foto

foto

Sabtu, 19 Desember 2020

INDONESIA TERMASUK KEHILANGAN ARAH DALAM MENANGANI COVIT 19

SETIAP KALI terjadi perselisihan pendapat antara pihak medis dan modis terkait penangan virus corona di Indonesia, diam diam kita menyimpan perasaan cemas yang nampaknya harus ditelan sendiri.  Dengan rasa duka yang sangat mendalam kita sampaikan kepada sejumlah dokter dan paramedis yang meninggal dunia akibat tertular wabah corona. Sulit kita membayangkan jika presentase medis paramedis ini lebih tiunggi angka kematiannya dibanding kirta  semua, maka benar benar sebuah tulisan yang sempat viral yang mengatakan berdasarkan pengalaman  yang sudah sudah di mana dunia akan didatangi virus yang memakan korban hingga mencapai separoi penduduk dunia. Penduduk negara yang salahusrus menempati persentase yang lebih tinggi. Naga naganya kitra termasuk yang kurang rapih dalam menangani kasus ini,  Bukan hanya selain para petinggi kita suka pencitraan, tetapi kesimpangsiuran memang mau tak mau dipertontonkan kepada masyarakat. 

Dalam satu televisi swasta seorang Menteriu Kesehatan tak bersedia tampil untuk bicara didepan  publik pemirsa, akhirnya acara diisi dengan wawancara kepada kursi kosong. Tidak kurang dari serang pensiunan Jendral TNI bukan hanya mengoreksi, tetapi seperti memvonis saja layaknya terkait penanganan virus corona yang berjung kepada rekayasa sebuah angka statistik corona. Sejumlah tenaga medis dan paramedis sepertinya menangis pilu akan coreksi dan vonis itu. 

Tidak kurang dari seorang Gubernur DKI berniat melaksakan penerapan Lokdown, spontan para pihak menyatakan tiudak menyetujui, karena manakala DKI Jakrta melokdown daerah Ibu Kota itu maka akan sangat mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi, maka dicarikanlah bahsa dan istilah yang dirasakan lebih longgar, dan seorang Presiden ikut memberikan petunjuk bagwa pada saat lebarah Idul Fitri, masyarakat dilarang untujk mudik, mereka harus tetap ada di Jakarta, peraturan ini klecuali bagi mereka yang ingin pulang kampung. 

Dua sikap yang berkembang dan berseliweran di Medsaos tak urung membuat masyarakat menjadi bingung, masyarakat menjadi bimbang, ada pihak yang mengatakan bahwa Pemerintah telah memesan Vaksin anti virus Corona. nanti dibutuhkan tenaga sukarela untuk dijadikan sasaran ujicoba vaksin ini. Dalam waktu yang hampir bersamaan ada pihak lain yanh juga memiliki kompeten mengatakan bahwa memesan obat yang belum diujicobakan itu sangat membahayakan nyawa manusia. Sejak jauh hari banyak mereka yang mengatakan bahwa mereka tak akan mau divaksin sebelum ada uji coba, karena justeru penelitian oleh pihak lain, bahwa menggunakan vaksin itu justeru akan membuat virus yang dimaksukkan dalam vaksin itu akan menjadi bertambah ganas.  

Sudah terlampau sering orang memperingatkan bahwa masjid berpotensi akan menjadi kloster perkembangan virus corona, akibatnya sejumlah ummat merasa sangat nyaman untuk menjauhi masjid, pernah sholat jum'atpun di larang. Dan akibatnya  sekalipun Lookdown masjid kembali diakhiri, maka tetap saja angka pengunjung masjid terjadi penurunan yang signivikan.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar