TIDAKLAH TERLALU MENDESAK untuk mengatakan Kemenag itu untuk semua Agama, apatah lagi Islam tak pernah mengklaim bahwa Menteri Agama itu adalah Menteri untuk Agama Islam saja, apalagi sekedar untuk membuktikan bahwa kondsekuensi sebagai Menteri Agama untuk semua lalu mengutip sesuatu yang kurang sejalan dengan ajaran Islam. Lalu dikatakan justeru ajaran yang dikutip itulah yang lebih diterima oleh secara universal. Itu kira kira kritik para ulama yang ditujukan kepada Kemenag, setelah secara tak sengaja (mungkin) Kemenag menyudutkan ajaran agama Islam. Dalam ajaran Islam Allah itu maha Pengasih dan tak membutuhkan "Rasa Kasih Sayang" dari manusia sebagai makhluknya. Allah itu Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, tak pilih kasih dan pandang sayang. Kalaupun ada Agama lain yang mengajar agar memberikan rasa kasih sayangnya kepada Tuhan, sepertyi memberikan rasa kasih saynagnya kepada sesama manusia. Itu kita hargai saja keyakinan dan ajaran mereka. Sebagai seorang Muslim juga kita harus tegas mengajarkan sikap sikap kita kepada Allah. Dan harus ditanamkan bahwa Allah berbeda dengan yang baharu dan apalagi Ciptaan Allah sendiri.
foto
Minggu, 31 Januari 2021
MENGAPA HARUS MENGUTIP SESUATU YANG KONTROVERSI
TIDAKLAH TERLALU MENDESAK untuk mengatakan Kemenag itu untuk semua Agama, apatah lagi Islam tak pernah mengklaim bahwa Menteri Agama itu adalah Menteri untuk Agama Islam saja, apalagi sekedar untuk membuktikan bahwa kondsekuensi sebagai Menteri Agama untuk semua lalu mengutip sesuatu yang kurang sejalan dengan ajaran Islam. Lalu dikatakan justeru ajaran yang dikutip itulah yang lebih diterima oleh secara universal. Itu kira kira kritik para ulama yang ditujukan kepada Kemenag, setelah secara tak sengaja (mungkin) Kemenag menyudutkan ajaran agama Islam. Dalam ajaran Islam Allah itu maha Pengasih dan tak membutuhkan "Rasa Kasih Sayang" dari manusia sebagai makhluknya. Allah itu Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, tak pilih kasih dan pandang sayang. Kalaupun ada Agama lain yang mengajar agar memberikan rasa kasih sayangnya kepada Tuhan, sepertyi memberikan rasa kasih saynagnya kepada sesama manusia. Itu kita hargai saja keyakinan dan ajaran mereka. Sebagai seorang Muslim juga kita harus tegas mengajarkan sikap sikap kita kepada Allah. Dan harus ditanamkan bahwa Allah berbeda dengan yang baharu dan apalagi Ciptaan Allah sendiri.
Sabtu, 30 Januari 2021
KITA AKAN MENYWSAL JIKA TAK SHOLAT DI MASJID
TULISAN INI DISEBARKAN karena berdasarkam hitungan kasar banyak sekali anggota jamah yang tak hadir ketika dikumandangkan adzan pertanda masuknta waktu sholat dia tak hadir sampai sholat selesai dan bahkan himgga waktu habis untuksholat itu ternyata masih juga belum muncul ke Masjid. Mungkin dia tak ada di rumah, sehingga dia sholat di masjid lain ... OK. Tetapi jika di ternyata dia sholat di rumah dengan alasan umpamanya sakit atau alasan lainnya yang syah. mnungkin itu bisa diterima. Tetapi Dia tak sholat di rumah hanya karena malas, atau alasan lainnya yang tak ada tuntunannya yang valid dan apatah lagi memang tak sholat tampa alasan. Dan ketahuilah banyak banyak orang mrmilih sholat di rumah karena masalah corona, maka kajilah segal sesuatunya secermat mungkin agar tak menjadi penyesalan di kemudian hari.
Jumat, 29 Januari 2021
JANGAN BIARKAN UMMAT ISLAM TERCABIK CABIK KARENA KITA AKAN TERPURUK DILEMBAH KEMISKINAN DAN KEHINAAN .
SUARA SUARA DARI AMERIKA Eropa,Australia dan lain lain sebagai sekutu Gagasan Yahudi Amerika yang dibungkus dengan thesis hasil Pnerlitian yang banyak dihembuskan sebagai hasil hasil seminar mereka, melahirkan gagasan besar untuk memecah belah persatuan ummat Islam , hasilnya adalah rasa saling curiga dan bahkan rasa saling benci antar ummat Islam, karena konon upaya pemecahbelahan ummat Islam ini sudah hampir sempurna sehingga langkah berikutnya adalah harus ditingkatkan dengan rasa saling serang, tetapi sementara ini baru dalam tahap untuk mempolisikan dengan berbagai delik yang memungkinkan, tentunya dimaksudkan agar ada kelompok yang merasa kehilangan pemimpin, dan itu merupakan malapetaka bagi kelompok itu. Strategi utu kan merupakan sesuatu yang yang sudah lama kita ketahui, tetapi heran masih saja ada diantara kiota sendiri yang masih gemar mengutip ngutip kalimat Yahudi dan Amerika sekedar dalih untuk tak menyukai Saudara sendiri.
PENTINGNYA MELURUSKAN DAN MEMPERKOKOHKAN NIAT.
Selasa, 26 Januari 2021
SYAMSI ALI. IMAM BESAR ISLAM AMERIKA
Fachruddin |
dr TIFAUZIA: DAN BANYAK PEMIKIRAN YANG MENGEJUTKAN
BAGI JAMA'AH MASID jangan pernah menganggap covit ini tak perlu diseriusi, ini serius sekali maka jangan pernah tak mematuhi anjuran protokol kesehatan seperti pakai masker, cuci tangan dan jaga jarak. Secara pribadi saya sangat menyesalkan sikap takmir masjid yang seperti menganggap remah. Karena posisi kita sangat krusial. Berdasrakan data yang ada jumlah mereka yang terpapar menunjukkan grafik naik. Selain itu yang mengejutkan adalah laporan dari NU bahwa banyak Kiyai terkenal yang meninggal karena covit 19 ini, mereka adalah Kiyai yang aktiv membina jama'ahnya. Dan sejumlah Dai terkenal yang ikut mengkampanyekan dan melaksanakan petuinjuk protikol kesehatan yang terpapar virus corona dan bahkan ada yang meninggal dunia, mungkin yang terbaru adalah Alamrhum Sech Ali Jaber.
Senin, 25 Januari 2021
KITA SULIT MENDAPATKAN BERITA YANG BENAR
SEJAK AWAL MUNCULNYA VIRUS corona ini memang Pemerintah seperti kesulitan untuk Tampil dengan satu bahasa, padahal konon apa yang disampaikan oleh Pemerintah katanya semua data didapatkan dari badan inteleijen. Dalam waktu yang bersamaan melalui medsos muncul banyak kabar kabar miring yang lebih semerawut karena memang berita bukan saja didapat dari dalam negeri, tetapi juga didapat dari media media asing. Kita sangat menyesalkan mengapa pada saat telah ditetapkannya oleh Presiden sendiri dimulainya penyuntikan vaksin jusateru rakyat disuguhi dengan berita yang viral bahwa banyak dari Gedung DPR bahwa mereka masih belum percaya dengan obat vaksin tadi karena katanya belum selesai pelaksaan ujicobanya. Kembali suara dan keterangahn dari Pemerintah terasa kurang lantang dibanding dengan mereka yang menolak karena belum berhasil diyakinkan karena alasan yang juga sulit ditolak Pemerintah. Namun sambil menunggu sesuatu yang bisa lebih menentramkan masyarakat, maka berikut ini kami lampirkan beberapa informasi yang mungkin bisa membantu pemahaman kita yang lebih objektif.
Apa Arti Qalbu, Hati atau Jantung?
Sabtu, 23 Januari 2021
TABIAT MASJID ADALAH SEMAKIN TUA SEMAKIN CANTIK.
MASJID ALJIHAD BERSOLEK
PERADABAN ISLAM LEBIH TINGGI DIBANDING YUNANI
MENGENAL YUNANI LEWAT AL-QURAN
KETIKA KITA MASUK KE PERGURUAN TINGGI sesuai dengan Fakultas pilihan kita, kita diperkenalkan dengan berbagai cabang cabang ilmu pengetahuan, dan selalu saja dimulai dengan mengenalnya melalui berbagai definisi dan etimologi dari ilmu ilmu itu Dan pada saat itu juga dibenak kita tergambarlah kebesaran Yunani, memang benar karena pada saat itu Yunani adalah termasuk salah satu Negara Super Power. Sayang kehebantan Ilmu ilmu yang mereka turunkan tak mampu dipertahankan ,justeru ketika ereka ingin menguasai dunia dan melalui peroses yang fluktuatif, teori teori dan gagasan cemerlang dari Yunani yang diadopsi oleh Romawi menyisakan sesuatu yang tidak menggambarkan kebesaran yang pernah mereka raih. dalam sejarah peperangan saling bunuh dan menenggelamkan sehingga kemajuan ilnu yang telah tercapai nyaris nyaris tenggelam, untung ada tokoh tokoh ilmuan Islam yang berkenan menganggakt ilmu ilmu itu
Jumat, 22 Januari 2021
MEMPERTANGGUNGJAWABKAN USIA
Joe Biden dilantik menjadi presiden AS pada usia 78 tahun. Luar biasa!!
Trump menjadi presiden di umur 70an, begitu juga Ronald Reagan.Mahatir malah sudah umur 93 tahun jadi PM lagi.Quantum physicist Freeman Dyson menemukan groundbreaking solution untuk problem tertua dalam game theory, The Prisoner’s Dilemma, pada usia 88.Nelson Mandela menjadi presiden Afrika Selatan pada usia 76.
Menurut penelitian yang ditulis dalam buku Productive Aging: Enhancing vitality in later life, yang direview dalam New England Journal of Medicine, dijelaskan kira-kira begini:Umur paling produktif adalah 60-70. Umur produktif berikutnya adalah 70-80. Sedangkan yang produktif ketiga adalah usia 50-60. Rata-rata usia pencapai hadiah Nobel adalah 62, CEO hebat di perusahaan Fortune 500 rata2 berusia 63.Ketika usia anda di atas 50, dan masih bugar, sehat walafiat, jangan buru-buru menganggap kematian sudah dekat. Jangan terlalu sering ngomong kematian.Lihat Mahatir, Biden, Trump, Dyson atau Mandela.Pada usia2 senja mereka masih mampu berbuat banyak untuk masyarakat.
Mari kita isi hari-hari senja kita dengan kegiatan kemasyarakatan yang bermanfaat bagi banyak orang.Hidup dan usia ini adalah karunia yang luar biasa.Selama masih hidup, pikirkan bagaimana mengisi kehidupan ini. Jangan memikirkan kematian terus.
Berbagai penelitian, pengembangan obat, teknologi kedokteran, metoda olahraga, dan berbagai jenis diet dikembangkan untuk membuat kita sehat dan panjang umur. Lalu setelah kita sehat dan panjang umur, hidup kita untuk apa? Ini pertanyaan yang penting.Kita sering pesimis seakan usia di atas 50 sudah waktunya mendekat Tuhan. Sehari2 di WAG posting2 ayat kematian, surga, neraka.
Hidup menjadi begitu sempit dan tidak nyaman.Memang selama ini mendekat siapa? Mendekat Tuhan jelas tidak salah. Tapi bagaimana cara mendekatiNya?Ya bagi yang sehat dan berkemampuan, bekerjalah untuk kepentingan masyarakat.Atau pergilah naik gunung, lihat tempat2 indah, ke museum, main ke pantai, berkesenian, kunjungi teman dan saudara.
Mendekatkan diri pada Tuhan mestinya bukan dengan egois beribadah ritual, menghabiskan waktunya tanpa peduli dengan kondisi lingkungan dan kemanusiaan.Dimana kita dekat dengan ciptaanNya, maka di situ kita dekat dengan Penciptanya.
Abstrak
Wacana publik tentang penuaan produktif sebagai inisiatif penelitian dan kebijakan baru saja dimulai di Tiongkok yang lebih besar. Dua konferensi di Tiongkok Daratan pada tahun 2009 dan 2011 dan konferensi berikutnya di Taiwan dan Hong Kong pada tahun 2012 telah menggerakkannya. Karena penelitian ilmu sosial terapan baru saja dimulai di China yang lebih besar, para peneliti di masyarakat China akan mendapatkan keuntungan dari pengalaman dan literatur yang kaya yang terkumpul selama tiga dekade terakhir di Barat. Dalam makalah ini, saya meninjau dan merefleksikan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian penuaan produktif di masyarakat China dan di Barat. Saya percaya bahwa untuk memajukan penelitian penuaan produktif di Tiongkok yang lebih besar, kita perlu (1) mendiskusikan dan menyetujui definisi penuaan produktif, (2) mengidentifikasi dan membedakan keluaran dan hasil dari kegiatan penuaan produktif di Tiongkok yang lebih besar,(3) mengembangkan langkah-langkah yang tepat untuk keterlibatan penuaan produktif, (4) fokus pada faktor kelembagaan (program dan kebijakan publik) yang mendorong keterlibatan penuaan produktif, (5) menggunakan desain penelitian yang kuat (seperti desain kuasi-eksperimental) untuk menetapkan validitas internal program penuaan produktif, dan (6) didorong oleh teori. Terakhir, penuaan produktif harus dilihat sebagai pilihan, bukan kewajiban bagi lansia; jika tidak, agenda penuaan produktif akan dianggap mengeksploitasi lansia. Penting bagi para peneliti dan pembuat kebijakan Tiongkok untuk memikirkan hal ini ketika mereka menganjurkan keterlibatan produktif para lansia di Tiongkok.(5) menggunakan desain penelitian yang kuat (seperti desain kuasi-eksperimental) untuk menetapkan validitas internal program penuaan produktif, dan (6) didorong oleh teori. Terakhir, penuaan produktif harus dilihat sebagai pilihan, bukan kewajiban bagi lansia; jika tidak, agenda penuaan produktif akan dianggap mengeksploitasi lansia. Penting bagi para peneliti dan pembuat kebijakan Tiongkok untuk memikirkan hal ini ketika mereka menganjurkan keterlibatan produktif para lansia di Tiongkok.(5) menggunakan desain penelitian yang kuat (seperti desain kuasi-eksperimental) untuk menetapkan validitas internal program penuaan produktif, dan (6) didorong oleh teori. Terakhir, penuaan produktif harus dilihat sebagai pilihan, bukan kewajiban bagi lansia; jika tidak, agenda penuaan produktif akan dianggap mengeksploitasi lansia. Penting bagi para peneliti dan pembuat kebijakan Tiongkok untuk memikirkan hal ini ketika mereka menganjurkan keterlibatan produktif para lansia di Tiongkok.Penting bagi para peneliti dan pembuat kebijakan Tiongkok untuk memikirkan hal ini ketika mereka menganjurkan keterlibatan produktif para lansia di Tiongkok.Penting bagi para peneliti dan pembuat kebijakan Tiongkok untuk memikirkan hal ini ketika mereka menganjurkan keterlibatan produktif para lansia di Tiongkok.
“Penuaan produktif” mengacu pada partisipasi lansia dalam berbagai aktivitas yang berkontribusi untuk menghasilkan barang atau jasa atau mengembangkan kapasitas untuk memproduksi barang atau jasa (Aquino et al. 1996 ; Sherraden et al. 2001 ; Lo Sasso dan Johnson 2002 ). Ini termasuk kegiatan seperti pekerjaan penuh atau paruh waktu, kerja sukarela formal dan informal, kakek-nenek, dan mengasuh anggota keluarga dan teman yang lemah. Keterlibatan produktif lansia bukanlah hal baru dalam sejarah umat manusia (Achenbaum 2001). Nyatanya, pensiun dan bentuk pelepasan formal lainnya dalam kegiatan produktif adalah praktik yang relatif baru dalam masyarakat industri; Dalam masyarakat agraris, kebanyakan orang tua terus menerus terlibat dalam aktivitas produktif di pertanian keluarga sepanjang siklus hidup mereka (Windsor et al. 2008 ). Di Cina, konsep keterlibatan produktif orang tua telah didokumentasikan lebih dari 2.500 tahun yang lalu (Song et al. 2010). Memberi orang tua kesempatan untuk berkontribusi bagi keluarga dan masyarakat mereka dianggap suatu kebajikan dalam budaya Tiongkok. Konsep penuaan produktif diperkenalkan kepada komunitas Tionghoa dalam serangkaian konferensi di Shandong (2009) dan Beijing (2011) di Tiongkok Daratan, serta di Taipei (2012) dan Hong Kong (2012). Buku berbahasa Mandarin pertama tentang penuaan produktif diterbitkan setelah konferensi pertama di Shandong.
Istilah "penuaan produktif" di Barat pertama kali digunakan oleh Robert Butler pada tahun 1982 untuk mengadvokasi perubahan dari persepsi negatif ketergantungan lansia pada saat itu (Butler dan Gleason 1985 ). Selama tiga dekade terakhir, wacana publik tentang penuaan produktif secara bertahap bergeser dari mendukung agenda penuaan produktif menjadi penelitian ilmiah yang mendokumentasikan tingkat, jenis, dan intensitas aktivitas penuaan produktif; mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi dalam aktivitas penuaan produktif (Hinterlong et al. 2001 ; McNamara dan Gonzales 2011 ); dan, baru-baru ini, mendemonstrasikan efek dari aktivitas-aktivitas ini pada kesejahteraan orang lanjut usia (Musick et al. 1999 ; Morrow-Howell et al. 2003; Lum dan Lightfoot 2005 ). Sebagian besar penelitian tentang penuaan produktif di Barat telah difokuskan pada orang tua yang menjadi sukarelawan karena gagasan yang menarik bahwa menjadi sukarelawan meningkatkan kehidupan orang tua dan memperkuat masyarakat sipil (Morrow-Howell 2010 ). Dalam beberapa tahun terakhir, para peneliti telah mulai mencoba menemukan tingkat optimal aktivitas penuaan produktif untuk kesejahteraan lansia dan mekanisme yang mengarah pada efek positif aktivitas penuaan produktif (Tang dan Morrow-Howell 2008 ; Tang dkk. 2009 , 2010 ).
Dalam masyarakat Cina, penuaan produktif adalah konsep dan praktik yang muncul. Pembahasan tentang peran lansia dalam masyarakat sejauh ini berfokus pada penuaan positif dan penuaan yang berhasil (selanjutnya, kami menggunakan istilah "penuaan yang berhasil" untuk mewakili kedua konsep tersebut). Kedua istilah ini sering dapat dipertukarkan dan hanya didefinisikan secara longgar untuk memasukkan keterlibatan sipil seperti relawan, gaya hidup sehat, penyesuaian psikososial yang baik di hari tua, keamanan finansial, dan kesehatan yang baik (House 2010 ). Mereka adalah konsep yang lebih inklusif daripada konsep penuaan produktif yang kami gunakan dalam makalah ini. Definisi yang begitu luas menyulitkan atau bahkan tidak mungkin untuk mengembangkan ukuran terpadu dari penuaan yang berhasil atau mengevaluasi kebijakan dan pilihan program yang mendorong penuaan yang berhasil.
Ada beberapa ulasan komprehensif tentang penelitian penuaan produktif di Barat; tujuan dari makalah ini bukan untuk mengulangi upaya tersebut (Lum dan Lightfoot 2005 ; Morrow-Howell 2010 ); sebaliknya, makalah ini mengulas dan merefleksikan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian tersebut, dengan saran khusus tentang cara untuk memajukan agenda penelitian penuaan produktif di masyarakat China yang lebih luas.
Metode Penelitian dalam Studi Penuaan Produktif di Barat
Tiga dekade terakhir telah menyaksikan perkembangan pesat metodologi penelitian ilmu sosial terapan. Revolusi teknologi informasi telah memungkinkan ilmuwan sosial untuk menggunakan statistik multivariat yang canggih pada komputer pribadi, secara signifikan mengurangi biaya analisis tersebut. Selain itu, kumpulan data survei nasional yang lebih besar tersedia untuk penelitian ilmu sosial terapan, seperti American 'Changing Lives Study (House 2010 ) dan Health and Retirement Study (Juster dan Suzman 1995).). Beberapa dari kumpulan data ini bersifat longitudinal, seperti Health and Retirement Study, yang memungkinkan para peneliti untuk menyelidiki lintasan aktivitas penuaan produktif dan dampak aktivitas penuaan produktif pada kesejahteraan lansia seiring bertambahnya usia. Penelitian tentang penuaan produktif telah memperoleh manfaat dari perkembangan ini dan berkembang secara bertahap selama tiga dekade terakhir.
Pada dekade pertama setelah konsep diperkenalkan, studi penuaan produktif sebagian besar bersifat deskriptif, dengan fokus utama pada pendokumentasian tren relawan dan pekerjaan orang lanjut usia, demografi relawan dan pekerja yang lebih tua, dan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi mereka untuk bekerja atau menjadi sukarelawan. (Rouse dan Clawson 1992 ; Chambré 1993 ; Kuehne dan Sears 1993 ; Hayward et al. 1994 ; Herz 1995 ; Aquino et al. 1996 ; Rix 1996 ; Lum dan Lightfoot 2005 ). Studi awal juga mendokumentasikan tingkat, jenis, dan intensitas berbagai aktivitas penuaan produktif.
Pada dekade kedua dan ketiga, studi secara bertahap menjadi lebih analitis dan menggunakan lebih banyak data dari survei nasional besar (Musick et al. 1999 ; Luoh dan Herzog 2002 ; Morrow-Howell et al. 2003 ; Lum dan Lightfoot 2005 ; Ozawa dan Lum 2005 ; McNamara dan Gonzales 2011 ). Dipandu oleh beberapa teori gerontologi sosial, penelitian ini mencoba mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi partisipasi lansia dalam aktivitas penuaan produktif, dan untuk mendokumentasikan manfaat aktivitas penuaan produktif terhadap kesehatan fisik, kesehatan mental, dan kesejahteraan lansia.
Selama dekade ketiga, dua tren muncul dalam penelitian penuaan produktif. Tren pertama berfokus pada mengungkap faktor-faktor kelembagaan, seperti dukungan organisasi (Tang et al. 2010 ), kompensasi, dan pengakuan (Tang et al. 2009 ) dan praktik manajemen relawan (Hager 2004 ), yang mempengaruhi partisipasi lansia; tren kedua berfokus pada pengujian program khusus yang mempromosikan keterlibatan produktif lansia (Tang dan Morrow-Howell 2008 ; Butrica et al. 2009 ; Hong et al. 2009 ; Tang et al. 2009 , 2010). Studi ini juga menjadi sangat analitis, menggunakan teknik statistik lanjutan untuk menguji teori sosial tertentu. Dalam beberapa tahun terakhir, fokus secara bertahap bergeser ke penelitian intervensi untuk mengidentifikasi tingkat optimal dari aktivitas penuaan produktif untuk memaksimalkan manfaat bagi orang lanjut usia dan komunitas mereka (Fried et al. 2004 ; Carlson et al.2008; Morrow-Howell et al. 2008 ; Morrow-Howell et al. al. 2009 ; Hong dan Morrow-Howell 2010 ). Desain penelitian telah bergeser dari cross-sectional ke longitudinal dan ke kuasi-eksperimental atau bahkan eksperimental dengan partisipan yang sengaja direkrut.
Di China, penelitian tentang penuaan produktif masih dalam tahap awal perkembangan. Para peneliti telah mulai mendokumentasikan prevalensi aktivitas penuaan produktif pada orang tua (Kawn 2000 ; Mjelde-Mossey dan Chi 2005 ; Wu et al. 2005 ; Schwingel et al. 2009 ; Chong 2010 ). Perkembangan penelitian penuaan produktif dalam masyarakat Cina akan mendapatkan keuntungan dari pengalaman yang terkumpul selama 30 tahun terakhir di Barat. Seperti yang dikemukakan oleh Morrow-Howell dkk ( 2001), penelitian harus beralih dari deskriptif ke analitik dan evaluatif. Mereka telah menganjurkan penggunaan teori yang ditentukan dengan baik untuk mengeksplorasi struktur sosial dan organisasi yang terkait dengan penuaan produktif dan untuk melakukan program demonstrasi untuk menguji aktualisasi potensi produktif (Sherraden et al. 2001 ).
Advancing Research on Productive Aging Activities di Masyarakat Cina
Seperti dibahas di atas, konsep penuaan produktif bukanlah hal baru di China. Namun, penuaan produktif sebagai topik penelitian dan sebagai agenda kebijakan publik adalah hal baru. Para sarjana Cina belum memperdebatkan definisi konsep penuaan produktif. Akibatnya, tidak ada kesepakatan tentang kegiatan mana yang harus dimasukkan dan mana yang tidak. Dalam konferensi penuaan produktif pertama di Tiongkok pada tahun 2009, “penuaan produktif” diterjemahkan sebagai “产出 性 老龄 化,” yang lebih berfokus pada aktivitas ekonomi berbasis pasar dari para lansia. Beberapa ahli percaya bahwa istilah Cina ini didefinisikan terlalu sempit. Selain itu, di Cina Daratan, karena tingginya tingkat pengangguran kaum muda, ada usia pensiun yang kaku dan wajib bagi semua pekerja di daerah perkotaan. Kesempatan kerja bagi lansia di kota sangat terbatas.Fokus berbasis pasar dari istilah China dapat secara signifikan membatasi perkembangan kebijakan publik yang menua dan produktif di China. Pada konferensi penuaan produktif kedua di Beijing pada tahun 2011, istilah tersebut diterjemahkan sebagai "老 有所 為." Istilah ini berfokus pada keterlibatan produktif lansia yang lebih luas, memungkinkan para sarjana untuk memasukkan banyak kegiatan berbasis non-pasar yang masih memiliki nilai ekonomi.
To advance productive aging as a research agenda and policy initiative in greater Chinese societies, it is important for Chinese scholars to develop a consensus on the definition of productive aging in a Chinese context. In other words, they need to decide which activities should be counted as productive aging activities. In particular, I suggest that Chinese scholars use the four categories suggested by Sherraden and his colleague as a starting point and then work out, under each category, the productive aging activities that fit Chinese societies and culture. These four categories are market activities (such as employment), non-market activities with economic value (such as taking care of older family members or young children), formal social and civic activities (such as volunteering in schools and social services agencies), and informal social assistance (such as helping neighbors) (Sherraden et al. 2001). This will allow researchers to clearly differentiate the concept of productive aging from other conceptually related terms, such as successful aging. This will also make it easy for Chinese scholars to agree upon a set of outcome and output measures for the productive engagement of older people.
Kedua, penting bagi para sarjana Cina untuk membedakan keluaran dan hasil dari kegiatan penuaan produktif. Keluaran utama dari penuaan produktif adalah jumlah barang dan jasa yang diproduksi orang lanjut usia (seperti jam kerja sukarela dan jumlah orang yang dilayani). Hasil utama dari aktivitas penuaan produktif adalah nilai ekonomi barang dan jasa tersebut. Nilai ekonomi adalah konsep yang tidak jelas dan hanya dapat diukur ketika ada pasar untuk transaksi barang dan produk tersebut. Misalnya, harga sebuah karya seni mungkin jutaan dolar di masa ekonomi baik, tetapi jauh lebih sedikit selama resesi ekonomi atau masa perang. Demikian pula, segelas air minum bersih mungkin bernilai sangat rendah di kebanyakan kota perkotaan, tetapi jauh lebih tinggi di gurun.
Banyak peneliti Barat telah menggunakan konsep biaya peluang untuk mengukur nilai ekonomi kegiatan penuaan produktif; yaitu, jika barang dan jasa ini tidak diproduksi oleh orang tua, berapa banyak uang yang dibutuhkan untuk membeli barang atau jasa dalam jumlah dan kualitas yang sama dari pasar? Misalnya, nilai ekonomi jam kerja sukarela dapat diukur dengan biaya mempekerjakan staf yang berkualifikasi di pasar tenaga kerja untuk menghasilkan jumlah jam kerja staf yang sama. Demikian pula, nilai ekonomi dari merawat anggota keluarga yang lemah dapat diukur dengan biaya menyewa asisten perawatan pribadi dari penyedia layanan formal untuk melakukan jumlah perawatan yang sama.Kemampuan untuk menetapkan nilai ekonomi pada aktivitas penuaan produktif tertentu akan memungkinkan para sarjana China untuk menghasilkan uang dan membandingkan kontribusi relatif dari aktivitas penuaan produktif ini dalam masyarakat China.
