'
ANTARA POLITIK DAN AKIDAH kita memang harus ekstra hati hati bisa bisa saja seorang yang kita kenal sebagai pendakwah justeru di cap sebagai teroris, dan yang sudah kita kenal sebagai teroris ee ... ternyata berubah jadi NKRI harga mati. Oleh karena itu kita sebagai rakyat biasa memang harus berhati hati serta harus selalu mngejar informasi yang falid sehingga kita tidak mengalami salah mengerti dan mampu meletakkan sesuatu ditempatnya sesuai dengan kebenaran atau paling tidak jauh lebih mendekati kebenaran ketimbang kepentingan sesaat karena sejalan dengan kepentingan politik penguasa. Karena cepat atau lambat kekuasaan itu akan berakhir, sementara sikap sikap kita yang salah harus kita pertanggungjawabkan dihadapan Allah SWT. Ada suatu pelajaran yang sangat berharga dari seorang mantan teroris yang melakukan pembunuhan di sarinah, yang datang menemui Refli Harun di Brokesnya dan menyataklan diri bahIa sudah jera dan dan sudah menjadi penganut NKRI harga mati karena di NKRI kan oleh Bahar semit yang banyak mengisi tausiyah sesama napi di Lapas Gunung Sindur Bogor.
Istilah NKRI harga mati atau semacamnya banyak digunakan pada saat Pemilu Pilkada DKI, sementara pada saat putaran terakhir yang menyisakan dua kontestan Pilkada ada yang sering memperdengarkan teriakan Takbir, dan ada yang gemar meneriakkan NKRI harga mati. Tetapi terasa sungguh luar biasa dan di luar dugaan serta perhitungan logis yang memangkan Pilkada DKI kali ini adalah kelompok yang meneriakkan takbis. Padalah berdasarkan perhitungan logis berdasarkan data data yang sangata bisa dipertanggungjawabankan, seharusnya tidak demikian hasil Pilkada itu, tetapi apa boleh buat, karena segala sesuatunya memang telah dilaksanakan sebagaimana mestinya sesuati atiuran yang berlaku.
Konsekwensi logis dari hasil Pilkada DKI ini nampaknya aktivis Islam dan juga ada ulama yang bakal terseret seret untuk menerima stigma Anti NKRI, apalagi seringnya pekik Allahu Akbar diperdengarkan oleh kelompok pendukung, Pemenang Pilkada. Para pengamat menantikan bagaimana pihak aktivis dan ulama Islam akan bernegosiasi bagaimana cara menetralisir stigma buruk yang bukan saja ditujukan personal pemenang Pilkada yang memang tak memiliki Partai itu, sementara Organisasi yang dianggap telah dimanfaatlkan untuk kepentingan pemenangan kemarin sudah dibekukan. Tinggal lagi si penerima tuduhan hanya tinggal personal belaka pula, Kita memang ingin tahu juga apakah dengan demikian kelomp[ok ini benar benar akan kehilangan seluruh tenaga dan pengaruhnya ?.
Tetapi dengan meunculnya seorang ulama yang sikap sikapnya sangat terkoreksi itu di dalam kebenaradaanya di rumah tahanan untuk kesekian kalinya
Kita harus berhati hati dalam menentukan sikap kita terhadap sesama Muslim dan merapatlah kepada ulama yang kita yakini keteguhannya kepada ajaran Islam yang sebenarnya.
BalasHapus