foto

foto

Selasa, 08 Maret 2022

KITA BELAJAR AGAMA BUKAN HANYA SECARA TEKTUALIS TETAPI JUGA KONTEKSTUALIS.

KITA AKAN TERHADANG OLEH BERBAGAI PERUBAHAN


SIDANG KASUS MUNARMAN  ditinjau melalui sisi sisi tertentu mampu mebelalakkan mata kita semua betapa pentingnya kita memperluas pemahaman keagamaan kita baik terhadap agama dan kebangsaan, prikehidupan dan keagamaan haruslah kita rawat agar dapat tumbuh berkembang.  Untuk itu  baik melalui tektual maupun kontektual. kasus ini  membuka mata kita betapa pentingnya kita selalu melanjutkan kajian kajian keagamaan kita baik secara tekstual maupun kontekstual. Munarman kita kenal sebagai aktivis hukum dan beliau dalam upayanya mengembangkan pandangan hidupnya. dan untuk itu beliau telah berusaha akrab dengan berbagai tokoh hukum, tokoh agama serta tokoh ilmuan dan lain sebagainya, pada akhirnya  beliau jatuh cinta pada Habib Riziq Syihab  Imam Besar yang diangkat oleh Kelompok Pembela Islam,  dalam perjalanan hidup Munarman  maka baru Habib Riziq Syihab yang memiliki kemampuan untuk menyatukan antara apa yang diucapkan  dan apa yang dilakukan.  Di banyak orang dan pihak yang telah didekati 0pleh Munarman adalah mereka yang tidak sanggup  atau tidak memiliki kemampuan bahkan tak memiliki kemauan untuk  melakukan apa yang diucapkan dan mengucapkan apa yang dilakukan, tentu dengan berbagai hambatan baik internal maupun eksternal.  Sebagai sosok dalam sosok Munarman dan banyak orang  bahwa  ada kesulitan memahami berbagai perubahan sosok Habib Rizik oleh Munarman dijadikan alat  study pembanding sehingga menemukan sesuatu yang mendekati final walaupun bersifat sementara, karena dalam kehidupan berbangsa dan keagamaan manusia memiliki keterbatasan . 

Ditengah perjalanan Munarman tidak hanya mengamati dan mengkaji Habib Rizia Syihab dan FPI nya  (Front Pembela Islam) tetapi Munarman merasa perlu memberikan masukan dan pandangannya terutama terkait hukum, berdasarkan kajian banyak pihak Munarman telah berhasil memberikan sumbangan yang besar, dan alangkah baiknya bila seandainya kita dari aktivis  atau jama'ah di masjid  perlu kiranya ikut  mengkaji dan  dan mendalami dan tak lupa  baik secara tekstual dan kontektual, apalagi dalam pergaulan International serta kemajuan soin dan teknologi kita akan menghadapi banyaknya perbagai perubahan.    

Tidak bisa  kita pungkiri bahwa dalam berbangsa dan bernegara  dan sekaligus beragama tampa ada gesekan dalam proses berfikir dan yang dipikirkan oleh para penganut agama, para politisi, akademisi  dan para pejabat akan terdorong untuk melakukan pemikiran dan berusaha untuk tercapainya keadilan, kesejahteraan, keamanan dan sebagainya. Untuk itu maka bagi ummat Islam maka segala sesuatunya diharuskan merujuk kepada Al Quran dan Haddits sebagai  dasar ajaran Islam. Di lingkungan ummat Islam memang Allah mengharuskan agar ada diantara ummat yang mempersiapkan dirinya untuk menyiarkan serta mengajarkan Agama Islam termasuk cara membaca Alquran sertya cara pemahamannya. 

Maka dengan demikian ummat Islam itu memang didorong untuk tidak pernah berhenti berfikir, tak pernah berhenti berbuat dan juga tak pernah berhenti belajar.  Dengan demikian maka ummat Islam akan menjadi pihak yang akan dengan cepat memberikan respon terhadap berbagi situasi yang akan menimpa Bangsa. 

Sangat benar sekali bahwa para ulama kita mengatakan bahwa ketika masa Rasulullah SAW Masjid itu menjadi Pusat Pendidikan Dan Jjuga Pusat kebudyaan bagi ummat seharusnya fungsi seperti itu harus kita pertahankan dan jangan diserahkan sepenuhnya kepada lembaga lembaga pendidikan, Masjid tidak hanya sebatas menyelenggarakan sholat lima waktu mengaji Quran dan berdoa saja, tetapi juga harus melakukan pengkajian pengkajian kritis berdasarkan tektualis dan dan kontektualis sehingga memiliki kemampuan melakukan dialog kebangsaan dan memiliki kemampuan mencapai kesempatan walaupun masih sebatas agree and disagree, setuju dalam perbedaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar