Fachruddin |
Dakwah Habib Riziq itu sejak semula ada tiga sasran pertama minuman keras, kedua judi dan ketiga pelacuran. Kita semua tahu bahwa ketiga hal tersebut adalah meruipakan bisnis empuk yang sangat menjanjikan keuntungan besar bagi penyelenggaranya, selain itu bisnis ini mampu membuka lapangan kerja yang tidak begitu membutuhkan suatu keahlian khusus, sehingga kehadiran bisnis itu juga dirasakan sebagai dewa penolong bagi klhususnya kelompok bawah, banyak diantara mereka yang benar benar tertolong ekonomi keluarganya dan terhindari kelaparan. Tetapi dalam waktu bersamaan daya rusak dari ketiga bisnis itu juga luar biasa. Walaupun disisi lain menimbulkan kehinaan dan berbagai keburukan bagibangsa secara keseluruhan.
Karena upaya ini berhadapan dengan pemilik modal yang kuat, ternyata adalah mudah saja bagi pemilik bisnis mudah saja untuk mengangkat banyak sekali preman bayaran. Jumlah preman yang disiapkan bisa berimbang dengan jumlah lasykar pendukung Habib Riziq yang dikenal dengan nama FPI (Front Pembela Islam) itu. Nampaknya para pebisnis itu lebih menguasai media massa, dan bahkan mampu membayar sejumlah buzer dalam kapasitas yang bukan kecil, sehingga kita hanya bisa mengakses kabar buruk tentang FPI. Kebencian kepada FPI semakin menjadi jadi ketika FPI menyerempet urusan politik tetkala dilaksanakannya Pilkada DKI.
Sejak saat itu FPI tergiring untuk berurusan dengan Polri bahkan TNI, karena di lingkungan Pemerintah rupanya sedang terjadi perubahan besar besaran sehingga TNI pun harus turun tangan dalam masalah ini, karena sekarang FPI bukan lagi dikaitkan dengan pelanggaran aturan tentang protokol kesehatan, terkait civid 19. Berkerumun ternyata bisa disamakan dengan ujaran kebencian. Sekarang kasusnya sudah ditangani pihak yang berwajib terkait kerumunan dan ujaran kebencian ini. dan FPI juga sudah didampingi pengacara. Mari kita serahkan dan kita percayakan kepada para pihak yang berwenang dalam upaya menegakkan kebenaran.
Mengingat demikian kusut masainya pengelolaan kasus kerumunan yang dikaitkan dengan politik ini sebagai ummat Islam harus kembali keajaran Islam, janganlah ikut ikutan membenci ulama hanya berdasarkan informasi sepihak, apalagai lebih didominasi oleh rasa benci akibat pemberitaan yang tak seimbang itu. Marilah kita jaga kondusivitas masyarakat. Karena kita semua sedang dicekam oleh rasa kekhawatiran dengan adanya acaman virus, apalagi politik lebih menguasai dalam penangamnnya. sehingga penanganan bisa tak berhasil menyentuh hal yang mendasar, karena p[olitik sifatnya lebih komplek. Jadi kita harus selalu berdoa kepada Allah untuk keselamatan bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar