Dalam satu televisi swasta seorang Menteriu Kesehatan tak bersedia tampil untuk bicara didepan publik pemirsa, akhirnya acara diisi dengan wawancara kepada kursi kosong. Tidak kurang dari serang pensiunan Jendral TNI bukan hanya mengoreksi, tetapi seperti memvonis saja layaknya terkait penanganan virus corona yang berjung kepada rekayasa sebuah angka statistik corona. Sejumlah tenaga medis dan paramedis sepertinya menangis pilu akan coreksi dan vonis itu.
Tidak kurang dari seorang Gubernur DKI berniat melaksakan penerapan Lokdown, spontan para pihak menyatakan tiudak menyetujui, karena manakala DKI Jakrta melokdown daerah Ibu Kota itu maka akan sangat mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi, maka dicarikanlah bahsa dan istilah yang dirasakan lebih longgar, dan seorang Presiden ikut memberikan petunjuk bagwa pada saat lebarah Idul Fitri, masyarakat dilarang untujk mudik, mereka harus tetap ada di Jakarta, peraturan ini klecuali bagi mereka yang ingin pulang kampung.
Dua sikap yang berkembang dan berseliweran di Medsaos tak urung membuat masyarakat menjadi bingung, masyarakat menjadi bimbang, ada pihak yang mengatakan bahwa Pemerintah telah memesan Vaksin anti virus Corona. nanti dibutuhkan tenaga sukarela untuk dijadikan sasaran ujicoba vaksin ini. Dalam waktu yang hampir bersamaan ada pihak lain yanh juga memiliki kompeten mengatakan bahwa memesan obat yang belum diujicobakan itu sangat membahayakan nyawa manusia. Sejak jauh hari banyak mereka yang mengatakan bahwa mereka tak akan mau divaksin sebelum ada uji coba, karena justeru penelitian oleh pihak lain, bahwa menggunakan vaksin itu justeru akan membuat virus yang dimaksukkan dalam vaksin itu akan menjadi bertambah ganas.
Sudah terlampau sering orang memperingatkan bahwa masjid berpotensi akan menjadi kloster perkembangan virus corona, akibatnya sejumlah ummat merasa sangat nyaman untuk menjauhi masjid, pernah sholat jum'atpun di larang. Dan akibatnya sekalipun Lookdown masjid kembali diakhiri, maka tetap saja angka pengunjung masjid terjadi penurunan yang signivikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar