foto

foto

Sabtu, 13 Juni 2020

PERKOKOH IMAN DENGAN ILMU.


PERKOKOH IMAN DENGAN ILMU.

USTD. GHONI, dalam khutbahnya menjelaskan bahwa keimanan itu harus kita jaga dan pelihara secara terus mnerus, hingga akhir hayat. Dan salah satu cara yang utama adalah selalu menambahkan dan memperkuat  Ilmu Pengetahuan. Apa yang disampaikan oleh Khotob kita untuk kali yang kedua dalam penyelenggaraan Sholat Jum’at di  Masjid Al-Jihad Perumahan korpri Sukarame Bandar Lampung Jum’at 12 Juni  2020 kemarin. 





Apa yang yang disampaikan oleh Ustd. Ghoni adalah sejalan dengan apa yang sedang diperjuangkan oleh Masjid Al Jihad selama ini dan sangat mewarnai  semangat  perjuangan walaupun dengan langkah tertatih tatih.Bahwa ilmu adalah sesuatu  yang sangat dibutuhkan dalam upaya memahami Iman. Walaupun sesungguhnya posisi ilmu dan iman itu berada pada jalur yang berbeda.
Dalam rangka memperkuat posisi iman, semula pemikiran ilmu tidak dibutuhkan, tetapi setelah bersentuhan dengan budaya serta agama lain, nampaknya kita kita harus mencoba menjelaskan sesuatu berdasarkan pemikiren mereka, maka pada saat itu pula pemikiran ilmu itu menjadi dibutuhkan, karena banyak orang Islam juga yang beranjak dari ilmu untuk memahami iman Islam.  

Kalau ingin mengatakan bahwa ilmu dan iman adalah sama sama merupakan instansi pencari kebenaran, maka kebenaran ilmu disyaratkan dengan kemampuan pembuktian secara empiris atas teori yang dijadikan dalil. Dengan demikian maka kita diharuskan untuk mampu membuktikannya secara empiris, atau tertangkap oleh peralatan indera manusia. Mana mana hal yang yang diakui kebenaran dan keberadaannya tetapi tidak mampu dibuktikan secara empiris, maka hal tersebut bukan lagi kewenangan  ilmu, tetapi sudah menjadi dunianya filsafat.

Filsafat itu merupakan instansi yang berupaya mencari kebenaran dengan cara berfikir secara radik, yaitu mencari dalil hingga ke masalah yang paling mendasar. Instansi filsafat dibutuhkan oleh manusia, karena manusia banyak mengakui kebenaran atas sesuatu, tetapi tidak mampu dibuktikan secara empiris. Umpama membahas tentang waktu, keadilan dan sebagainya. Tetapi justeru bermula dari pemikiran pemikiran filosofis itulah maka lahirnya berbagai ilmu atau disiplin disiplin ilmu.

Itulah sebsabnya maka dalam membahas ilmu hukum, maka kita beranjak dari filsafat huku, dalam membahas Ilmu ekonomi maka kita beranjak dari filssfat ekonomi. Dalam membahas ilmu hukum, maka kitaharus berabjak dari Filsafat Hukum, dan seterusnya. Oleh karena itu seorang  Sarjana hukum tidak layak mengaku sebagai orang yang paham hukum, manakala belum lulus mata kuliah Filsafat hukum, dan bagi Sarjana Hukum yang kurang memahami dan menguasai Filsafat Hukum maka akan mendapatkan kesulitan manakala akan mengambil profesi sebagai Pembela Hukum. 

Namun ciri pemikiran filsafat itu adalah pemikiran yang bebas sebebas bebasnya. Itulah sebabanya bila kita mengumpulakn dua atau lebih ahli filsafat diminta untuk membahas sesuatu maka pendapatnya akan sama, berbeda dan mungkin juga akan bertentangan. Bila ahli ilmu brbeda pendapat dalam suatu masalah, mereka akan saling menidakkan, tetapi perbedaan perbedaan dalam dunia filsafat tetap saja akan disambut dengan saling menghormati dan adanya kebenaran yang dimiliki pendapat lain.

Bila para ahli Filsafat diminta membahas tentang agama, maka hasilnya terbuka kemungkinan akan menghasilkan kesimpulan yang sama, bisa berbeda dan bisa juga bertentangan. Bila filsafat membahas tentang Tuhan maka hasilnya bisa sama mengetahui akan adanya tuhan dan mematuhinya, bisa mengakui akan adanya Tuhan tetapi tidak merasa harus mematuhiny, seperti faham deisme dan theisme dan masih banyak lagi kemungkinan kmungkinan yang lain, karena metode filsafat memungkinkan kita memilikiatau menmambahkan pemikiran filsafat yang berbeda dengan pemikiran dan pemahaman yang ada.

Jika ingin belajar agama, sesungguhnya gunakanlah iman. Jika kita beriman dahulu, baru menelusurinya melalui jalur kebenaran ilmu lalu filsafat dan terakhir iman.Kita memang bisa mengalami percepatan  Ada juga yang dipelajari secara ilmu, lalu meningkat filsafat dan puncaknya adalah iman. Yang pertama dialami oleh anak keturunan Muslim, sedang yang kedua adalah muallaf. Keduanya memang sampai pada teloz, keimanan dengan ciri kesanggupan atau kemampuan bersaksi. Walaupun nanti akan sangat tergantung kepada upaya pendalaman. Bagi mereka sebagai keturunan Muslim sejak kecil kulitas keduanya akan sangat tergantung kepada upaya pendalaman yang dilakukan.

Secara struktur budayawi bagi mereka sebagai anak keturunan Muslim akan lebih mudah dalam menerimanya, itulah sehingga bagi muallaf seperti enemuh jalan lambat bahkan penuh onak dan duri sehingga penuh perjuangan, tetapi ini nanti akan mengesankan muallaf memiliki keyakinan yang lebih kokoh karena harus melalui onak dan duri.
Tetapi kembali kepada konteks dan judul tulisan ini akan dikatakan bahwa Ilmu dan juga nanti Filsafat memang sangat dibutuhkan dalam memelihara keimanan ini, walaupun sejatinya terkait hubungan dengan mereka non muslim, tetapi juga sejatinya memeberikan penguatan juga mereka yang memang sejak semula dilahirkan dan dibesarkan di lingkungan keluarga muslim.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar