JAUH SEBELUM INDONESIA MERDEKA, Pemerintah Kolonial Belanda memang sudah menyimpulkan bahwa siappun yang ingin menguasai Indonesia maka tak akan berhasil jika tak berhasil mengenyahkan Islam dari Indonesia. Tetapi sebelumnya Pemerintahan Khubilai Khan dari Tiongkok gagal juga menguasai Indonesia pada saat itu belum terkuak resep yang dirumuskan oleh Tiongkok bagimana caranya menguasai Indonesa. Snok Horgronya melakukan study super serius, dan hasilnya sama, tetapi Horgronye mengatakan akan sulit mengusir paham Islam dari Indonesia, karena ummatnya tak gampang menyerah. Hanya ada satu jalan, yaitu mengadu domba antar sesama Muslim di Indonesia, dan nantinya keduanya atau mereka yang berhasil diadu domba akan sama sama lemah. Dan pada saat itu muereka akan mudah di usir dari Indonesia. Yang diusir bisa orangnya, atau setidaknya kepatuhan kepada agama Islam.
Maka siapapun yang ingin mengabdi di Indonesia, sesungguhnya dia bisa memanfaatkan Islam sebagai potensi yang dapat digunakan untuk mendukung pengabdian itu, tetapi bagi mereka yang ingin menguasai, maka kelompok Islam itu harusa diperhitungkan, karena salah salah Islam justeru akan menjadi batu sandung. Nampaknya baik Presiden Soekarno maupun Presiden Soeharto sepertinya sempat dipengaruhi oleh pemikiran bahwa Islam adalah sebagai pengganggu penguasa dan harus dienyahkan dari dunia partai dan dan dunia kekuasaan. Beruntung Presiden Soeharto sempat mempernaiki kembali hubungan dengan masuyarakat Muslim, sedang Presiden Soekarno nampaknya kehilangan peluang. Beruntung sekali mereka yang sempat di siksa oleh Soekarno sepertinya memaafkannya.
Kini Presiden Jokowi nampaknya lebih terpengaruh oleh thesis Snouck Horgronye dan dipraktekkannya dalam dua periode kepemimpinanya, selama seputuh tahun. Paling belakangan adalah bagaimana beliau memperlakukan seorang ualam memperlakukan Ulama yang sangat dicintai oleh Ummat, yaitu Habib Riziq. Sikap politik Jokowi nampaknya seperti Orde Lama dan Orde Baru. Jika itu yang diikuti maka para tahanan politik itu baru akan dilepas setelah terjadi pergantiam Rezim. Hanya saja jika yang dinginkan Presiden Jokpowi maka resikonya Ia akan dijatuhkan secara hina. Kisah hidupnya akan dihiasi sejarah buruk. Kecuali nanti bila mana apa yang diucapkannya benar. Bila tidak maka Ia akan tetap tenggelam dalam kehinaan.
Sebagai rakyat Indonesia maka seorang Presiden saya anggap kerliaru bila mengacu kepada thesis Snock Horgronye, yang sebagai penjajah itu. Tetapi bisa jadi analisa kita salah, karena kenyataanya Presiden Jakowi sepertinya kok cenderung kerjasama dengan kelompok oligarki bisnis atau ekonomi. Bisa jadi ini dilakukan karena memang kehadiran oligarki ekonomi ini sangat dibutuhkan untuk membangun sesuatu yang bisa menguntungkan pemilik modal dan masyarakat yang memiliki kemampuan bersaing. Atau memanfaatkan situasi dan suasana perkembangan ekonomi, yang itu juga nantinya akan mengalami seleksi alam, dengan resiko seperti masyarakat melayu di Singapura yang semakin lama semaqkin terpinggirkan.
Jika itu yang dilakukan oleh pemguasa maka sejatinya kekayaan Indonesia ini akan hilang sia sia. Seharusnya penguasa memanfaatkan keanekaragaman Bangsa baik Suku Budaya dan Agama. Sejatinya masyarakat Indonesia memiliki aneka ragam kearifan yang sangat banyak, seharusnya itu yang digali ditambah lagi dengan penguatan penguatan berdasarkan agama. Bangsa yang majemuk ini seharusnya diamati segala potensi dan kekuatannya serta diupayakan untuk mempertahankan berbagai model perekat agar mereka tak kehilangan identitas, dengan cara menjauhi politik belah bambu, dengan cara mengembangkan yang satu dengan menginjak yang lain.
Mengingaty masih banyaknya pihak yang lebih percaya dan meyakini teori Horgronye maka satu satunya kekuatan Islam ada pada dunia dakwah, dan dunia dakwah itu akan didukung oleh dua hal yaitu masjid dan jama'ahnya serta ulama dan ilmunya. .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar