaka

 











 
 

Selasa, 25 Januari 2022

MASJID JOGOKARYAN YOGYAKARTA DAN SEJUTA HARAPAN.




JIKA  JAMA'AH SHOLAT subuh sama ramainya dengan sholat Jum.at maka berarti ummat telah melaksanakan ajaran Islam secara konsisten jika sholat subuhnya sepi sunyi maka sesungguhnya banyak diantara jama'ah itu yang hanya berpura pura atau setidaknya tidak konsister. Sehingga butuh dorongan dan pencerahan dari berbagai aspeknya. 

Banyak orang berkesimpulan bahwa tidaj ada jaminan Islam akan tetap berada di Indonesia. bila kita tidak berusaha mempertahankannya. dan salah satu caranya adalah menghidupkan dakwah di lingkungan kita. Dahulu Filipina itu konon adalah Kerajaan Islam yang besar, sejak kita lahir dengan mengenal Filipina adalah mayoritas Katolik, sementara ummat Islam tersuduk di suatu daerah kecil yang terkesan tertinggal dari daerah Filipina lainnya. 

Apakah Indonesia sekarang ini mayoritas Muslim itu bisa bernasib seperti Filipina ... ? Bisa saja terjadi, kan Filipina sebagai contohnya, dahulu di sana ada Kesultanan Islam  yang besar. Dan ada ada sejumlak Kota dunia tercatat sebagai wilayah Islam yang modernm kini tinggal kenangan. Bisa jadi Islam di Indonesia akan bernasib sama dengan di Andalusia yang harus memilih dua piulihan sialakan pergi dan keluar dari Andalusia atau tetap di sini memeluk Kristen Katholik, jika tidak keduanya maka teroaksa dibunuh. 

Perkembangan politik Indonesia akhir akhir ini hendaknya dipahami sebagai sebuah ancaman bahwa ummat Islam akan menghadapi persoalan, oleh karenanya maka harus dicari upaya untuk bisa bertahan hidup do Indonesia dengan cara berdampingan sama ketika ummat Islam dahulu ikut mempelopori Perjuamgan Kemerdekaan Indonesia yang berhasil di Proklamirkan tanggal 17 Agustus 1945 yang lalu. Terlalu banyak gelar  buruk yang oleh segelintir tokoh untuk tidak segan segan untuk menyematkannya ke ummat Islam, semisal anti toleran, anti NKRI, anti Pacasila, ditambah lagi dengan Teroris, dan sekarang juga kita harus menerima kenyataan bahwa salah satu ajaran kebanggaan kita yang pernah di Praktekkan Islam yaitu ke Khalifahan menjadi sesuatu yang menjijikkan dan walaupun tidak melalui hasil Keputusan Sidang Pengadilan telah dinyatakan sesbagai nama yang tak disukai. Dan nyaris tak berdaya untuk menolak gelar gelar buruk itu.  

Untuk menghindari nasib buruk itu hendaknya dari sekarang kita diharuskan untuk berusaha meningkatkan usaha menolak  gemar buruyk itu sebaik mungkin sesuai dengan aturan yang berlaku, disamping kita membangun agar Islam Indonesia kembali menjadi bangunan yang kokoh, selain kita harus membangun dunia politik, dunia ekonomi dan dunia pendidikan kesemuanya melebur di dunia dakwah. Dengan kata lain bahwa dakwah kita harus melebur ke dunia pendidikan, dunia ekonomi dan dunia politik. Kita harus mengkampanyekan agar ummat Islam menjadi pelaku ekonomi yang baik, peserta didik yang baik dan berprestasi, dengan menjadi politisi yang baik. NKRI harga mati seperti yang banyak di klaim mereka yang tak ingin Islam tetap berada di bumi Pertiwi.  maaf ... bersambung







Senin, 24 Januari 2022

TIDAK SEMUA ORANG BOLEH JADI IMAM, AWAS ADA SITUASI YANG KRITIS



INI PERHATIAN BAGI  seseorang yang sejatinya paling memenuhi syarat jadi imam tetapi iya merasa pakewuh sehingga mempersilakan orang lain maju padahal Ia tahu yang bersangkutan kurang memenuhi syarat untuk menjadi imam. Lalu apakah salah untuk bersikap seperti itu. Pernah di suatu ketika pada saat ummat akan memilih siapa yang pantas jadi imam, lalu diantara makmum itu terolih seorang anak kecil  yang paling memenuhi syarat jadi imam, akhirnya mereka sepakat dan shalat diselngagarak secara imamaman, lalu para jama itui diselenggarakan dengan segala kelancarannya, dan para makmum menyatakan kepuasannya.  Lalu ada cerita oleh Ustadz Miranda,  para makmum itu saling memperdilakan untuk menjadi imam, lalu majulah seseorang yang tak dikenal, tetapi penamp[ilan sngat meyakinkan. Sayang sekali seusai sholat imam yang bersangkutan diperotes olah banyak makmum, lalu kita sepakat sholat diulang.  Kita semua harus memiliki pemahaman yang memadai syarat syarat jadi imam  dan hendaknya mencegah orang yang tak memenuhi srat jadi imam, inilah nasehat ustadz Miranda, silakan putar videonya. 

Cukup banyak video yang bisa kita lihat (virsa) dan kita bisa melihat mana yang  rasanya lebih cocok dengan pendekatan yang digunakan oleh narasumber. Bila memang pada jama'ah kita sulit kita temukan jama'ah yang memiliki kemampuan memenuhi persyaratan sebagai imam, maka sudah sewajarnya kita mendatangkan mereka yang memiliki pemahaman dan sekaligus kemampuan atau keterampilan menjadi imam secara baik dan memenuhi kreterianya, tetapi hendaknya sekaligus memberikan juga upaya memberikan perbaikan dan serta pencerahan bagi para jama'ah sehingga para jama'ah memiliki pengetahuan dan pemahaman yang berimbang. 

Walaupun kita sebenarnya bisa dengan bebas memilih youtube yang memang pilihannya cukup banyak, tetapi sayangnya banyak sekali para jama'ah yang menggandrungi melihat dan menyebarluaskan video yang sepertinya sengaja di potong dan menonjolkan sisi tertentu dan menyembunyikan adegan adegan atau penjelasan tertentu yang bisa saja pemotongan atau penyembunyian itu memang sengaja untuk menyesatkan ummat Islam. Jika disimak  maka  sering menangkap adanya kecurangan hal tersebut tetapi jarang pihak yang mencoba menegur, sehingga yang mengirim mengira telah menyebarkan suatu yang merupakan bagian dari dakwah, padahal hanya lucu lucuan yang sangat menyesatkan. Kata penceramah ini bahwa sering juga para pejabat atau pimpinan yang memaksakan diri unuk menjadi imam, padahal yang bersangkutan tak memenuhi syarat. Marilah kita lebih bergiat dalam belajar agama, karena ada saatnya kita dihadapkan dengan situasi yang kritis.

Tetapi belajar agama kita juga akan mendapatkan kesulitan tertentu manakala kita belajar secarau autodidag, kiuta membutuhkan guru pendamping yang akan ikut membantu kita untuyk memiliki pemahaman secara kaffah (utuh) karena biasanya seseorang itu dalam menuntut ilmu itu berdasarkan fakultas fakultas, bahkan jurusan jurusan, dan bahkan masih dibagi lagi dengan spesialis spesialis,  maka dalam youtube youtube itu biasanya seseorang narasumber tampil secara temati, yang menggandrungi tema tema tertentu. Dalam tema tertentu Iya memang sangat menguasai, tetapi dalam tema tema yang lain dia mengalami kelemahan dan kekurangan. Seseorang narasumber yang seolah ingiun terkesan menguasai semua aspek, biasanya justeru yang bersangkutan hanya mengetahui atau memahami sebatas kulit ari saja. 

Oleh karena itu kita jangan sekali kali merasa sudah selesai menuntut ilmu tentang agama, karena terlalu luas, oleh karenanya apalagi bagi kita yang berusia lanjut ini hendaknya memperbaiki dan memperkuat niat kita untuk menambah ilmu agama setiap saat, sehingga kita selalu tercatat sebagai seseorang yang sedang menuntut ilmu khususnya agamam gunakan langkah langkah kaki kita dengan nial menambah ilmu, sehingga kalaupun kita meninggal dalam langkah kangkah yang kita tempuh, maka kita tercatat sebagai mati yang syahid.  Wallohu a'lam bishowab.   








Minggu, 23 Januari 2022

ISLAM TURUN DI ARAB, TUHAN YANG TENTUKAN.

YA MEMANG ISLAM UNTUK DUNIA


TUHAN ITU LEBIH TAHU, KARENA ALLAH MAHA TAHU.                                                                                 Ya ... memang Islam turun di Arab ... tetapi Islam itu untuk dunia, untuk seluruh manusia.  Pada saat Islam diturunkan budaya Arab itu disebut jahiliyah, tetapi ketika mereka menerima Islam mereka bisa berubah menjadi Bangsa yang maju dan memiliki kepatuhan yang sangat tinggi kepada ajaran yang telah mereka terima melalui Rasul Allah Muhammad SAW. Mereka menjadi Bangsa yang tertib dan disiplin serta memiliki toleransi yang tinggi serta mengutamakan keadilan, di bawah kepemimpinan seorang Rasul sehingga pasca peninggalan Rasul ummat Islam mengalami puncak puncaknya. Sehingga Islam bisa menyebar ke seantero dunia, termasuk diantaranya Indonesia. 

Semula Islam berhasil menjadi Bangsa yang termaju, lambat laun ummat Islam menjadi bangsa berkembang, banyak mereka yang menduga Islam akan bangkat kembali melalui Indonesia. Ternyata dengan mudahnya pihak pihak yang kan suka memporak porandakan Islam melalui sistem politik Indonesia. Jangankan akan menjadi lokasi Bangkitnya Islam, tetapi justeru Islam mulai akan terancam punah di Indonesia, melalui sistem politik bahasa dan budaya Indonesia, itu gejala yang ditampakkan pada saat ini, tetapi Allah yang maha tahu, karena kita hanya bisa menganalisa  melalui berbagai gejala belaka, yang sesungguhnya mudah bagi Allah untuk membal;ikkan fakta fakta itu.

Ganti berganti wajah manusia yang menjelek jelekkan Arab,  tetapi wajah itu datang secara berlapis lapis maka muncul kekhawatiran dan dan berat dugaan kita memang mereka sejatinya ingin pada saatnya mereka bisa menghancurkan Islam, ada pula yang tak suka kepada mereka yang bersungguh sungguh ingin mempertahankan Islam di Indonesia, mereka membenturkan kecintaan terhadap Islam melalui upaya mebusukkan Arab di Indonesia.   Karena berkembangnya Islam itu sejatinya  tak terlepas dari berbagai kelebihan yang dimiliki oleh orang orang Arab bahasa dan budaya. Banyak sekali kelebihan kelebihan orang Arab dan budayanya sehingga Allah memilih  orang, bahasa dan budya Arab dijadikan  benteng dalam berkembangnya agama Islkam.  Sudah ganti berganti Rasul di utus dan umumnya mereka gagal mengusung amanat, sehingga banyak mengalami kegagalan. Dan sabgat istimewa ketika Islam diturunkan di Arab dengan memanfaatkan bahasa, budaya dan karakter  Bangsa Arab sehingga Islam bisa berkembang. Tetapi Allah mengatakan banyak Bangsa yang nantinya secara ganti berganti memberikan dukungan dan karakter budaya dan bahasa serta penguasaan teknologi mungkin, itu semua rahasia Allah. beberapa pulih tahun lalu ada analisa bahwa nantinya Islam akan berpotensi Bangkit dan berkembang di Indonesiam tetapi kenyataan yang kita terima adalahj kemunculan  secara berganti dan berlapis lapis wajah orang yang membenci Arab dan nanti gilirannya akan menanamkan kebencian kepada Islam, karena hampir dapat dipastikan Islam tak akan berkembang di negeri yang benci Arab. 

Maha suci Allah, Allah tidak akan mengalami kekeliruan  dalam menentukan pilihan dan  ketetapanNya.  Dahulu para Malaikat juga pernah menyamnpaikan sinyalemen bernada protes, ketika Allah memberitahukan akan menciptakan manusia sebagai khalifah di dunia, para Malaikat memberikan sinyalemen bahwa jangan jangan  Manusia itu hanya akan mencipatakan keonaran saja di muka bumi, merka aakan saling serang dan saling bunuh. Tetapi Allah mengatakan bahwa Allah lebih mengetahui atas segala sesuatunya. Dan ketika Allah memerintahkan kepada makhluk makhlukNya untuk bersuhjud atau hormat kepada Adam sebagai manusia pertama yang diciptakan. Maka Iblis menolak dngan berbagai dalihnya, sehingga iblis lebuh mul;ia dari Adam sebagai manusia. 

Hanya Allah yang maha tahu atas segala rencananya, sehingga kita hanya akan bisa menduga duga saja sebatas mana Allah akan menggilirkan manusia  bisa jadi peluang itu semula dimiliki Indonesia, tetapi bisa gagal,




Sabtu, 22 Januari 2022

INDONESIA BELUM BEBAS DARI KONTROVERSI, KINI GILIRAN OMICRON



BENARKAN KETERANGAN SITI FADILAH SAFARI saya fikir kurban yang paling besar dalam masa pandemi ini adalah  berkurangnya  kepercayaan kepada aparat dalam jumlah besar, hilangnya kepercayaan itu karena memang keterangan dari Pemerintah atau pihak yang berkompeten memang sering kontroversi  sehingga membingungkan masyarakat, lalu menyeruak berita heboh yang menuduh pejabat yang paling berpengaruh justeru  terlibat dalam pengadaan obat obatan dan yang bersangkutan dituduh meraup untung besar besaran. Sayang sekali tak ada upaya serius  untuk memulihkan kepercayaan masyarakat, mungkin karena masalah ini benar benar telah terlanjur  kusut masai. Sehingga hanya belas kasih Allah saja yang bisa kita harapkan.

Kalau seandainya saja hal tersebut tidak mengakibatkan sulitnya masayarakat mencari makanm masyarakatpun akan bersabar sajalah, karena apa yang dilakukan dahulu oleh Pemerintah Kolonial Belanda pada saat dahulu melakukan sesuatu yang dirasakan kontroversi oleh masyarakat, apa yang dilakukan oleh pihak kolonial itu sangat berimbas dengan tingkat kepercayaan masyarakat walaupun Kemerdekaan Bangsa Indonesia sudah sudah di Proklamirkan dan boleh mengelola sendiri, tetapi tidak otomatis masyarakat akan merasa terlindungi karena juga di lain pihak masih  terselip aparat yang memerintah dengan gaya penjajah. 

Yang artinya ini membutuhkan upaya panjang untuk memulihkan kepercayaan masyarakat,  termasuk apa yang terkait dengan covid a9 ini naga naganya kita memang membutuhkan  waktu panjang untuk kembali menetralisirnya sehingga kepercayaan rakyat kepada mereka yang memangku kekuasaan akan pulih kembali, bahkan justeru semakin pelik karena dalam  waktu bersamaan tetap saja masih tersebar hoak, sepertinya Pemerintah bakal sulit mengatasi berita hoak karena ternyata hoak justeru bisa berkembang secanggih kewenangan yang dimiliki Pemerintah. Semoga akhirnya nanti Pemerintah mampu untuk saling percaya dengan masyarakat dan pemimpin masyarakat termasuk ulama ulama di lingkungan ummat Islam.





 

 

 

Jumat, 21 Januari 2022

BELAJAT AL QURAN ITU SEPANJANG HAYAT.

 Generasi Quranipun Akat Tercapai.



BERBEDA dengan kita mempelajari ilmu yang lain maka belajar al Quran itu tidak ada hentinya dan tidak ada selesainyam karena selesai kita mepelajarai suatu tahap step, kita harus segera memasuki step yang lain. Tetapi memang belajar Quran itu harusa di mulai dari rasa gandrung, yaitu satu tahap ketika kita benar benar sangat menyukai dan ingi selalui belajar al Quran, dan dia akan menyesal sekali manakala suatu saat dia kehilmham waktu dan kesempatan untuk belajar Quran, dia akan menangist tersedu sedu manakala suatu saat Dia kehilangan waktu itu, seraya meminta ampun kepada Allah manakala kehilangan moment itu diakibat olah sebuah kesalahan atau dosa. 

Ini cerita seorang hamba, yang merasa emnyesal sempat menyia nyiakan Quran, padahal dia juga orang beriman dan beribadah, lebih menangis lagi hamba ini diajari oleh penganut agama Yahudi, seolah Yahudi itu telah mengajarkan bahwa selaku ummat Islam tidak boleh meninggalkan Al Quraan sesaatpun, karena Al Quran itu akan bermanfaat sepanjang waktu. Ikutilah cerita di Youtube ini. Seolah Yahudi telah menasehatkan agar kita tidak pernah meninggalkan Quran, bacalah ... baca .. dan bacalah lagi. Berterima kasihlah kepada iumam yang memperdengarkan bacaan Quran, terlebih bacaan itu sempurna dan hapaan baik. Dan menambah kekhusyukan dalam sholat. 

 
BJ. Habiebie
Bagi BJ Habibie Belajar Quran  sepanjang Hayatpun Tak kan mampu Selesaikan karena luasnya.
 

Mendengarkan Imam Membaca Quran dalam sembahyang itu memang harus dilakukan. jangankan dalam shot pada saat duduk santaipun kita akam mendapatkan pahala dan kebaikan bila kita menyimak bancaan Quran dengan bacaan yang baik di saat kita memang sedang kontak batin dengan Allah. maka bacaan panjang itu adalah ibarat kita sedang berdialog panjang lebar dengan Allah. itulah sebabnya maka kita hartus menerima penjelasan dari apa tafsiran dari ayat panjang yang dibaca oleh imam. 

Itulah sebabnya maka ketika bece petunjuk bagaimana memilih imam, maka dalam buku buku fikih dikatakan yang paling utama adalah bahwa imam itu harus memiliki ilmu yang dalam, imam harus memahami apa makna ayat yang dibaca, lalu apa pula tafsiran dari ayat yang divaca itu, berbahagia sekali bahwa melalui youtube yang kita bisa memilih siapa yang kita jadikan narasumber. 

Makmum juga harus memiliki komunikasi dengan para makmum tentang apa kandungan makna dan tafsiran dari surah surah dan ayat yang dipilihnya. Perkara panjang dan pendenya surat itu bisa dibicarakan bersama makmum tetap di masjid ini para makmumpun rasanya tak akan merasa keberatan jika  sesekali dibacakan dibacakan ayat yang panjang panjang apalagi mereka memahami makna dan tasirannya, tentu lagi para makmum akan dibuat semakin khusyuk manakala para makmum sudah mendengar terjemahan dan makna serta tafsir ayat tersebut. Itu semua bisa kita capai manakala kita merasakan pentingnya belajar al Quran sepanjang hayat. 

Seorang Habibie yang memiliki temuan tentang keretakan pesawat yang sudah puluhan tahun yang lalu selalu menerima royalti dari pemilik dan pengguna pesawat dan bahkan itu akan diterima terus oleh para ahli warisnya, selagi belum ada temuan baru yang sanggup mematahkan terorinya itu.  Habibie menabgis tersedu sedu begitu dia tahu pemuda Yahudi yang mengungguli Ketika beliau kuliah di German ternyata membiasakan diri membaca Al Quran setiap malam sehingga mereka hapal Quran. Dan Habibie baru mampu mengalahkan prestasi mereka di bangku kuliah setelah Habibie membaca Al Quran setiap malam. Dan menyatakan bila dahulu dia tahu, maka dia akan memilih menjadi pakar Al Quran dibanding menjadi pakar pesawat terbang, padehal keluarga Habibie sangat terpelihara ekonominya akibat royalti yang mewah yang selalu diterimakan kepada pewarisnya, tetapi habibie tidak bangga, karena beliau sangat cemburu kepada para ahli Al Quran. 

Marilah kita study al Quran sepanjang hayat disisa usia kita kita yang tua ini, kita bersikap seperti lirik dalam doa khatam Quran.  Hapalkanlah lirik ini dan bacalah sebagai doa : @ Ya Allah rahmatilah kami dengan Al Quran @ Jadikan Al Quran sebagai pimpinan, cahaya, petunjuk dan rahmat bagi kami @ Ya Allah ingatkan kami atas apa yang kami terlupa, Dan beritahukan kami melalui Quran atas apa apa yang memang kami belum mengetahuinya @ Ya Allah rizkikan bagi kami agar gemar membaca Al Quran siang dan malam ... sepanjang siang dan malam @  Jadikanlah Al Quran itu sebagai penolong kami (terlebih  di akherat kelak) @  aamiin.  Kita sangat berterima kasih kepada imam sholat yang membaca surat yang oanjang  dengan bacaan yang merdu dan benar sesuai aturan baca,  dan marilah kita sama sama mengaktifkan belajar alQuran di Masjid kita ini  kedekatan kita dengan al Quran insya Allah menjadi jaminan keselamatan kita bersama.  Aamiin .




Kamis, 20 Januari 2022

FAHAMI ALQURAN. HAPALKAN DAN PERBAIKI CARA MEMBACANYA


SAYA TERUS terang sangat menghormati kawan kawan kita satu jama.ah yang selalu berusaha memahami al Quran,  meperbaiki bacaannya dan selalu memperbaiki cara membacanya serta pengucapanntya, senang sekali saya melihat ada diantara mereka yang sering maju ke depan untuk tampil sebagai imam dan ganti berganti mereka menjadi imam, ada diantara mereka yang memiliki bacaan yang kurang klear lalu saya diajak untuk menegurnya, secara tegas saya menolak, tetapi saya menganjurkan agar dicarikan orang yang memiliki pengetahuan yang lebih baik pemahamannya, aturan bacanya dan mampu mencontohkan, tapi jangan berharap akan ada kritik dari saya karena saya merasa lebih pantas berdiri di belakang mereka dalam sof sof sholat yang memang membutuhkan perbaikan, bila kita sepakat maka saya setuju dan mendukung bahwa upaya perbaikan sebaiknya selalu diselenggarakan oleh orang yang memiliki kapasitas untuk memprbaikinya.  

Saya juga salut dengan kawan kawan yang memiliki kesanggupan untuk secara terang terangan memberikan kritik membangun kepada para imam yang sering melakukan kesalahan  baca dan bahkan kelupaan bacaan. Saya menyarankan kepada mereka yang dikritik untuk bisa dan mampu menerima kritikan  dengan tak terlalu penting siapa yang mengeritik, tetapi yakinlah bahwa tujuannya tak lain dan tak dan bukan hanya untuk melakukan perbaikan dan kepentingan bersama.

 
Ustdz Zakky menyampaikan Khutbah
 
Saya hanya bisa cerita tentang sedikit pengetahuan yang saya dapatkan juga secara tidak sengaja ketika saya menjadi jama'ah di Masjid Al Burhan Palembang. Masjid yang dibangun di belakang Hotel besar itu memang di sampingnya ada Pondok Hafiz Quran, sedang Imam Tetapnya seorang hafiz Quran belaiu jika saya tak silap namanya Ust. Zakki Putra seorang  Tokoh Agama Islam di Palembang. 
Walaupun di seorang Hafiz Al Quran, bacaan  mendekati sempurna dan selaku pimpinan pondok Hafiz Quran yang selalu hadir di Pondok setiap hari dan hadir di sholat lima waktu, walaupun tidak setiap Jum'at beliau bertindak menjadi khatib dan imam, tetapi beliau yang lulusan study Quran di sebuah Perguruan yang ternama di kelas dunia, tetapi pada saat tidak mendapat tugas di Masjid lain pada hari jum'at beliau akan selalu mendampingin para santrinya dan mendampingi kami para makmumnya yang selalu mendapatkan dampingan dari beliau untuk sholat lima waktu. 

Ada satu yang kiranya ini bisa diteladani oleh kita semua, dalam ketinggian ilmu beliau, beliau tak ingin mengecewakan para makmum ketika  mengimami sholat, ada sejulah santrinya berdiri di belakang beliau, sebelumnya beliau akan memberitahukan kepada pengawalnya, akan membaca surat apa dari ayat berapa sampai ayat berapa, karena memang beliau juga di bebani untuk khotman al Quran dalam sholat berjama'ah. Belaiu sendiri yang mengatakan kepada para pembantunya bahwa beliau sering akan bimbang pada saat membaca ayat ke sekian .... sehingga memang para pengawalnya ikut mewaspadainya  .... saya memang berusaha untuk memanfaatkan kesempatan sholat dissmping para ajudan itu, dan saya ikut menyimak ketika secara lirih ajudan membisikkan  kalimah yang seting dialami keraguan oleh sang Ustadz. 

Yang saya tangkap, seahli apapun kita dalam al Quran dan sehebat apapun ingatan kita maka tetaplah rendah hati, seseorang pakarpun akan tergelincir manakala ada kesombongan dihatinya.  Seperti yang dicontohkan Ustadz Zakky di Al Burhan Palembang itu, Bagi kita kita yang memang tak pernah mengikuti pendidikan resmi jurusan Al Quran  sudah dipastikan akan  mengalami ketidak sempurnaan pemahaman yang kelak mempengaruhi bacaan pula. Meningkatan  baik sekedar pengucapan atau makhroj atau mematuhi tanda tanda baca lainnya. belum lagi  kajian kajian Ulumul Quran yang demikian luas dan panjang sekali kajiannya, maka ketika kita menjadi imampun akan sangat banyak sekali kejanggalan kejanggalan yang berhasil kita pertontonkan dan kita perdengarkan. Meningkatkan pengetahuan tentang Al Quran dan meningkatkan keterampilan membacabya adatak kewajiabn kita seumur hidup.

Kita pantas berterima kasih kepada mereka yang memang memiliki pengetahuan dan keterampilan bacaan yang terbatas tetapi memiliki semangat untuk mengimami sholat berjama'ah, saya menggap mereka adalah pahlawan, tetapi dalam waktu bersamaan hendaklah dengan segala kerendahan hati bersedia menerima dengan segala lapang dada bila ada kritik bahkan rasa kecewa atas kekurangan kita, siapa tahu keberanian mereka mengeritik sesungguhnya adalah sesuatu yang digerakkan dan Diridhoi Allah SWT, perhatikan dan dengarkan apa isi kritiknya dan jangan sekali kali melihat siapa orangnya yang mengeritik itu, dan marilah secara bersama sama kita rendahkan hati dihadapan Allah .... dan semoga Allah selalu akan memberikan jalan perbaikan bagi para hambanya yang merendahkan hatinya, semoga kita semua diberkahi dan selalu maju setapak demi setapak dalam menuju kebaikan dan perbaikan menuju kesempurnaan. Semoga Allah merestui, Aamiin .  Wallohu a'lam bishowab.  Wassalkam.






Selasa, 18 Januari 2022

NUBUWWAH (KENABIAN) DALAM PERSPEKTIF AL QURAN

    Oleh: Siti Nur Fadlilah                                                                                                                    Mahasiswa Jurusan Ilmu Agama IslamFakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta 

A. Pendahuluan

Kenabian atau nubuwah adalah suatu isu yang jarang diperbincangkan oleh masyarakat umum. Namun teori kenabian dalam agama Islam telah menjadi perdebatan sengit yang belum berhenti hingga saat ini. Sayangnya, perhatian umat Islam terhadap tema ini tidak terlalu besar.  Meski kenabian menjadi tema penting dalam kajian Islam, tetapi itu tidak berarti terjadi pula pada agama lain. Menurut penelitian Ulil Abshar-Abdalla (mantan koordinator Jaringan Islam Liberal), tema kenabian hanya menjadi tema serius pada agama Islam dan Yahudi. Agama-agama timur, seperti Hindu, Buddha, Tao, dan lainya, tidak menaruh perhatian serius pada tema kenabian.

Tentang kehadiran para nabi sendiri mengalami kontroversi di internal ummat Islam. Menurut Muhammad Abduh, kedatangan para Nabi dan Rasul sangat diperlukan bagi keberlangsungan kehidupan manusia. Kedudukan mereka seperti kedudukan akal dalam diri manusia. Tidak heran kalau Tuhan mengkhususkan sebagian mahluk dengan wahyu dan ilham, karena jiwa mereka telah tinggi dan dapat menerima limpahan Tuhan dan rahasia-Nya.[1] Sedangkan menurut Ibnu Ar-Rawandi (penganut Mu’tazilah, namun akhirnya murtad dan menganut ajaran atheis), dalam bukunya yang berjudul Az-Zamarudah, dia mengingkari kenabian pada umumnya dan kenabian Nabi Muhammad pada khususnya, mengkritik terhadap ajaran-ajaran Islam dan ibadahnya, dan menolak mukjizat-mukjizat keseluruhannya. Khusus mengenai kenabian, ia mengatakan bahwa nabi-nabi itu sebenarnya tidak diperlukan, karena Tuhan telah memberikan akal kepada manusia, agar mereka dapat membedakan antara baik dengan buruk, dan petunjuk akal semata-mata sudah mencukupi, sehingga dibawah bimbingan akal sama sekali tidak tidak dibutuhkan risalah. Ia juga mengungkapkan bahwa jika nabi datang dengan menegaskan fungsi akal ini, berarti hanyalah sebuah pemborosan.

 

Selain itu, saat ini semakin banyak orang memposisikan kenabian sebagai sesuatu yang biasa, bukan yang istimewa. Karena menganggap biasa, pada akhirnya penyikapan terhadap nabi dan rasul terakhir, Muhammad SAW, menjadi profan. Misalnya, orang tak segan menjadikan Nabi SAW sebagai bahan olok-olokan dalam kartun, film, dan sebagainya. Dan saat ini semakin marak pula muncul orang-orang yang mengaku sebagai nabi, sebagaimana hal ini pernah terjadi pada zaman Rasulullah dan khalifah Abu Bakar. Fenomena seperti ini menimbulkan tanda tanya, apakah semua orang bisa menjadi nabi tanpa adanya syarat-syarat tertentu. Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk mengangakat tema nubuwah (kenabian) dengan harapan agar makalah ini dapat menguraikan tentang fenomena kenabian dalam Islam, terutama bila dilihat dalam perspektif Alquran dan makalah ini juga diharapkan dapat memberikan jawaban tentang pertanyaan-pertanyaan yang muncul, terkait dengan isu-isu kenabian, seperti pertanyaan seputar nabi palsu yang sudah sering terjadi di lingkungan masyarakat kita  saat ini.

B. Pembahasan

1. Pengertian Nubuwah (Kenabian)

Secata etimologis, kata nubuwah berasal dari kata “naba-a” yang berarti kabar warta (news), berita (tidings), dan cerita (story).[2] Kata “nubuwah” sendiri merupakan mashdar dari “naba-a”. Dan kata ”nubuwah” disebutkan dalam Al-Quran sebanyak 5 kali di beberapa surat. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, nabi adalah orang yg menjadi pilihan Allah untuk menerima wahyu-Nya dan kenabian adalah sifat (hal) nabi, yang berkenaan dengan nabi.

Ditinjau dari segi sosiologis, kenabian (nubuwah) merupakan jembatan transisi dari masa primitif menuju masa rasioner. Para Nabi dan Rasul diutus ke dunia ini untuk membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang. Zaman kegelapan di sini maksudnya adalah zaman yang penuh dengan keburukan-keburukan moral, penyimpangan akhlak dan keyakinan, sehingga dapat dikatakan bahwa zaman sebelum diutusnya para Nabi dan Rasul sama dengan zaman primitif. Dikatakan primitif karena manusia masih dipengaruhi oleh kepercayaan-kepercayaan kepada yang magis. Pada saat itu, manusia masih menganut kepercayaan animisme dan dinamisme sebelum pada akhirnya sebagian dari mereka beralih kepada kepercayaan monotheisme, dengan menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa setelah para Nabi dan Rasul datang membawa risalah atau ajarannya.

Jika kita melihat kepada sejarah masa lalu, maka akan dapat terbukti bahwa pada masa sebelum kedatangan para Nabi dan Rasul, manusia masih berada pada pola keyakinan yang terpengaruh oleh kekuatan-kekuatan yang ada di alam ini. Sebagai contoh yaitu kepercayaan yang dianut oleh masyarakat pada masa Ibrahim yakni kepercayaan kepada berhala. Selain kepercayaan terhadap berhala, kepercayaan lama yang ada pada masa Ibrahim di wilayah timur tengah kuno, adalah kepercayaan terhadap benda-benda luar angkasa, seperti bintang-bintang, bulan, dan matahari. Kepercayaan kepercayaan yang berkembang pada masa Ibrahim ini, penyembahan berhala, bintang-bintang, bulan, dan matahari, diisyaratkan oleh al-Qur’an dalam surat al-An’am ayat 76-80. [3]

Selain itu, pada masa jahiliyah jazirah Arab (sebagaimana peradaban lainnya) masih dipenuhi dengan paham-paham penyembahan berhala, pohon, hewan, fenomena alam, dan benda-benda angkasa seperti bintang, matahari, dan bulan seperti yang terjadi pada masa Nabi Ibrahim. Namun demikian ada diantara mereka yang masih memegang tradisi Ibrahim. Mereka inilah yang disebut kaum Ahnaf,(literal orang-orang yang lurus). Paham yang mereka anut adalah monotheisme karena rata-rata mereka mengikuti ajaran Ya’kubi (di Ghassan dan Syam), walaupun sebagian mengikuti paham Nestorian yang menuhankan Yesus (di wilayah Hirah).[4]

Secara umum, di Jazirah Arab, paham monoteisme bukanlah hal sangat baru. Maka disini kita melihat bahwa faktor keluarga masih berperan dominan dalam penjagaan ajaran tauhid. Nabi Muhammad dilahirkan dari keluarga Ahnaf yang memegang tradisi Ibrahim. Satu hal yang sangat penting dari tradisi Ibrahim yang dipegang teguh oleh para Ahnaf adalah penyembahan kepada Allah saja.

Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa kenabian merupakan jembatan dari masa transisional, dari masa primitif kepada masa rasioner maka akhir dari masa transisional tersebut adalah pada masa Nabi Muhammad SAW sehingga setelah masa tersebut, lambat laun manusia sudah meninggalkan kepercayaan yang primitif berganti dengan masa rasioner, dimana manusia sepenuhnya menggunakan rasio atau akal mereka dalam segala aspek kehidupan Dan setelah berakhirnya masa transisional, maka berakhirlah pula masa kenabian. Oleh karena itu, saat ini kehadiran Nabi sebagai penuntun ataupun penunjuk tidak dibutuhkan lagi karena manusia sudah berada pada masa rasioner, manusia sudah dapat menggunakan akal mereka sepenuhnya dalam segala hal sehingga mereka dapat mengetahui mana yang seharusnya disembah dan mana yang tidak, mana yang baik dan mana yang buruk.

Ditinjau dari segi sosiologis, kenabian (nubuwah) merupakan jembatan transisi dari masa primitif menuju masa rasioner. Para Nabi dan Rasul diutus ke dunia ini untuk membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang. Zaman kegelapan di sini maksudnya adalah zaman yang penuh dengan keburukan-keburukan moral, penyimpangan akhlak dan keyakinan, sehingga dapat dikatakan bahwa zaman sebelum diutusnya para Nabi dan Rasul sama dengan zaman primitif. Dikatakan primitif karena manusia masih dipengaruhi oleh kepercayaan-kepercayaan kepada yang magis. Pada saat itu, manusia masih menganut kepercayaan animisme dan dinamisme sebelum pada akhirnya sebagian dari mereka beralih kepada kepercayaan monotheisme, dengan menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa setelah para Nabi dan Rasul datang membawa risalah atau ajarannya.

Jika kita melihat kepada sejarah masa lalu, maka akan dapat terbukti bahwa pada masa sebelum kedatangan para Nabi dan Rasul, manusia masih berada pada pola keyakinan yang terpengaruh oleh kekuatan-kekuatan yang ada di alam ini. Sebagai contoh yaitu kepercayaan yang dianut oleh masyarakat pada masa Ibrahim yakni kepercayaan kepada berhala. Selain kepercayaan terhadap berhala, kepercayaan lama yang ada pada masa Ibrahim di wilayah timur tengah kuno, adalah kepercayaan terhadap benda-benda luar angkasa, seperti bintang-bintang, bulan, dan matahari. Kepercayaan kepercayaan yang berkembang pada masa Ibrahim ini, penyembahan berhala, bintang-bintang, bulan, dan matahari, diisyaratkan oleh al-Qur’an dalam surat al-An’am ayat 76-80. [5]

Selain itu, pada masa jahiliyah jazirah Arab (sebagaimana peradaban lainnya) masih dipenuhi dengan paham-paham penyembahan berhala, pohon, hewan, fenomena alam, dan benda-benda angkasa seperti bintang, matahari, dan bulan seperti yang terjadi pada masa Nabi Ibrahim. Namun demikian ada diantara mereka yang masih memegang tradisi Ibrahim. Mereka inilah yang disebut kaum Ahnaf,(literal orang-orang yang lurus). Paham yang mereka anut adalah monotheisme karena rata-rata mereka mengikuti ajaran Ya’kubi (di Ghassan dan Syam), walaupun sebagian mengikuti paham Nestorian yang menuhankan Yesus (di wilayah Hirah).[6]

Secara umum, di Jazirah Arab, paham monoteisme bukanlah hal sangat baru. Maka disini kita melihat bahwa faktor keluarga masih berperan dominan dalam penjagaan ajaran tauhid. Nabi Muhammad dilahirkan dari keluarga Ahnaf yang memegang tradisi Ibrahim. Satu hal yang sangat penting dari tradisi Ibrahim yang dipegang teguh oleh para Ahnaf adalah penyembahan kepada Allah saja.

Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa kenabian merupakan jembatan dari masa transisional, dari masa primitif kepada masa rasioner maka akhir dari masa transisional tersebut adalah pada masa Nabi Muhammad SAW sehingga setelah masa tersebut, lambat laun manusia sudah meninggalkan kepercayaan yang primitif berganti dengan masa rasioner, dimana manusia sepenuhnya menggunakan rasio atau akal mereka dalam segala aspek kehidupan Dan setelah berakhirnya masa transisional, maka berakhirlah pula masa kenabian. Oleh karena itu, saat ini kehadiran Nabi sebagai penuntun ataupun penunjuk tidak dibutuhkan lagi karena manusia sudah berada pada masa rasioner, manusia sudah dapat menggunakan akal mereka sepenuhnya dalam segala hal sehingga mereka dapat mengetahui mana yang seharusnya disembah dan mana yang tidak, mana yang baik dan mana yang buruk.

Ditinjau dari segi sosiologis, kenabian (nubuwah) merupakan jembatan transisi dari masa primitif menuju masa rasioner. Para Nabi dan Rasul diutus ke dunia ini untuk membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang. Zaman kegelapan di sini maksudnya adalah zaman yang penuh dengan keburukan-keburukan moral, penyimpangan akhlak dan keyakinan, sehingga dapat dikatakan bahwa zaman sebelum diutusnya para Nabi dan Rasul sama dengan zaman primitif. Dikatakan primitif karena manusia masih dipengaruhi oleh kepercayaan-kepercayaan kepada yang magis. Pada saat itu, manusia masih menganut kepercayaan animisme dan dinamisme sebelum pada akhirnya sebagian dari mereka beralih kepada kepercayaan monotheisme, dengan menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa setelah para Nabi dan Rasul datang membawa risalah atau ajarannya.

Jika kita melihat kepada sejarah masa lalu, maka akan dapat terbukti bahwa pada masa sebelum kedatangan para Nabi dan Rasul, manusia masih berada pada pola keyakinan yang terpengaruh oleh kekuatan-kekuatan yang ada di alam ini. Sebagai contoh yaitu kepercayaan yang dianut oleh masyarakat pada masa Ibrahim yakni kepercayaan kepada berhala. Selain kepercayaan terhadap berhala, kepercayaan lama yang ada pada masa Ibrahim di wilayah timur tengah kuno, adalah kepercayaan terhadap benda-benda luar angkasa, seperti bintang-bintang, bulan, dan matahari. Kepercayaan kepercayaan yang berkembang pada masa Ibrahim ini, penyembahan berhala, bintang-bintang, bulan, dan matahari, diisyaratkan oleh al-Qur’an dalam surat al-An’am ayat 76-80. [7]

Selain itu, pada masa jahiliyah jazirah Arab (sebagaimana peradaban lainnya) masih dipenuhi dengan paham-paham penyembahan berhala, pohon, hewan, fenomena alam, dan benda-benda angkasa seperti bintang, matahari, dan bulan seperti yang terjadi pada masa Nabi Ibrahim. Namun demikian ada diantara mereka yang masih memegang tradisi Ibrahim. Mereka inilah yang disebut kaum Ahnaf,(literal orang-orang yang lurus). Paham yang mereka anut adalah monotheisme karena rata-rata mereka mengikuti ajaran Ya’kubi (di Ghassan dan Syam), walaupun sebagian mengikuti paham Nestorian yang menuhankan Yesus (di wilayah Hirah).[8]

Secara umum, di Jazirah Arab, paham monoteisme bukanlah hal sangat baru. Maka disini kita melihat bahwa faktor keluarga masih berperan dominan dalam penjagaan ajaran tauhid. Nabi Muhammad dilahirkan dari keluarga Ahnaf yang memegang tradisi Ibrahim. Satu hal yang sangat penting dari tradisi Ibrahim yang dipegang teguh oleh para Ahnaf adalah penyembahan kepada Allah saja.

Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa kenabian merupakan jembatan dari masa transisional, dari masa primitif kepada masa rasioner maka akhir dari masa transisional tersebut adalah pada masa Nabi Muhammad SAW sehingga setelah masa tersebut, lambat laun manusia sudah meninggalkan kepercayaan yang primitif berganti dengan masa rasioner, dimana manusia sepenuhnya menggunakan rasio atau akal mereka dalam segala aspek kehidupan Dan setelah berakhirnya masa transisional, maka berakhirlah pula masa kenabian. Oleh karena itu, saat ini kehadiran Nabi sebagai penuntun ataupun penunjuk tidak dibutuhkan lagi karena manusia sudah berada pada masa rasioner, manusia sudah dapat menggunakan akal mereka sepenuhnya dalam segala hal sehingga mereka dapat mengetahui mana yang seharusnya disembah dan mana yang tidak, mana yang baik dan mana yang buruk.

Sedangkan secara terminologis, ada beberapa pendapat yang mengemukakan mengenai pengertian nubuwah (kenabian) itu sendiri, di antaranya yaitu:

1) Dalam hal kenabian ini, Al-Afghani memberikan suatu perumpamaan, bahwa masyarakat adalah badan, di mana anggota-anggotanya saling berhubungan dan mempunyai tugas dan fungsinya sendiri-sendiri. Kalau badan tidak bisa hidup tanpa roh, maka demikian pula masyarakat. Roh masyarakat adalah kenabian atau hikmah (filsafat). Jadi Nabi dan filosof (al-Hakim) bagi masyarakat sama kedudukannya dengan roh bagi badan. http://almakmun.blogspot.com/2008/07/filsafat-kenabian.html – _ftn11

2) Menurut para ulama Ahlus-Sunnah, kenabian adalah pangkat yang diberikan oleh Allah kepada hamba-hamba yang dikehendaki-Nya tanpa diusahakan dan dengan jalan memberikan wahyu kepadanya.[9] Namun mengenai kenabian sebagai ”sesuatu yang datang tanpa diusahakan”, hal ini mengundang pertentangan dari para ahli filsafat, mereka menyatakan bahwa kenabian itu dapat diusahakan karena kenabian itu merupakan hasil dari keheningan jiwa dan hasil dari keutamaan budi pekerti. Selain itu, para ahli filsafat juga berpendapat bahwa kenabian itu dapat diperoleh oleh manusia dengan usaha bersungguh-sungguh dan karena sebab-sebab tertentu. Jadi menurut mereka, kenabian itu bukan semata-mata anugerah dari Allah tetapi manusia juga berusaha untuk mendapatkannya .

3) Menurut Ibnu Sina, ada dua kubu yang berbeda dalam mengartikan kenabian. Kelompok yang pertama yaitu kaum ortodoks yang diwakili oleh para teolog Sunni. Dalam pandangan kelompok ini, kenabian adalah sebuah anugerah dari Tuhan kepada manusia. Oleh karena itu, gelar kenabian bisa diberikan kepada siapa saja. Kelompok ini juga menyatakan bahwa ajaran kenabian merupakan ajaran yang suci dan mutlak kebenarannya karena berasal dari wahyu Tuhan. Sedangkan kelompok yang kedua yaitu kaum heterodoks yang diwakili oleh para ahli filsafat, mereka menyatakan bahwa kenabian merupakan sebuah keniscayaan dalam kehidupan ini.  Kelompok ini menyatakan bahwa ajaran kenabian adalah ajaran manusia yang biasa saja, punya nilai kebenaran tetapi juga memiliki kekurangan karena sumber kenabian bukan hanya berasal dari atas (Tuhan), tetapi juga berasal dari bawah (manusia atau masyarakat).[10]

Dari pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa nubuwah (kenabian) adalah sebuah gelar atau anugerah yang tidak dapat dicari, yang diberikan oleh Allah kepada hamba-hamba pilihan-Nya yang telah mencapai insan kamil (memiliki akal teoritis dan praktis) dengan cara memberikan wahyu kepadanya. Seperti yang telah diungkapkan dalam Al-Quran:

”Itulah petunjuk Allah, dengan itu Dia memberikan petunjuk kepada siapa saja di antara hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki. Sekiranya mereka mempersekutukan Allah, pasti lenyaplah amalan yang telah mereka kerjakan. Mereka itulah orang-orang yang telah kami berikan kitab, hikmah dan kenabian…” (Al-An’am: 88-89).

Kenabian adalah derajat tertinggi dan kehormatan yang diperoleh manusia dari Tuhan. Kenabian membuktikan superioritas dari aspek batin seseorang atas orang lainnya. Seorang nabi seperti cabang yang menjulur dari Illahi ke dunia manusia. Dia memiliki intelek tertinggi yang menembus ke dalam realitas dari segala benda dan peristiwa. Lebih jauh lagi, ia adalah makhluk yang ideal, sangat mulia dan aktif.[11] Orang-orang biasa tidak dapat memperoleh pengetahuan nabi. Jadi, seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa gelar kenabian hanya diberikan kepada orang-orang tertentu saja, bukan kepada sembarang orang.

2. Kenabian Ditinjau dari Segi Sosiologis

Berbicara mengenai kenabian (nubuwah), maka tidak akan terlepas dari orang yang menerima gelar kenabian itu sendiri, yakni nabi. Nabi diangkat dan dikirim untuk suatu umat yang ada di berbagai daerah yang berbeda serta pada masa-masa yang berbeda pula. Dan kenabian merupakan suatu fenomena universal, sebab tidak ada satu bagian bumi pun yang tidak pernah menyaksikan kehadiran seorang Nabi Allah SWT telah berfirman dalam Al-Quran:

”Dan tak ada suatu ummat pun kecuali dulu telah ada padanya seorang pemberi peringatan”. (Al-Fathir : 24).

Seorang Nabi diutus ke dunia ini dengan memiliki tugas dan fungsi tertentu. Menurut Ibnu Sina, seorang nabi memiliki fungsi fungsi politik, dalam arti mampu menuntun manusia untuk mengetahui hukum baik-buruk dan memberikan teladan kepada mereka untuk melaksanakannya. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran:

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (Al-Ahzab:21).

Selain itu Nabi hadir di tengah-tengah masyarakat berfungsi  untuk menjadi saksi, pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Sebagaimana telah diungkapkan dalam Al-Quran:

“Wahai nabi! Sesungguhnya Kami mengutusmu untuk menjadi saksi, pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan”. (Al-Ahzab: 45).  Di dalam tafsir Al-Azhar dijelaskan bahwa Nabi menjadi saksi bagi ummatnya di dalam hal mereka menggunakan akal pikiran untuk mencari siapa Tuhannya. Dan kelak para Nabi juga menjadi saksi ketika manusia dihadapkan ke mahkamah Tuhan apabila mereka ditanya tentang amalan mereka, baik atau buruk. Sedangkan di dalam tafsir Ibnu Katsir diterangkan bahwa para Nabi ditugaskan untuk memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin tentang pahala dan balasan yang akan mereka terima, serta memberi peringatan kepada orang-orang kafir tentang adzab Allah.

Ditinjau dari segi sosiologis, kenabian (nubuwah) merupakan jembatan transisi dari masa primitif menuju masa rasioner. Para Nabi dan Rasul diutus ke dunia ini untuk membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang. Zaman kegelapan di sini maksudnya adalah zaman yang penuh dengan keburukan-keburukan moral, penyimpangan akhlak dan keyakinan, sehingga dapat dikatakan bahwa zaman sebelum diutusnya para Nabi dan Rasul sama dengan zaman primitif. Dikatakan primitif karena manusia masih dipengaruhi oleh kepercayaan-kepercayaan kepada yang magis. Pada saat itu, manusia masih menganut kepercayaan animisme dan dinamisme sebelum pada akhirnya sebagian dari mereka beralih kepada kepercayaan monotheisme, dengan menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa setelah para Nabi dan Rasul datang membawa risalah atau ajarannya.

Jika kita melihat kepada sejarah masa lalu, maka akan dapat terbukti bahwa pada masa sebelum kedatangan para Nabi dan Rasul, manusia masih berada pada pola keyakinan yang terpengaruh oleh kekuatan-kekuatan yang ada di alam ini. Sebagai contoh yaitu kepercayaan yang dianut oleh masyarakat pada masa Ibrahim yakni kepercayaan kepada berhala. Selain kepercayaan terhadap berhala, kepercayaan lama yang ada pada masa Ibrahim di wilayah timur tengah kuno, adalah kepercayaan terhadap benda-benda luar angkasa, seperti bintang-bintang, bulan, dan matahari. Kepercayaan kepercayaan yang berkembang pada masa Ibrahim ini, penyembahan berhala, bintang-bintang, bulan, dan matahari, diisyaratkan oleh al-Qur’an dalam surat al-An’am ayat 76-80. [12]

Selain itu, pada masa jahiliyah jazirah Arab (sebagaimana peradaban lainnya) masih dipenuhi dengan paham-paham penyembahan berhala, pohon, hewan, fenomena alam, dan benda-benda angkasa seperti bintang, matahari, dan bulan seperti yang terjadi pada masa Nabi Ibrahim. Namun demikian ada diantara mereka yang masih memegang tradisi Ibrahim. Mereka inilah yang disebut kaum Ahnaf,(literal orang-orang yang lurus). Paham yang mereka anut adalah monotheisme karena rata-rata mereka mengikuti ajaran Ya’kubi (di Ghassan dan Syam), walaupun sebagian mengikuti paham Nestorian yang menuhankan Yesus (di wilayah Hirah).[13]

Secara umum, di Jazirah Arab, paham monoteisme bukanlah hal sangat baru. Maka disini kita melihat bahwa faktor keluarga masih berperan dominan dalam penjagaan ajaran tauhid. Nabi Muhammad dilahirkan dari keluarga Ahnaf yang memegang tradisi Ibrahim. Satu hal yang sangat penting dari tradisi Ibrahim yang dipegang teguh oleh para Ahnaf adalah penyembahan kepada Allah saja.

Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa kenabian merupakan jembatan dari masa transisional, dari masa primitif kepada masa rasioner maka akhir dari masa transisional tersebut adalah pada masa Nabi Muhammad SAW sehingga setelah masa tersebut, lambat laun manusia sudah meninggalkan kepercayaan yang primitif berganti dengan masa rasioner, dimana manusia sepenuhnya menggunakan rasio atau akal mereka dalam segala aspek kehidupan Dan setelah berakhirnya masa transisional, maka berakhirlah pula masa kenabian. Oleh karena itu, saat ini kehadiran Nabi sebagai penuntun ataupun penunjuk tidak dibutuhkan lagi karena manusia sudah berada pada masa rasioner, manusia sudah dapat menggunakan akal mereka sepenuhnya dalam segala hal sehingga mereka dapat mengetahui mana yang seharusnya disembah dan mana yang tidak, mana yang baik dan mana yang buruk.

3. Misi dan Tujuan Nubuwah (Kenabian)

Sepanjang sejarah kehidupan manusia, nilai-nilai ilahiah seringkali mengalami pergeseran. Akibat terjadinya pergeseran nilai, peradaban manusia terancam oleh berbagai krisis. Itulah sebabnya para nabi diutus secara berulang-ulang. Para nabi yang diutus oleh Allah memiliki misi tertentu dan misi yang dibawa oleh para nabi adalah sama dan satu sama lain saling menguatkan. Pada dasarnya misi yang dibawa oleh para Nabi mempunyai dua dimensi, yaitu dimensi vertikal dan dimensi horizontal.[14] Dimensi yang pertama berkaitan dengan bagaimana berhubungan dengan Tuhan, yakni menyangkut persoalan ketauhidan atau monotheisme, serta mengajak manusia kepada jalan Allah, mengenal-Nya dan mendekatkan diri kepada-Nya, seperti yang telah disebutkan dalam Al-Quran surat Az- Zukhruf:  ”Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada ayahnya dan kaumnya, ”Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu sembah. Kecuali kamu menyembah Allah yang menciptakanku, karena sungguh Dia akan memberi petunjuk kepadaku. Dan Ibrahim menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya agar mereka kembali kepada kalimat tauhid itu”. (Az-Zukhruf: 26-28).

Sedangkan dimensi yang kedua berkaitan dengan aturan bagaimana melakukan mu’amalah antar sesama makhluk termasuk manusia (mu’amalah bi husnil khuluq) yaitu pertama: peran nabi adalah sebagai seorang konseling, yakni mengajak manusia untuk berbuat baik dan mencegah kemungkaran. Kedua: Nabi berperan sebagai seorang muadib, misi ini terkait untuk menyempurnakan akhlak manusia. Nabi Muhammad SAW telah bersabda: ”Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”. (HR. Bukhari dan Abu Daud). Ketiga, sebagai seorang revolusioner, yaitu  berjuang membebaskan masyarakat dari segala bentuk penindasan dan diskriminasi yang dilakukan oleh para penguasa. Misi suci ini merupakan perjuangan para Nabi yang terpenting karena hampir semua Nabi berjuang melakukan pembebasan masyarakat dari ketertindasan menuju pencerahan. Nabi Ibrahim melakukan perjuangan revolusioner dalam membebaskan masyarakat dari bentuk paganisme raja Namrud, Nabi Musa melakukan perjuangan Revolusi dalam membebaskan bani Israil dari hegemoni tiran yang diktator Fir’aun, Nabi Isa melakukan gerakan Revolusi spiritual atas hegemoni materialisme masyarakat Romawi dan Nabi Muhammad melakukan gerakan revolusi  moral atas kejahilan masyarakat Quraisy.

Nabi juga memiliki misi untuk mengajarkan realitas, tujuan sesungguhnya dan makna dari kehidupan ini.[15] Karena Tuhan di luar persepsi dan pemahaman kita, nabi harus merupakan orang yang paling patuh, hati-hati dan disiplin saat menjalankan tugasnya. Segala sesuatu di dalam alam ini berusaha untuk menunjukkan nama-nama dan sifat-sifat Allah. Dengan cara yang sama, nabi menunjukkan, membenarkan, dan beriman kepada hubungan misterius yang lembut antara Tuhan dengan nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Ketika kita berada di tempat asing, kita membutuhkan pemandu. Analogi ini berlaku untuk peran nabi, Allah mengutus para nabi untuk memberi informasi kepada kita tentang nama-nama dan sifat-sifat Allah serta memandu kita menuju jalan yang benar.

4. Syarat – syarat Kenabian

Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa tidak semua orang bisa menjadi nabi ataupun rasul, hanya orang-orang tertentu yang telah dipilih oleh Allahlah yang bisa menjadi nabi ataupun rasul. Untuk menjadi nabi ataupun rasul harus ada syarat-syarat tertentu. Di antara syarat-syarat kenabian yaitu:

1) Laki-laki. Menurut para ulama Ahlussunnah Waljama’ah, Nabi itu wajib laki-laki dan tak boleh perempuan. Hal ini berdasarkan ayat Al-Quran:

”Dan tiada Kami utuskan sebelum kamu, melainkan beberapa orang lelaki, Kami berikan wahyu kepada mereka”. (Al-Anbiya: 7). Di dalam tafsir Ibnu Katsir juga dijelaskan bahwa semua Nabi yang terdahulu (sebagaimana yang kita ketahui) adalah laki-laki. Allah telah menetapkan beberapa prinsip dan hukum di alam semesta dan menciptakan manusia di dalamnya dengan sifat yang baik serta mulia. Lelaki secara fisik lebih kuat dan lebih capable dibandingkan perempuan. Ia berbeda dengan perempuan karena perempuan ada periode menstruasi, pembatasan sebelum dan sesudah melahirkan. Perempuan tidak bisa terus menerus melakukan tugas publik. Seorang nabi harus bisa memimpin manusia dalam segala aspek kehidupan sosial dan religiusnya tanpa jeda. Itulah sebabnya kenabian adalah tidak mungkin untuk perempuan.[16]

2) Mendapat ma’rifat dan pengetahuan dari Tuhan, yakni berupa wahyu. Para nabi memandang sumber pengetahuan dan makrifat mereka dari alam Ilahi dan berkeyakinan tidak dihasilkan oleh akal dan mental manusia. Pengetahuan dan makrifat ini dalam bentuk dimana akal manusia tidak dapat menjangkaunya, sebab memiliki dimensi langsung dari sumber Ilahi. Seperti yang dijelaskan dalam Al-Quran:

“Dan Allah menurunkan kepada kamu kitab dan hikmah dan mengajarkan padamu apa yang tidak kamu ketahui dan adalah fadhlullah atasmu sangat besar” (An-Nisa: 113).

3) Terpelihara dari salah dan Allah juga menjaga seorang Nabi dari perbuatan-perbuatan maksiat. Kalaupun nabi melakukan dosa ataupun kesalahan, maka mereka hanya melakukan dosa-dosa yang kecil saja. Allah tidak mungkin mengutus seorang nabi yang melakukan dosa besar atau kekufuran.[17]

” Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasulpun dan tidak (pula) seorang nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, syaitanpun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayat-Nya. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (Al-Hajj: 52).

4) Syaikh Isyraq dalam kitab Majmu’eh Mushannifât mengatakan bahwa Kenabian memiliki syarat-syarat, salah satu di antaranya mendapatkan tugas dari alam tinggi untuk merealisasikan risalah, dan ini merupakan syarat khusus bagi para nabi.[18]

5) Menurut Al-Farabi, syarat seorang nabi adalah bahwa seorang Nabi harus mempunyai daya imaginasi yang kuat, dimana obyek indrawi di luar tidak dapat mempengaruhinya. Jadi manakala ia menerima visi kebenaran atau wahyu dari tuhan melalui akal fa’al ia mampu berkomunikasi dengan baik. Al-Farabi kembali menambahkan bahwa kemampuan seorang Nabi berhubungan dengan malaikat Jibril tanpa diawali latihan,  karena Allah telah menganugerahinya dengan kekuatan suci (Qudsiyah). Sementara seorang filsuf dapat berhubungan dengan Tuhan melalui akal Mustafad (perolehan) yang sudah terlatih  dan kuat daya tangkapnya, sehingga dapat menerima hal-hal yang bersifat abstrak murni dari akal. Dengan demikian antara nabi dan filsuf tidak sejajar tingkatannya, karena setiap nabi adalah filsuf sementara tidak semua filsuf itu nabi. Dan menurut Al-Farabi, karena nabi dan filsuf sama-sama dapat berhubungan dengan Akal, maka antara wahyu dan filsafat tidak terdapat pertentangan.[19]

Sedangkan Ibnu Sina mengatakan bahwa syarat kenabian adalah adanya keistimewaan yang tidak dinikmati oleh manusia pada umumnya, termasuk kecerdasan yang didapat di luar pengalaman belajarnya secara ”manusiawi” karena ilmu datang langsung dari Allah. Ibnu Sina juga mengungkapkan bahwa ada tiga kelompok manusia di dunia ini. Pertama, orang yang tidak punya kecakapan teoritis dan praktis. Kedua, orang yang punya kecakapan teoritis dan praktis hanya pada dirinya sendiri dan tidak mampu menyempurnakan orang lain. Ketiga, adalah orang yang punya kecakapan teoritis dan praktis sekaligus, serta mampu mentransformasikannya kepada orang lain. Inilah sesungguhnya yang disebut sebagai Nabi. Jadi, pada intinya Nabi harus merupakan seseorang yang kekuatan kognitifnya mencapai akal aktif. Hakikat akal aktif itu sesungguhnya adalah batasan antara dimensi ketuhanan dan kemanusiaan. Seorang Nabi adalah orang yang mampu berkomunikasi bukan hanya dengan Tuhan saja, tetapi juga dengan manusia.[20]

5. Faktor Pendukung dan Penghambat Kenabian

Yang menjadi faktor pendukung kenabian adalah wahyu. Secara etimologis, kata wahyu berasal dari kata ”wahy”  yang memiliki beberapa arti, di antaranya suara, tulisan, isyarat, bisikan, dan paham. Sedangkan secara terminologis, menurut Syekh Abduh, wahyu merupakan informasi dari Allah kepada Nabi-nabinya mengenai sebuah ajaran hukum atau ajaran lainnya.[21] Kata wahyu banyak terdapat dalam Al-Quran, salah satunya yaitu pada surat An-Najm:

“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)”. (An-Najm: 3-4).

Selain wahyu, kenabian seorang nabi juga didukung dengan adanya suatu mu’jizat yang diberikan atas izin Allah SWT. Secara etimologis, mu’jizat diambil dari kata a’jaza yang berarti melemahkan dan memperdaya. Sedangkan mu’jizat secara terminologis adalah hal spektakuler (di luar adat dan kebiasaan) yang berasal dari para nabi dengan izin dari Allah. Para nabi kerap kali menggunakan Mu’jizat untuk menguatkan klaim mereka.

Wahyu-wahyu dan mu’jizat yang diberikan oleh Allah kepada para Nabi merupakan alat atau sarana untuk mendukung kebenaran para Nabi atas ajaran yang disampaikannya. Karena semua pengakuan yang tidak disertai dengan suatu bukti, maka hal tersebut tidak akan diperhatikan oleh manusia.[22] Mukjizat tersebut bukanlah sesuatu yang diperoleh berdasarkan penelitian dan pengalaman, tapi ia merupakan pemberian Allah kepada nabi-Nya dengan maksud tertentu. Mu’jizat juga dapat digunakan untuk membedakan antara para Nabi dan orang-orang yang hanya mengaku sebagai nabi. Salah satu nabi yang memiliki mu’jizat yaitu Nabi Musa, sebagaimana telah diterangkan dalam Al- Quran:

”Maka Musa menjatuhkan tongkat-nya, lalu seketika itu juga tongkat itu menjadi ular yang sebenarnya”. (Al-A’raf: 107).

Dalam perjalanan sejarah dakwah para Nabi, masing-masing dari mereka memiliki dan mengalami hambatan-hambatan dari kaumnya sendiri. Ketika seorang nabi menyampaikan ajaran agama yang dibawanya, tidak jarang sebagian besar dari mereka  menolak. Pebuatan menolak ini dapat disebabkan berbagai faktor seperti kefanatikan terhadap tradisi nenek moyang, kesombongan, status sosial sampai kepada perasaan dengki.

Sejarah membuktikan bahwa ketika para nabi diutus ke dunia ini, ada pihak-pihak yang meragukan dan menentang kenabian para nabi. Mereka tidak mempercayai kitab-kitab yang diturunkan kepada para nabi dan juga mu’jizat yang diberikan kepada mereka. Pada masa Nabi Ibrahim, Raja Namrud dan para pengikutnya menentang ajaran yang dibawa oleh beliau. Kemudian kaum Aad yang menentang kenabian Nabi Hud, Fira’un yang selalu berusaha menjatuhkan Nabi Musa dan masih banyak lagi orang-orang yang menentang dan membantah kenabian para Nabi Allah.

6. Fenomena Nabi Palsu di Indonesia

Perdebatan mengenai teori kenabian di tengah-tengah masyarakat kini kembali marak.  Tak jarang perdebatan wacana ini menarik umat muslim kepada tindak menghakimi atas dasar teologis (pengkafiran) dan tak jarang yang berujung pada tindakan fisik seperti kasus Ahamadiyah di Indonesia beberapa waktu yang lalu dan kontroversi Abdul Salam alias Ahmad Mosaddeq, pemimpin Al-Qiyadah Al-Islamiyah yang dengan berani mengubah Syahadat serta Lia Aminuddin alias Lia Eden dengan Kerajaan Surganya.

Sebenarnya fenomena tentang Nabi palsu bukan baru terjadi pada saat ini saja, tetapi ketika pada masa Nabi Muhammad dan para sahabat juga muncul orang-orang yang mengaku sebagai nabi, seperti Aswad Al-Unsi dan Musailamah Al- Kadzdzab yang berasal dari Bani Hanifah.

Dr. Amirsyah Tambunan, M.A. (Pengurus MUI pusat) mengatakan bahwa persamaan mendasar dari fenomena Nabi palsu zaman dahulu dan zaman sekarang adalah semua nabi palsu tersebut tidak memiliki pengetahuan agama yang komprehensif.[23] Sedangkan perbedaannya adalah keduanya berasal dari latar belakang sosial yang berbeda. Nabi palsu generasi awal berasal dari strata sosial tinggi, yakni pemimpin kabilah dan Nabi palsu modern berasal dari orang lari dari realitas.

Para nabi palsu yang muncul secara mengejutkan di tengah-tengah masyarakat bak pahlawan kesiangan karena pada saat ini, manusia tidak lagi membutuhkan figur seorang Nabi disebabkan manusia sudah dapat menggunakan akal pikiran (rasio) mereka dalam segala aspek kehidupan. Setiap zaman mengalami perkembangan, begitu juga dengan akal pikiran manusia. Saat ini manusia sudah dapat untuk menggunakan daya kritis mereka dalam memahami segala fenomena yang ada di dunia ini, tidak seperti zaman dahulu dimana manusia masih percaya kepada hal-hal yang magis dan takhayul.

Para nabi dibutuhkan pada zaman dahulu, karena pada saat itu manusia masih berada pada zaman primitif (zaman jahiliyah) sehingga dituntut adanya seorang Nabi sebagai pembawa sebuah ajaran yang baru, yang bisa menuntun dan menunjukkan manusia kepada jalan yang benar. Dan seperti yang telah diuraikan di atas bahwa kenabian muncul sebagai sebuah jembatan transisional dari zaman primitif ke zaman rasioner dan masa dimana diturunkannya Nabi Muhammad merupakan masa terakhir dari masa transisi sehingga dengan berakhirnya kenabian Nabi Muhammad, maka berakhir pulalah kenabian dalam Islam. Dan setelah wafatnya Nabi Muhammad, maka tidak ada lagi sebutan bagi seseorang sebagai Nabi ataupun Rasul. Terlebih lagi di dalam Al-Quran telah dijelaskan:

Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu., tetapi Dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu”. (Al-Ahzab: 40).

C. Penutup

1. Kesimpulan

Banyak orang yang menginterpretasikan makna kenabian secara berbeda-beda. Bahkan kenabian menjadi sebuah kontroversi di dalam umat Islam sendiri. Ada yang pro dengan alasan bahwa kenabian sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia sebagai penuntun atau penunjuk kepada jalan yang benar sedangkan pihak yang kontra beralasan bahwa tanpa kehadiran seorang Nabi pun, manusia dapat membedakan hal yang baik dan buruk sesuai dengan kemampuan akal pikiran mereka. Nubuwah (kenabian) merupakan jembatan dari masa transisional, yakni dari masa primitif ke masa rasional. Dan puncak dari masa transisional tersebut adalah pada masa Nabi Muhammad sehingga pada saat ini manusia tidak memerlukan lagi figur seorang Nabi karena manusia sudah berada pada masa rasional dimana pemikiran manusia sudah berkembang secara pesat. Dan jika pada zaman sekarang, ada orang yang mengaku Nabi, hal tersebut sangat menggelikan, mereka yang mengaku nabi di zaman sekarang bagaikan pahlawan kesiangan.

2. Saran

Dengan adanya penginterpretasian yang berbeda dalam memahami nubuwah (kenabian), diharapkan agar ummat Islam tidak menyikapi hal tersebut secara berlebihan. Karena perbedaan adalah hal yang biasa, hal tersebut sangat lumrah terjadi di masyarakat dengan kebebasan berfikir saat ini. Selain itu, dengan fenomena kenabian palsu yang muncul di masyarakat, penulis mengharapkan agar ummat Islam dapat lebih mempelajari Islam secara komprehensif, baik dari segi historis maupun segi lainnya. Hal ini agar ummat Islam tidak mudah terpengaruh dan terhasut oleh fenomena kenabian palsu. Selain itu, dengan adanya nabi palsu diharapkan agar ummat Islam tidak langsung menjudge orang tersebut kafir, apalagi sampai melibatkan kekerasan fisik dan merusak sarana yang ada. Yang harus kita lakukan adalah menundukkan ego dan emosi kita dan mengajak orang yang tersesat (mengaku Nabi) untuk berdialog dan mengajaknya kembali kepada ajaran Islam yang benar, yang sesuai dengan pemahaman Al-Quran dan Hadits.      

 

Naskah dikopy dari  Makalah Mahasiswa  ... semoga bermanfaat.

D. Daftar Pustaka

§ Rahardjo, M. Dawam, Ensiklopedia Al-Quran, (Jakarta: Paramadina, 1997).

§ Ash-Shiddieqy, Hasby, Al-Islam Jilid I,  (Yogyakarta: Bulan Bintang, 1952).

§ El-Bararah, Umdah, Meninjau Kembali Teori Kenabian, www.islamlib.com,

§ Gulen, M. Fetullah, Memadukan Akal dan Kalbu dalam Beriman, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002).

§ Admin, Teologi Profetik dan Ideologi Revolusioner, www.iain.org, (21 Oktober 2009).

§ Mu’nim Al-Hafni, Abdul, Ensiklopedia: Golongan, Kelompok, Aliran, Mazhab, Partai, dan Gerakan Islam, (Jakarta: Grafindo, 2002).

§ Amir, Ja’far, Terjemahan Jawahir Kalamiyah, (Pekalongan: Raja Murah, 1994).

§ Unknown, Nabi Palsu, www.Indonesia. Islam. com

§ Handono, Irene, Islam Dihujat, (Kudus: Bima Rodheta, 2003).

§ Nasution, Hasyimsah, Filsafat Islam,  (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002).

§ Madhkour, Ibrahim, Filsafat Islam:  Metode dan Penerapan, terj. Yudian Wahyudi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993).


[1] Ibrahim Madhkour, Filsafat Islam:  Metode dan Penerapan, terj. Yudian Wahyudi, (Jakarta: PT. Raja  Grafindo Persada, 1993), hal. 164.

[2] M. Dawam Rahardjo, Ensiklopedia Al-Quran, (Jakarta: Paramadina, 1997), hal. 302.

[3] Irene Handono, Islam Dihujat, (Kudus: Bima Rodheta, 2003), hal. 38.

[4] Ibid, hal. 43.

[5] Irene Handono, Islam Dihujat, (Kudus: Bima Rodheta, 2003), hal. 38.

[6] Ibid, hal. 43.

[7] Irene Handono, Islam Dihujat, (Kudus: Bima Rodheta, 2003), hal. 38.

[8] Ibid, hal. 43.

[9] Hasbi Ash-Shiddieqy, Al-Islam Jilid I,  (Yogyakarta: Bulan Bintang, 1952),  hal. 201.

[10] Umdah El-Bararah, Meninjau Kembali Teori Kenabian, www.islamlib.com, diambil tanggal 12 Desember pukul 20.00.

[11] M. Fetullah Gulen, Memadukan Akal dan Kalbu dalam Beriman, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), hal. 97.

[12] Irene Handono, Islam Dihujat, (Kudus: Bima Rodheta, 2003), hal. 38.

[13] Ibid, hal. 43.

[14] Ibid, hal. 105.

[15] Gulen,Op.cit,  hal. 98.

[16] Ibid, hal. 106.

[17] Abdul Mu’nim Al-Hafni, Ensiklopedia: Golongan, Kelompok, Aliran, Mazhab, Partai, dan Gerakan  Islam, (Jakarta: Grafindo, 2006), hal. 836.

[18] Syihabuddin Suhrawardi, Majmu’eh Mushannifât, Jilid. 3,  hal. 75.

[19] Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam,  (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002), hal. 44.

[20] Umdah El-Bararah, Loc Cit.

[21] Rashid Ridha, Muhammadan Wahi, Cairo, 1935, hal. 38.

[22] Ja’far Amir, Terjemahan Jawahir Kalamiyah, (Pekalongan: Raja Murah, 1994), hal.. 35.

[23] Unknown, Nabi Palsu, www.Indonesia. Islam. com