Penting juga bagi para sarjana China untuk memperhatikan hasil sekunder (atau manfaat) dari aktivitas penuaan produktif. Saya menggunakan istilah "hasil sekunder" untuk merujuk pada manfaat non-baik dan non-layanan dari aktivitas penuaan produktif, seperti hasil kesehatan fisik dan mental yang lebih baik, penyesuaian yang lebih baik di kemudian hari, dan kepuasan hidup yang lebih tinggi bagi orang-orang yang berpartisipasi dalam kegiatan produktif aktivitas penuaan. Dalam penelitian Barat, terdokumentasi dengan baik bahwa menjadi sukarelawan meningkatkan kesehatan fisik dan mental lansia (Musick dkk. 1999 ; Morrow-Howell dkk. 2003 ; Lum dan Lightfoot 2005). Meskipun sangat sulit untuk menemukan pendekatan standar untuk menetapkan nilai ekonomi pada peningkatan status kesehatan fisik dan mental, kami masih dapat membandingkan manfaat ini di berbagai aktivitas penuaan produktif jika kita memiliki ukuran yang valid dan dapat diandalkan untuk manfaat ini. Banyak dari tindakan ini tersedia di negara-negara Barat dan masyarakat Cina di luar Cina Daratan, seperti Taiwan dan Hong Kong (misalnya skala depresi geriatri, kesehatan yang dinilai sendiri, aktivitas kehidupan sehari-hari, kepuasan hidup, dan SF-36). Namun, tindakan tersebut tidak akan langsung berlaku di China Daratan tanpa validasi ulang. Oleh karena itu, penting bagi para sarjana Cina untuk secara sistematis mengembangkan dan memvalidasi seperangkat ukuran kesehatan dan psikososial standar untuk mengukur hasil sekunder ini.
Ketiga, sementara pembahasan di atas berfokus pada pengukuran keluaran dan hasil, sama pentingnya untuk dapat mengukur secara tepat masukan penuaan produktif. Banyak peneliti awal menggunakan ukuran yang tidak tepat dari aktivitas penuaan produktif, seperti variabel dikotomis untuk mengukur apakah lansia terlibat dalam aktivitas produktif. Untuk memajukan bidang penuaan produktif di masyarakat China, peneliti harus mampu mengukur jenis, bentuk, intensitas, dan durasi aktivitas penuaan produktif ini dengan tepat. Demikian pula, informasi tentang karakteristik program lainnya juga perlu dikumpulkan.
Sejauh ini, sebagian besar penelitian penuaan produktif di masyarakat Cina menggunakan desain cross-sectional (Mjelde-Mossey dan Chi 2005 ; Wu et al. 2005 ; Chong 2010). Desain cross-sectional bagus untuk mengembangkan pengetahuan deskriptif dan, mungkin, penjelasan. Namun, kita perlu mengembangkan kapasitas untuk menggunakan desain kuasi-eksperimental atau bahkan eksperimental untuk menghasilkan pengetahuan yang dapat digunakan untuk mengembangkan program dan kebijakan untuk mempromosikan aktivitas penuaan produktif atau untuk mengevaluasi efektivitas relatif dari berbagai aktivitas penuaan produktif. Kedua desain melibatkan penggunaan setidaknya satu kelompok pembanding dan pengumpulan data dari waktu ke waktu — sebelum, selama, dan setelah intervensi. Desain ini akan memungkinkan peneliti untuk menghilangkan sebagian besar ancaman terhadap validitas internal dan menunjukkan hubungan yang lebih kuat antara intervensi dan hasil. Saat melakukan penelitian intervensi tentang efektivitas program,penting bahwa para peneliti pertama-tama berfokus pada pembentukan validitas internal — bukan validitas eksternal — dari aktivitas penuaan produktif yang ditargetkan. Untuk menguji validitas internal, peneliti perlu menggunakan dosis maksimum dari intervensi mereka dan mencoba menemukan efek maksimum. Ini akan memungkinkan pembentukan hubungan sebab akibat antara intervensi dan hasil. Setelah efektivitas intervensi ditetapkan, langkah logis berikutnya adalah mencari tahu dosis intervensi minimum yang diperlukan untuk mempertahankan efek intervensi. Setelah efek aktivitas penuaan produktif tertentu didokumentasikan dalam sampel, peneliti harus melakukan intervensi secara manual dan meningkatkan validitas eksternal dengan mereplikasi intervensi di lokasi yang berbeda.peneliti perlu menggunakan dosis maksimum dari intervensi mereka dan mencoba menemukan efek maksimum. Ini akan memungkinkan pembentukan hubungan sebab akibat antara intervensi dan hasil. Setelah efektivitas intervensi ditetapkan, langkah logis berikutnya adalah mencari tahu dosis intervensi minimum yang diperlukan untuk mempertahankan efek intervensi. Setelah efek aktivitas penuaan produktif tertentu didokumentasikan dalam sampel, peneliti harus melakukan intervensi secara manual dan meningkatkan validitas eksternal dengan mereplikasi intervensi di lokasi yang berbeda.peneliti perlu menggunakan dosis maksimum dari intervensi mereka dan mencoba menemukan efek maksimum. Ini akan memungkinkan pembentukan hubungan sebab akibat antara intervensi dan hasil. Setelah efektivitas intervensi ditetapkan, langkah logis berikutnya adalah mencari tahu dosis intervensi minimum yang diperlukan untuk mempertahankan efek intervensi. Setelah efek aktivitas penuaan produktif tertentu didokumentasikan dalam sampel, peneliti harus melakukan intervensi secara manual dan meningkatkan validitas eksternal dengan mereplikasi intervensi di lokasi yang berbeda.langkah logis berikutnya adalah untuk mengetahui dosis intervensi minimum yang diperlukan untuk mempertahankan efek intervensi. Setelah efek aktivitas penuaan produktif tertentu didokumentasikan dalam sampel, peneliti harus melakukan intervensi secara manual dan meningkatkan validitas eksternal dengan mereplikasi intervensi di lokasi yang berbeda.langkah logis berikutnya adalah untuk mengetahui dosis intervensi minimum yang diperlukan untuk mempertahankan efek intervensi. Setelah efek aktivitas penuaan produktif tertentu didokumentasikan dalam sampel, peneliti harus melakukan intervensi secara manual dan meningkatkan validitas eksternal dengan mereplikasi intervensi di lokasi yang berbeda.
Akhirnya, teori-teori sosial yang menjelaskan hubungan antara aktivitas penuaan produktif dan hasil mereka dikembangkan di Barat (seperti teori peran dan teori sosiologi terintegrasi yang dikemukakan oleh Wilson dan Musick (Wilson dan Musick 1997))). Meskipun kemungkinan besar teori-teori ini masih berlaku di masyarakat Cina, ini adalah pertanyaan penelitian empiris yang perlu diuji. Penting bagi para sarjana China untuk didorong oleh teori ketika merancang program dan penelitian penuaan produktif mereka. Sama pentingnya bagi para peneliti China untuk menguji validitas teori penuaan produktif yang dikembangkan di Barat dalam konteks China. Tiongkok Raya adalah wilayah geografis yang sangat luas dengan banyak keragaman dalam bahasa, budaya, dan perkembangan sosial dan ekonomi. Peneliti juga perlu memperhatikan keragaman di China saat menguji teori ini.
Kesimpulan
The public discourse on productive aging as a research and policy initiative has just begun in greater China. The two conferences in Mainland China in 2009 and 2011 and subsequent conferences in Taiwan and Hong Kong in 2012 have set the discourse in motion. Because applied social science research has just started in greater China, researchers in Chinese societies will benefit from the experience and rich literature that the West has accumulated over the last three decades. In this paper, I have highlighted some research method issues of productive aging research. I believe that, to advance productive aging research in greater China, we need to (1) discuss and agree upon a definition of productive aging, (2) identify and differentiate outputs and outcomes of productive aging activities in greater China, (3) develop precise measures for productive aging involvement, (4) focus on institutional (program and public policy) factors that promote productive aging involvement, (5) use strong research designs (such as quasi-experimental designs) to establish the internal validity of productive aging programs, and (6) be theory-driven. Lastly, productive aging should be seen as a choice, not an obligation for older people. Otherwise, the productive aging agenda will be seen as exploiting older people (Hinterlong et al. 2001 ). Penting bagi para peneliti dan pembuat kebijakan Tiongkok untuk memikirkan hal ini ketika mereka menganjurkan keterlibatan produktif para lansia di Tiongkok.
kETERANGAN :
Akses terbuka
Artikel ini didistribusikan di bawah persyaratan Lisensi Atribusi Creative Commons yang mengizinkan penggunaan, distribusi, dan reproduksi apa pun dalam media apa pun, asalkan penulis asli dan sumbernya disebutkan.
Di kopy pada Sabtu 23 Januari 2021
ooOOoo
SELESAIKAN PERMASALAH KETIKA USIA 40-AN
SAYA TERINGAT DENGAN ketika terjadi perdebatan ringan dengan seseorang ketika kami beserta beberapa orang lainnya pulang dari masjid menuju rumah masing masing. Ada seorang teman bilang seseorang jika sudah umur 50 tahun belum berubah lebih baik dalam beribadah, maka orang tersebut tidak kan berubah untuk lebih bagus. Karena ucapan ini sangat menarik dan ada sesuatu yang membutuhkan pelurusan dalam menata hidup, saya katakan bahwa dalam menata hidup, maka pada usia 40-an seseorang harus telah meyelesaikan permasalahannya. Di luar dugaan saya dia seperti menolak pernyataan saya Dia mengatakan bahwa sekarang ini sudah ada teori baru Pak ... katanya. Sayang dia sudah sampe ke depan rumahnya dan langsung pamit sambil basa basi menawarkan kami mampiur. Diskusi kecilpun terputus. Teman tadi belum sempat menjelaskan teori apa yang didapatkan itu, yang di yakininya sebagai penghadang bahwa seseorang telah harus menyelesaikan permasalah pribadinya di usia 40-an.