SAYA YAKIN TAK SEDIKITPUN Presiden Jokowi lalu diikuti yang lain untuk menganut sistem kekuasaan Nazi Jerman dengan ungkapan 'Negara Tak Boleh Kalah'. Tak sedikitpun terbayang wajah Nazi, yang terbayang adalah suasana tentram, tak ada hiruk pikuk. Tiba tiba saja Rocky Gerung mengingatkan bahwa kata kata itu adalah diucapkan oleh Nazi ketika dia berkuasa dengan tangan besinya. Dengan kata lain itu hanya salah kutip saja, karena keterbatasan informasi. Saya ingat apa kata Gus Dur bahwa para Penguasa ini sepertinya yang paling cepat adalah meniru cara Raja Raja Jawa berkuasa. Itupun bukan sesuatu yang dibiarkan karena bertentangan dengan kesepakatan kita untuk membangun Demokrasi. Pada Era Soekarno dan Soeharto bersyukur kita bisa terlepas dari kesewenangan, lalu kita mendapatkan kemajuan yang luar biasa, maka tugas kita semua agar jangan lagi kita kembali ke garis awal.
Di bawah bimbingan para ilmuan/ ulama hendaknya kita harus bergerak maju ilmu bisa berkembang segala apa yang didapatkan diabngju kuliah, melalui media dakwah serta khutbah khutbah di masjid serta upacara keagamaan lainnya mempu memberikan bimbingan secara tuntas sehingga memiliki berbagai kreasi dalam proses pemahamannya, terlebih nantinya dipastikan akan bersentuhan dengan kekayaan budaya kita yang beraneka ragam. Dahulu Presiden Soeharto berusaha memperkenalkan budya dan falsafah Jawa yang sangat kaya itu, sehingga bangsa ini juga segera tersadar bahwa banyak lagi kekayaan budaya kita yang tersunting khatulistiwa ini. Di mana budaya nasional adalah merupakan puncak puncak budaya daerah.
Selain itu kita juga adalah terkenal sebagai Bangsa yang religius. Jauh sebelum perjuangan kemerdekaan para ulama sudah mendampingi masyarakat, mulai dari belum mengenal agama, hingga mencapai 90% menganut Islam. Pada saat dilaksanakannya Pemberantasan Buta Huruf, masyarakat Indonesia 70% buta huruf, tetapi dalam waktu bersamaan 80% mampu memnabaca huruf al-Quran, hujaiyah. Itu puila sebabnya muncul Arab Melayu, ada yang menjadi Huruf Jawi, huruf Arab Bahasa melayu (Imdonesia) dan ada juga huruf Arab tetapi berbahasa Jawa , Banten dan bahasa daerah lainnya, yang dikenal dengan huruf Pegon. Itu semua berkat kerja keras para ulama dalam membangun Bangsa sebagai Cikal bakal Indonesia ini.
Maka tentu saja yang paling tepat agar kita semua adalah meneruskan dan membangun kerjasama saling bahu membahu, saling mendenbgarkan, lalu memperkokoh persatuan. Tidak saling mengalah, tidak saling menidakkan. Sekali lagi jangan salah pengertian, Bangsa kita tak ada hubungannya dengan Hitler Nazi. Kita tak perlu mengembangkan istilah Negara Tak boleh kalah. Pemerintah, Tokoh Budaya, Tokoh masyarakat, Pimpinan Agama harus bersatu bila kita ingin maju.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar